Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhannas RI) Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo memberikan pembekalan pada kegiatan Pemantapan Nilai-Nilai Kebangsaan kepada Pimpinan dan Manajemen PT. Summarecon Agung TBK. pada Senin (1/11). Pada kesempatan tersebut, Gubernur Lemhannas RI menyampaikan bahwa setiap elemen bangsa perlu memiliki kemampuan membaca perkembangan lingkungan. Setiap elemen bangsa juga harus membangun komunikasi satu sama lain, tidak mudah percaya kepada suatu informasi sebelum melakukan pemeriksaan fakta, serta meningkatkan profesionalitas dan potensi diri dalam fungsi dan peran dalam pekerjaan.

Gubernur Lemhannas RI menekankan bahwa dit engah derasnya arus informasi saat ini, setiap elemen bangsa harus memiliki kompetensi dalam mencegah berita bohong serta mengetahui mana yang berita benar dan mana yang berita bohong. “Hal itu menuntut upaya dan usaha, mulai dari usaha tingkat perseorangan sampai nanti kebijakan oleh lembaga atau institusi fungsional yang ada pada pemerintah,” imbuhnya.

Lebih lanjut, Gubernur Lemhannas RI menyampaikan bahwa pada tingkat perseorangan, setiap individu harus mampu melakukan pengecekan atas informasi yang didapat. Pengecekan dapat dilakukan dengan mencari informasi terkait hal tersebut dari sumber yang berbeda. Selanjutnya, setiap individu juga harus dapat menilai sumber informasi. Apakah sumber tersebut memiliki kredibilitas dan reputasi yang baik atau malah sebaliknya. Kemudian, setiap individu juga harus mulai membangun kemampuan literasi digital dan literasi teknologi. “Kita harus bangun literasi digital dan literasi teknologi pada diri kita, sehingga kita tidak bergantung kepada orang yang mungkin bisa merekayasa,” ujar Gubernur Lemhannas RI.

Pada tingkat lembaga, Gubernur Lemhannas RI berpendapat bahwa ada lembaga-lembaga negara yang memiliki peran, kewenangan, dan fungsi untuk merespon suatu informasi apakah benar atau tidak. “Negara perlu hadir untuk memberikan lingkungan yang bersih (dari berita bohong) dan memberikan jaminan kepada masyarakat bahwa sudah ada upaya-upaya penyaringan,” tutur Gubernur Lemhannas RI.

Dalam kegiatan tersebut, Gubernur Lemhannas RI menerima pertanyaan dari salah satu peserta terkait cara merawat nilai-nilai kebangsaan di dalam kebhinnekaan di tengah pandemi Covid-19. Menjawab pertanyaan tersebut, Gubernur Lemhannas RI menyampaikan bahwa merawat nilai-nilai kebangsaan tidak dapat diserahkan kepada satu institusi, melainkan harus dikerjakan secara bersama-sama. “Merawat kebangsaan itu adalah kepentingan bangsa, sehingga setiap elemen bangsa memang harus melakukan upaya untuk merawat nilai-nilai kebangsaan tersebut,” kata Gubernur Lemhannas RI.

Menurut Gubernur Lemhannas RI, merawat nilai-nilai kebangsaan harus dilakukan oleh seluruh elemen bangsa agar terus tercermin secara konsisten dalam setiap bidang. “Harus merupakan suatu upaya yang all out dari seluruh fungsi pemerintahan dan elemen-elemen yang melingkupi objek atau subjek yang diberikan wawasan kebangsaan tersebut,” pungkas Gubernur Lemhannas RI.


“Kalau kita melihat sumpah pemuda, terlihat sederhana hanya dua kata, sumpah dan pemuda. Kalau kita dalami, pendalamannya mengandung konsep yang mendalam, utuh menyeluruh, yang tidak sederhana,” kata Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhannas RI) Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo. Hal tersebut disampaikan Gubernur Lemhannas RI dalam Gebyar Wawasan Kebangsaan #KaryaNyataGarudaMuda yang diselenggarakan Lemhannas RI Kamis, 28 Oktober 2021.

Disiarkan langsung dari MNC Conference Center, iNews Tower, Jakarta dan diikuti sebanyak lebih dari 1000 peserta, kegiatan tersebut mengangkat tema “Peran Generasi Muda sebagai Agen Perubahan dalam Upaya Menjaga Eksistensi Bangsa Indonesia di Era Digital dan Globalisasi”. Tiga pembicara hadir dalam Gebyar Wawasan Kebangsaan tersebut, yakni Gubernur Lemhannas RI Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo, Peraih Medali Emas Paralimpiade Tokyo 2020 Parabadminton Leani Ratri Oktila, dan Staf Khusus Presiden RI Angkie Yudistia.

Sejalan dengan tema yang menyoroti era digital dan globalisasi, Gubernur Lemhannas RI melihat upaya untuk mewujudkan nilai-nilai dan mempertahankan semangat Sumpah Pemuda pada era saat ini menjadi lebih menantang. Hal tersebut disebabkan oleh semakin pudarnya batas-batas antarnegara dalam bentuk kedaulatan informasi pada era dewasa kini. “Sekarang batas-batas antar negara dalam bentuk kedaulatan informasi sudah semakin pudar,” jelas Gubernur Lemhannas RI.

Pada era kini, sulit untuk menutup diri dari budaya yang dianggap bisa memberikan disrupsi. Hal tersebut tidak bisa dilakukan secara tegas, melainkan harus muncul kesadaran dan keyakinan atas nilai yang dijaga yang terkandung dalam Sumpah Pemuda yang diwujudkan dalam setiap tindakan bangsa Indonesia.

Gubernur Lemhannas RI juga memandang bahwa mengembangkan karakter dan identitas pemuda di era digital sangat menantang. Hal tersebut juga merupakan akibat dari tidak adanya batasan nasional dan internasional. Gubernur Lemhannas RI melihat tantangan tersebut dapat diatasi dengan kemampuan diri para pemuda untuk memilih dan menyeleksi. Ketika menghadapi hal yang tidak bisa disekat-sekat menurut kebangsaan, maka para pemuda harus menunjukkan identitas nasionalnya. “Kita sadar sebetulnya identitas nasional tidak serta merta hancur dengan bercampurnya informasi nasional dengan internasional,” tutur Gubernur Lemhannas RI. Oleh karena itu, menjadi tantangan bagi generasi muda bagaimana untuk memisahkan kebutuhan untuk menunjukkan identitas nasional dalam sebuah pasar informasi yang sudah bersifat tanpa batas.

Selain itu, Gubernur Lemhannas RI memandang era disrupsi yang saat ini dihadapi juga memberikan tantangan kepada bangsa Indonesia. Dewasa kini, semakin luas tantangan dalam memberi kesetaraan dalam segala sesuatu. Bukan hanya kesetaraan SARA, tapi juga memberi kesempatan dan ruang yang adil pada semua warga negara. Menurut Gubernur Lemhannas RI, ini menjadi tantangan dalam menunjukan kemajuan bangsa.

Dalam kesempatan tersebut, Gubernur Lemhannas RI juga mengimbau para pemuda untuk tidak percaya dan hanya mengambil kesimpulan hanya dari satu sumber saja ditengah derasnya arus informasi saat ini. “Cek dengan sumber lain tentang isu yang sama. Apabila ada perbedaan, maka ada yang perlu kita klarifikasi. Kita juga perlu cek sumbernya siapa, kredibel atau tidak, dan tentunya diiringi oleh literasi digital dan teknologi,” ujar Gubernur Lemhannas RI.

“Ada suatu nilai yang sangat utama dalam acara ini yang melatarbelakangi sumpah pemuda, yang harus selalu kita jaga, yaitu nilai bahwa negara dan bangsa kita adalah negara dan bangsa berdasarkan kesepakatan,” kata Gubernur Lemhannas RI. Menurut Gubernur Lemhannas RI, terkadang hal tersebut sering terlupakan, bukan hanya oleh generasi muda tetapi juga oleh generasi tua.

Dalam konteks demokrasi, perbedaan pendapat merupakan hal yang wajar dan perbedaan tersebut patut dihargai. Gubernur Lemhannas RI menekankan bahwa sebagai bangsa Indonesia, perbedaan apapun yang disampaikan harus berasal dari konsensus dasar kebangsaaan. “Karena bangsa ini adalah bangsa besar yang dibangun atas dasar kesepakatan. Apabila semua berasal dari konsensus tersebut dan bertujuan untuk berakhir pada konsensus dasar bangsa tersebut, maka kita bisa yakin kebebasan pendapat apapun itu masih di dalam rel kebangsaan,” kata Gubernur Lemhannas RI. Namun, jika kebebasan berpendapat tersebut berada dari luar konsensus dasar dan bertujuan pada akhir yang juga berada di luar konsensus dasar, maka patut diwaspadai bahwa hal tersebut bisa berkembang kepada hal-hal yang ingin membongkar konsensus dasar kebangsaan.


Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhannas RI) Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo menyampaikan orasi kebangsaan dalam rangka peringatan Hari Sumpah Pemuda dan Peresmian ToBe Institute bertempat di Bekasi Convention Center pada Kamis, (28/10). “Kalau kita melihat secara mendalam dan komprehensif, peristiwa sumpah pemuda itu mempunyai makna yang dalam,” kata Gubernur Lemhannas RI.

Sumpah Pemuda adalah sumpah untuk bersatu. Oleh karena itu, menjadi tugas dan tanggung jawab bersama dalam menjaga kedaulatan dari Sumpah Pemuda. Bersatu dalam bentuk persatuan dan kesatuan diperlukan Indonesia karena bangsa Indonesia memiliki karakteristik dan keadaan geografi yang bhinneka. Gubernur Lemhannas RI memandang bahwa kebhinnekaan tersebut patut disyukuri dan disadari memberikan kenikmatan. “Kita bisa bergaul dengan saudara-saudara kita yang berbeda dalam berbagai elemen atau berbagai aspek, itu juga memperluas wawasan kita,” ujar Gubernur Lemhannas RI memandang kebhinnekaan karakteristik Indonesia.

Sejalan dengan kebhinekaan karakteristik, kebhinnekaan geografi Indonesia dapat terlihat dari pulau-pulau di sepanjang garis khatulistiwa yang memiliki beragam kekayaan. Gubernur Lemhannas RI memandang bahwa kebhinnekaan yang dimiliki Indonesia memberikan kenikmatan, kenyamanan, dan pengetahuan. Namun, jika kebhinekaan tersebut tidak dikelola dengan baik dapat berkembang menjadi masalah yang bisa menimbulkan kesulitan bagi bangsa Indonesia sendiri.

“Bangsa Indonesia ini adalah bangsa kesepakatan, bukan bangsa yang dibangun atas dasar perbandingan mayoritas minoritas,” kata Gubernur Lemhannas RI. Menurut Gubernur Lemhannas RI, Sumpah Pemuda yang diikrarkan tahun 1928 merupakan salah satu contoh dari bentuk kesepakatan bangsa Indonesia. Jika melakukan kilas balik mendalami perjalanan sejarah bangsa Indonesia, maka akan banyak sekali keputusan-keputusan yang berproses dari sebuah kesepakatan.

“Kalau kita mencari kearifan lokal, kita tidak perlu jauh-jauh, kesepakatan inilah yang perlu kita ingat. Itulah yang harus kita pelihara di masa depan, yaitu bahwa bangsa ini dibangun atas dasar kesepakatan bukan atas dasar mayoritas dan minoritas,” ujar Gubernur Lemhannas RI.

Dalam momentum peringatan Sumpah Pemuda ke-93 ini, Gubernur Lemhannas RI menyoroti hubungan antara generasi tua dan generasi muda. Mengutip kata-kata seorang filsuf Lebanon, Gubernur Lemhannas RI menyampaikan bahwa hubungan antara generasi tua dengan generasi muda dapat diumpamakan seperti busur dan anak panah. Perumpamaan tersebut adalah generasi tua berfungsi sebagai busur dan generasi muda sebagai anak panah yang akan melesat ke depan dan mengenai sasaran. “Jangan coba-coba generasi tua untuk membentuk generasi muda dengan cara berpikir dan bersikap seperti kebiasaan dari generasi tuanya,” tutur Gubernur Lemhannas RI. Generasi tua tidak dapat menahan generasi muda agar persis seperti generasi tua, melainkan generasi tua bertugas untuk menyiapkan agar generasi muda siap untuk menghadapi tantangan masa depan.

“Yang akan menghadapi masa depan itu adalah anak panah, busur tidak akan lepas untuk terbang bersama-sama anak panah, busur akan tetap tinggal di tempat, tetapi yang melesat ke masa depan itu adalah anak panah,” kata Gubernur Lemhannas RI.

Pada kesempatan tersebut, Gubernur Lemhannas RI juga menyampaikan bahwa bangsa Indonesia sedang menghadapi beberapa masa transisi, salah satunya transisi generasi. Gubernur Lemhannas RI memandang saat ini terjadi pergeseran-pergeseran nilai yang jika tidak dicari penyebabnya maka akan terkesan di antara salah atau benar. Padahal hal tersebut disebabkan karena perbedaan lingkungan yang dialami antara generasi tua dengan generasi muda. “Kalau dulu nasionalisme itu seperti halaman rumah kita, kita bikin pagar, orang dilarang masuk, tapi sekarang ini selanjutnya kita harus buka pagar itu. Kita harus bongkar pagar itu bahwa kita perlu bergaul dengan bangsa-bangsa di dunia,” ujar Gubernur Lemhannas RI.

Namun, hal tersebut juga diikuti dengan tantangan yang harus diatasi. Tantangannya adalah harus menghadapi persaingan dan kompetisi dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Oleh karena itu, generasi muda harus mengintrospeksi diri atas kekurangan yang dimiliki dan mempersiapkan diri agar siap.

Sejalan dengan hal tersebut, Gubernur Lemhannas RI mengapresiasi kehadiran ToBe Institute sebagai penghubung dalam membantu setiap orang untuk dapat mencapai cita-cita. “Saya menyambut baik dibentuknya ToBe Institute karena memang ke depan bagaimana pun juga pembentukan kualitas Sumber Daya Manusia merupakan elemen terpenting di dalam pembangunan bangsa,” tutur Gubernur Lemhannas RI. Menurut Gubernur Lemhannas RI, tanpa adanya kualitas SDM yang mumpuni, kekayaan SDA tidak dapat dirasakan dan tidak membawa kesejahteraan bagi masyarakat luas. Gubernur Lemhannas RI memandang tagline ToBe Institute “Untuk Kemajuan Bangsa“ bukan untuk menyombongkan sumber kekayaan alam, tetapi untuk mendukung peningkatan kualitas SDM.

Turut hadir dalam kegiatan tersebut, Direktur Utama Krakatau Steel Silmy Karim; Wakil Walikota Bekasi Dr. H. Tri Adhianto Tjahyono, S.E., M.M.; Penasihat Karya Pengusaha Peduli Indonesia, Dr. Asrul Alamsyah S.IP., M.M.; Ketua Dewan Pembina Yayasan Pendidikan Indonesia Raya Bersatu Mohammad Ayif S.Pdi.; Direktur Operasional PT. Intecs Teknikatama Industri Mulandaru Rachim; Direktur Utama PDAM Tirta Bhagasasi Usep Rahman Salim S.Sos., M.M.; serta Ketua Yayasan Pendidikan Indonesia Bersatu Dodi Rustandi, S.Pdi.


Dalam rangka Peringatan Hari Sumpah Pemuda, Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhannas RI) menyelenggarakan Gebyar Wawasan Kebangsaan #KaryaNyataGarudaMuda bertempat di MNC Conference Center, iNews Tower, Jakarta pada Kamis, (28/10). Gebyar Wawasan kebangsaan tersebut disiarkan langsung dan diikuti lebih dari 1000 pemuda yang berasal dari seluruh Indonesia. Hadir sebagai narasumber Gubernur Lemhannas RI Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo, Peraih Medali Emas Paralimpiade Tokyo 2020 Parabadminton Leani Ratri Oktila, dan Staf Khusus Presiden RI Angkie Yudistia.

“Generasi muda, kalau boleh menyitir kata-kata Kahlil Gibran, adalah anak panah yang akan melesat ke depan. Masa depan adalah milik mereka,” kata Gubernur Lemhannas RI Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo dalam Gebyar Wawasan Kebangsaan yang mengangkat tema “Peran Generasi Muda sebagai Agen Perubahan dalam Upaya Menjaga Eksistensi Bangsa Indonesia di Era Digital dan Globalisasi” tersebut. Lebih lanjut Gubernur Lemhannas RI memandang bahwa generasinya adalah busur yang menyiapkan dan melepaskan anak panah tersebut ke masa depan.

Oleh karena itu, dalam era yang diisi oleh beragam generasi ini, semua pihak harus berbagi peran, terlebih cara pandang. Tiap generasi bisa berbeda cara pandang sehingga cara berpikir, bersikap, dan bertindak akan berbeda. Namun, perbedaan tersebut tidak dijadikan ukuran untuk menyatakan siapa benar dan siapa salah. "Kita harus menghargai dan belajar dari generasi masing-masing,” tegas Gubernur Lemhannas RI.

Selanjutnya Gubernur Lemhannas RI mengingatkan para generasi tua untuk tidak terjebak dalam menilai peran generasi muda sesuai dengan bentuk dan tata acara yang dilakukan di masa lalu. Seperti yang sudah disampaikan sebelumnya, perbedaan cara pandang menimbulkan perbedaan cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang tentunya juga mengubah bentuk dan tata cara. “Cinta tanah air di masa lalu mungkin lebih bersifat fisik karena ada ancaman dari kaum kolonial, tapi sekarang cinta tanah air sifatnya terbuka bagi kita untuk berani bergaul, bersaing, dan menang di dalam persaingan antar bangsa. Saya rasa generasi muda sudah siap untuk itu,” kata Gubernur Lemhannas RI.

“Apa yang bisa diestafetkan dari generasi tua ke generasi muda adalah contoh dan teladan,” kata Gubernur Lemhannas RI. Menurut Gubernur Lemhannas RI, hal tersebut merupakan tantangan bagi generasi tua agar betul-betul menyelesaikan persoalan yang terjadi pada generasi tua sehingga ada pelajaran yang dapat diberikan. Paling tidak, persoalan-persoalan yang terjadi di generasi tua tidak dibawa ke masa depan oleh generasi muda. Kepada generasi muda, Gubernur Lemhannas RI mengingatkan untuk mempersiapkan diri sebagai antisipasi untuk menjawab tantangan-tantangan di masa depan karena pada hakikatnya, sebuah generasi dinilai tidak siap bila mengabaikan perkembangan lingkungan strategis dan tidak mempersiapkan diri.

Gubernur Lemhannas RI meyakini kesiapan generasi muda dalam bersumbangsih dalam pembangunan bangsa. Generasi muda sudah fasih untuk menghadapi tantangan-tantangan Internet of Things dan era digital. “Di sini juga kita tampilkan contoh-contoh generasi muda (Leani Ratri Oktila dan Angkie Yudistia) yang telah memberikan bukti nyata, jadi bukan hanya dibicarakan lagi, bukan didiskusikan lagi, tapi sudah memberikan karya nyata, memberikan sumbangan bagi pembangunan bangsa sesuai dengan marwah dari sumpah pemuda," ujar Gubernur Lemhannas RI.

Dengan dilaksanakannya Gebyar Wawasan Kebangsaan yang dihadiri Peraih Medali Emas Paralimpiade Tokyo 2020 Parabadminton Leani Ratri Oktila, dan Staf Khusus Presiden RI Angkie Yudistia, satu hal disadari Gubernur Lemhannas RI, bahwa proses belajar tidak berjalan satu arah dari generasi tua kepada generasi muda. “Saya di sini bisa mengambil pelajaran, walaupun tidak terucap dari para generasi muda. Bahwa walaupun generasi muda pernah mengalami suatu titik dalam hidup mereka yang bisa dipersepsikan, apabila itu bukan ada pada diri Mbak Leani dan Mbak Angkie, sebagai akhir dari kehidupan mereka, tetapi ternyata mereka tidak menyerah,” kata Gubernur Lemhannas RI.

Lebih lanjut Gubernur Lemhannas RI mengapresiasi Leani Ratri Oktila yang terus bergerak dan akhirnya berhasil menjadi juara dunia dalam parabadminton serta Angkie Yudistia yang tetap terus belajar dan memberikan sumbangan pemikiran-pemikiran gagasan terbaik bagi pembangunan menuju bangsa dan negara Indonesia dalam menghadapi tantangan masa depan.



Hak cipta © 2024 Lembaga Ketahanan Nasional RI. Semua Hak Dilindungi.
Jl. Medan Merdeka Selatan No. 10 Jakarta 10110
Telp. (021) 3451926 Fax. (021) 3847749