Press Release

Nomor  : PR/3/VII/2021

Tanggal :   6 Juli 2021

Jakarta –  Pandemi Covid-19 telah memberikan dampak krisis bagi berbagai sektor di masyarakat. Pandemi ini telah mendisrupsi cara hidup individu, masyarakat, dan bangsa. “Pandemi Covid-19 juga memberikan pelajaran bagi kita semua untuk beradaptasi dan bertransformasi diri dari kehidupan yang business as usual menuju tatanan dan cara hidup yang baru,” kata Wakil  Presiden Republik Indonesia Prof. Dr. (H.C.) K.H. Ma’ruf Amin  saat Kuliah Umum pada Peserta PPRA 62  dan PPSA 23 secara daring (6/7).

Dalam situasi yang sangat tidak menguntungkan ini, bangsa Indonesia terus berinovasi dan melahirkan kreativitas untuk melalui krisis ini. “Kita semua menyaksikan berbagai inovasi, kreativitas, praktek-praktek terbaik, dan cara-cara baru yang berkembang begitu cepat sebagai bagian dari upaya untuk beradaptasi dengan kondisi saat ini,” lanjut K.H. Ma’ruf Amin.

Untuk itu, pandemi ini berpeluang untuk memajukan dunia pendidikan dengan memanfaatkan teknologi. “Pendidikan adalah masa depan suatu bangsa. Pandemi Covid-19 banyak menimbulkan ancaman dunia pendidikan. Dari sudut pandang lain, ancaman dapat diubah menjadi peluang memajukan dunia pendidikan,” kata Gubernur Lemhannas RI, Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo.

Faktor terpenting untuk mempercepat transformasi teknologi pendidikan adalah dukungan pemangku kepentingan pendidikan yang berani untuk melek teknologi. “Lahirnya sistem berbasis teknologi tentunya membutuhkan institusi pendidikan, guru, siswa bahkan orang tua untuk melek teknologi,” ujar Agus.

Pandemi ini juga menjadi kesempatan bagi para siswa untuk mengaplikasikan ilmu di tengah-tengah keluarganya ketika sekolah-sekolah ditutup. “Baik itu sekedar membuka diskusi kecil atau dengan mengajarkan ilmu yang didapat kepada keluarga,” kata Agus melanjutkan.

Ilmu yang diterapkan oleh peserta pendidikan secara langsung akan berpengaruh tidak hanya bagi yang mengaplikasikannya tetapi juga bagi yang menerimanya. Kedekatan siswa dengan keluarga saat pandemi baik secara koginitif maupun psikologis sangat berarti dalam meningkatkan prestasi siswa. “Para ahli meyakini bahwa peran orang tua dalam kehidupan seorang anak berdampak luas dan dengan pengawasan orang tua anak akan mudah untuk memantau perkembangannya secara langsung,” kata Agus melanjutkan.

Sejak ditetapkannya bencana nasional sejak Maret 2020, Pandemi Covid-19 telah mewabah dengan sebaran hampir di semua daerah walaupun sudah sebagian dari masyarakat melaksanakan vaksin dan menimbulkan krisis multidimensi. Krisis ini berpengaruh terhadap kesejahteraan, kesehatan, serta meningkatnya kerawanan sosial.

“Kondisi ini tentu saja mempengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat, kesehatan, kerawanan sosial dan sebagainya. hal ini harus segera ditangani, agar masyarakat menjadi lebih kuat dan tahan dalam menghadapi pandemi yang belum tahu kapan dapat diatasi secara tuntas,” pungkas Agus.  

Pembekalan dan kuliah umum oleh Wakil  Presiden Republik Indonesia Prof. Dr. (H.C.) K.H. Ma’ruf Amin  secara daring diikuti oleh Peserta PPRA 62 berjumlah 80 orang dan PPSA 23 berjumlah 60 orang  dari tempat masing-masing. Saran yang diajukan kepada Wapres RI ini sesuai dengan tema seminar yang dilaksanakan oleh PPRA 62 yang mengangkat tema “Tantangan Pemulihan Ekonomi Nasional di Tengah Penyelesaian Covid-19” dan PPSA 23 dengan mengangkat tema “Pandemi Covid-19 terhadap Sistem Pendidikan di Indonesia”

Sebelumnya, kegiatan dibuka dengan laporan Gubernur Lemhannas RI tentang sistem pelaksanaan pendidikan PPRA 62 dan PPSA 23 selama pandemi Covid-19. Kemudian dilanjutkan pembekalan atau kuliah umum dari Wakil Presiden RI.

Kuliah umum tersebut juga dihadiri oleh Wakil Gubernur Lemhannas RI Marsdya TNI Wieko Syofyan, Deputi Pendidikan Pimpinan Tingkat Nasional Lemhannas RI Mayjen TNI Sugeng Santoso, S.I.P., dan perwakilan pejabat Lemhannas RI dan undangan dari kementerian/lembaga secara daring.

 

Biro Humas Lemhannas RI

Jalan Medan Merdeka Selatan 10, Jakarta 10110

Telp. 021-3832108/09

http://www.lemhannas.go.id

Instagram : @lemhannas_ri

Facebook : lembagaketahanannasionalri

Twitter : @LemhannasRI


Press Release

Nomor  : PR/ 8/VI/2021

Tanggal :   2 Juni 2021

Jakarta –  Sekitar 900 pemuda yang mewakili ikuti Gebyar Wawasan Kebangsaan secara daring dengan mengangkat tema #GuePancasila. Webinar ini merupakan upaya Lemhannas RI dalam mendekatkan generasi milenial dan generasi Z dari seluruh Indonesia dengan Pancasila. “Karena anak milenial umumnya dekat dunia digital maka, pendekatannya pun melalui digital,” kata Gubernur Lemhannas RI, Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo di Jakarta, Rabu (2/6).

Webinar ini merupakan bagian dari upaya Lemhannas RI dalam membumikan Pancasila di tengah derasnya informasi di dunia maya. “Pancasila di tengah arus globalisasi ini harus ‘menginjak bumi’ agar maknanya lebih mendalam bagi para generasi milenial ini,” kata Agus. Menurutnya, anak-anak milenial ini sudah pintar berselancar ke dunia maya mencari literasi dan sudah punya pikiran sendiri untuk masa depan mereka.

Pemuda saat ini tidak membutuhkan jargon tentang Pancasila tapi implementasi dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini sangat diperlukan sebab Pancasila tidak diterima begitu saja dari para pendiri bangsa, tapi perlu diperjuangkan. “Seperti yang pernah diucapkan Khalil Gibran, yang akan melesat ke dapn adalah anak-anak, generasi muda, penerus bangsa. Generasi kami yang lebih dulu ada akan fade away,” ujar Agus sembari tertawa.

Agus mencermati bahwa generasi muda saat ini memiliki tantangan yang berbeda dengan generasi masa lampau. “Kita perlu mencermati perbedaan itu dan bagaimana menanganinya. Kalau dulu dikatakan hapalan, bacaan, sekarang ini dituntut ada implementasi dan praktik,” lanjut Agus. Akan tetapi praktik itu harus diperkaya dengan pengetahuan dan membaca literatur yang sudah ada.

“Aneh kalau seorang WNI tidak hapal urutan Pancasila. Tantangan ini akan memberikan tantangan pada generasi tersebut karena diberikan kebebasan mengakses infonrmasi secara bebas dan independen, sementara kalau dulu terpusat,” kata Agus.  

Pemuda saat ini mempunyai peluang  sebagai generasi yang akan melesat ke masa depan dan kinerja kontribusinya akan dinilai di masa depan. “Kita juga perlu melihat jangan mengambil asumsi bahwa apa yg kita lihat dan baca sekarang itu berbentuk final dari gagasan-gagasan yang sering kita bicarakan. Jangan berhenti pada kritik dan jangan kita bekerja untuk mengkritik mencari kesalahan, tetapi bagaimana solusinya,” lanjut Agus.

Agus sangat mendambakan generasi depan itu sebagai generasi yang mempunyai entitas moral dan etika, entitas intelektual. “Selalu ingin mencari yg terbaik dan bagaimana seharusnya, kritis terhadap itu. Seringkali kita larut dalam diskusi-diksusi mainstream, sangat jarang untuk mendapatkan kontribusi-kontribusi konstruktif untuk bisa mencoba mengatasi apa yang kita hadapi hari ini,” lanjut Agus.

Indonesia menaruh harapan besar pada generasi milenial agar dapat menerapkan nilai-nilai Pancasila. Generasi milenial adalah generasi yang lahir pada era internet dengan pola komunikasinya sangat terbuka dibanding generasi sebelumnya dan kehidupannya sangat terpengaruh dengan perkembangan teknologi.

Sherly Annavita Rahmy, sosok pemuda yang menjadi tamu dalam acara itu menekankan, pendidikan adalah kunci paling ampuh untuk mengubah banyak hal. Hal ini akan menjadi kemampuan pemuda dalam menyaring informasi apa saja yang mereka terima. Dia setuju juga berpikir kritis lebih diutamakan bagi pemuda dalam menyelesaikan tantangan yang dihadapi saat ini, misalnya isu toleransi. “Semua informasi yang diterima dari sosial media, harus disaring, difilter, mana yang logis dan tidak,” kata kreator konten asal Lhokseumawe Aceh ini.

Sherly juga mengatakan emuda harus memiliki kemampuan critical thinking. Selama ini anak muda sering terekspose intoleransi atau terpapar di hilir. "Artinya critical thinkingnya ga jalan, asalnya dari mana,” lanjut Sherly. Menurutnya ada dua pemicu intoleransi di pemuda, yaitu pertama dari provokator atau muncul dari akun anonim, yang kedua berasal dari latar belakang yang tidak jelas.

Sherly kembali mengingatkan pemuda bahwa Pancasila adalah perekat bangsa. Pada kesempatan tersebut, Sherly menyampaikan puisi yang mengajak pemuda untuk menjadikan Pancasila sebagai panduan bagi para Pemuda.  “Pancasila adalah rumah kita bersama, bahwa Pancasila ini bukan alat untuk memukul. Dia adalah alat untuk merangkul. Pancasila ini bukan alat untuk menuduh, dia alat untuk memperteguh. Pancasila ini bukan alat untuk membuat gaduh, dia alat untuk membuat suasana menjadi teduh. Pancasila bukan alat untuk menyerang yg berbeda pandangan politik, dia alasan kita untuk bergandengan tangan dengana asyik. Yang justru di dalam rumah Pancasila kita semua ini justru perbedaan itu adalah kekuatan.”

Lemhannas merasa terpanggil mendekatkan anak milenial dengan Pancasila. Caranya mengajak ngobrol dengan mereka melalui daring dan mempertemukan anak milenial dari seluruh Indonesia. Dalam sehari, generasi pemuda bisa mengakses internet 8 sampai 13 jam. Untuk itu penggunaan sosial media sebagai alat sosialisasi Pancasila yang efektif sudah mulai perlu dilakukan.

Karena anak milenial umumnya dekat dunia digital maka, pendekatannya pun melalui era digital. Lembaga ini ingin ngobrol langsung dengan anak-anak milenial ini, sebenarnya apa yang ada di benak mereka tentang Pancasila.   Acara yang dihelat pada  Rabu, 2 Juni 2021,  pukul 09.00 s.d. 12.00 WIB, tersebut menghadirkan  narasumber terkemuka, di antaranya, Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo Gubernur Lemhannas RI,  sejarawan Dr. Anhar Gonggong, dan Digital Creator Social Media Influencer Sherly Annavita Rahmi, S.Sos., MSIPh.

Kegiatan ini juga diharapkan mampu membangkitkan semangat generasi milenial untuk terus berkarya demi masa depan Indonesia. Sehingga generasi milenial mampu memperkokoh NKRI dalam menghadapi segala bentuk tantangan, ancaman, hambatan, gangguan persaingan global untuk ketahanan nasional.

 

Biro Humas Lemhannas RI

Jalan Medan Merdeka Selatan 10, Jakarta 10110

Telp. 021-3832108/09

http://www.lemhannas.go.id

Instagram : @lemhannas_ri

Facebook : lembagaketahanannasionalri

Twitter : @LemhannasRI

 


Press Release

Nomor  : PR/2/VII/2021

Tanggal :   6 Juli 2021

Jakarta –  Lemhannas RI menyarankan pemerintah untuk menggunakan modal sosial dan budaya yang ada di masyarakat untuk atasi pandemi Covid-19. “Penggunaan modal sosial dan budaya dapat mendorong pemulihan bangsa akibat krisis dan terciptanya tatanan kebiasaan baru,” kata Gubernur Lemhannas RI, Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo pada Selasa (6/7).

Hal tersebut disampaikan  pada pembekalan dan kuliah umum oleh Wakil  Presiden Republik Indonesia Prof. Dr. (H.C.) K.H. Ma’ruf Amin  secara daring pada  kepada  peserta Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) 62 dan Program Pendidikan Singkat Angkatan (PPSA) 23 Lemhannas RI dari Istana Wapres.

Pandemi Covid-19 juga menjadi masalah global  berdampak pada berbagai aspek kehidupan serta politik, ekonomi, sosial, budaya, pendidikan, kesehatan, pertahanan dan keamanan. “Seluruh negara berupaya keras untuk mencari solusi pencegahan dan penyembuhannya. Dampak yang terjadi pada berbagai aspek kehidupan juga harus segera ditangani dengan baik. Setiap negara berpacu dengan waktu untuk melakukan vaksinasi dan menemukan obat yang tepat guna mengendalikan akibat buruk dari pandemi Covid-19,” kata K.H. Ma’ruf Amin.

Sejalan dengan itu, modal sosial dan budaya yang ada di masyarakat, diperlukan untuk membangun kekuatan kolektif melawan pandemi dan agar dapat membantu menciptakan pemulihan aktivitas sosial ekonomi yang dapat dilakukan secara optimal. 

Lemhannas mencermati bahwa modal sosial seperti peran dari perangkat komunitas lokal memiliki posisi yang penting dalam kondisi sosial ekonomi saat ini. “Selain peran dari perangkat komunitas lokal maupun pemerintah untuk membangun kesadaran saling gotong royong dalam menghadapi suatu kendala bencana, kepemimpinan lokal dalam membangun tatanan kebiasaan baru menjadi sangat penting dalam aktivitas sosial ekonomi saat ini,” ujar Agus.

Sejak ditetapkannya bencana nasional sejak Maret 2020, Pandemi Covid-19 telah mewabah dengan sebaran hampir di semua daerah walaupun sudah sebagian dari masyarakat melaksanakan vaksin da`n menimbulkan krisis multidimensi. Krisis  ini berpengaruh terhadap kesejahteraan, kesehatan, serta meningkatnya kerawanan sosial.

“Kondisi ini tentu saja mempengaruhi tingkat kesejahteraan masyarakat, kesehatan, kerawanan sosial dan sebagainya. hal ini harus segera ditangani, agar masyarakat menjadi lebih kuat dan tahan dalam menghadapi pandemi yang belum tahu kapan dapat diatasi secara tuntas,” pungkas Agus.  

Pembekalan dan kuliah umum oleh Wakil  Presiden Republik Indonesia Prof. Dr. (H.C.) K.H. Ma’ruf Amin  secara daring diikuti oleh Peserta PPRA 62 berjumlah 80 orang dan PPSA 23 berjumlah 60 orang  dari tempat masing-masing. Saran yang diajukan kepada Wapres RI ini sesuai dengan tema seminar yang dilaksanakan oleh PPRA 62 yang mengangkat tema “Tantangan Pemulihan Ekonomi Nasional di Tengah Penyelesaian Covid-19” dan PPSA 23 dengan mengangkat tema “Pandemi Covid-19 terhadap Sistem Pendidikan di Indonesia”

Sebelumnya, kegiatan dibuka dengan laporan Gubernur Lemhannas RI tentang sistem pelaksanaan pendidikan PPRA 62 dan PPSA 23 selama pandemi Covid-19. Kemudian dilanjutkan pembekalan atau kuliah umum dari Wakil Presiden RI.

Kuliah umum tersebut juga dihadiri oleh Wakil Gubernur Lemhannas RI Marsdya TNI Wieko Syofyan, Deputi Pendidikan Pimpinan Tingkat Nasional Lemhannas RI Mayjen TNI Sugeng Santoso, S.I.P., dan perwakilan pejabat Lemhannas RI dan undangan dari kementerian/lembaga secara daring.

 

 

Biro Humas Lemhannas RI

Jalan Medan Merdeka Selatan 10, Jakarta 10110

Telp. 021-3832108/09

http://www.lemhannas.go.id

Instagram : @lemhannas_ri

Facebook : lembagaketahanannasionalri

Twitter : @LemhannasRI


Press Release

Nomor  : PR/  7 /VI/2021

Tanggal :   2 Juni 2021

Jakarta – Pemuda Indonesia perlu mengikuti yang telah dilakukan oleh pendiri bangsa ini yaitu belajar, membaca, dan menulis. Bagi generasi muda sekarang, ada satu pesan yang saya ambil dari pendiri bangsa yaitu Ir. Sukarno dan Muhammad Hatta, yaitu membaca dan menulis.

"Sukarno  dan Hatta menulis pikirannya. Pesan dari Ir Sukarno dan Hatta, jangan tinggalkan belajar, membaca buku, dan jangan tinggalkan menulis,” kata Sejarawan Angar Gonggong dalam Gebyar Wawasan Kebangsaan antara Lemhannas RI dengan 900-an peserta pemuda perwakilan komunitas dari seluruh Indonesia secara daring, Jakarta (2/6).

Gebyar Wawasan Kebangsaan yang dilakukan oleh Lemhannas RI adalah program diskusi dengan pemuda tentang nilai-nilai Pancasila yang menjadi masa depan para pemuda. “Hari ini kita bicara tentang masa depan, jadi kita sebenarnya berdialog,” lanjut Anhar. Lemhannas berdiskusi dengan para pemuda untuk meminta bagaimana generasi milenial saat ini untuk memikirkan Pancasila.

“Pemuda yang akan berjalan ke masa depan. Yang kita bicarakan hari ini adalah masa depan dan masa depan sebenarnya dilahirkan oleh masa depan yang hasil pemikiran daripada pendiri bangsa ini,” kata Anhar.

Anhar merujuk bahwa  pendiri bangsa yaitu Ir. Soekarno, Soepomo, Muh. Hatta pada masa mudanya juga berdebat, tapi akhirnya berkonsensus. “Rumusan Pancasila berkembang menjadi dasar negara sampai  sekarang melalui proses dari Soekarno, Soepomo, Hatta, ada kekuatan nasionalis sekuler, nasionalis islami, tapi mereka bisa berkonsensus, mereka berdepat tapi akhirnya adalah hasil yang kita nikmati sekarang, yang adalah konsensus dari dialog yang panjang dari mereka,” kata Anhar.

Sudah saatnya semua komponan bangsa perlu menarik garis tegas implementasi Pancasila melalui nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Yakni, nilai mana yang perlu diimplementasikan dan nilai apa yang bertentangan dengan Pancasila. Teori-teori yang selama ini sudah khatam menjadi pegangan masyarakat, sudah saatnya diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. “Teori tanpa praktik tak akan berarti apa-apa,” kata Agus.

Berkaca pada negara-negara maju, kata Agus, mereka menjalankan nilai-nilai yang mereka pegang dari  teori yang ada, setelah itu menjalankannya dalam kehidupan sehari-hari. “Contohnya, Jepang yang terkenal kedisiplinannya dalam membuang sampah, dan budaya antre. Juga negara Skandinavia memiliki minat literasi tertinggi di dunia. Negara ini sejahtera dan merasakan keadilan. Ada juga Finlandia yang sistem pendidikannya terbaik di dunia,” kata Agus Widjojo. Semua negara maju sadar, teori tanpa implementasi tak akan berarti apa-apa.

Gebyar Wawasan Kebangsaan yang diselenggarakan oleh Lemhannas RI adalah tempat berbagi pendapat tentang Pancasila dengan generasi milenial dan masyarakat secara luas. Kegiatan ini diikuti oleh 900 pemuda yang berasal perwakilan komunitas masyarakat dari seluruh Indonesia. Mereka diharapkan dapat menjadi agen-agen penggerak perubahan bagi para generasi millenial dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang lebih baik. Kegiatan ini diharapkan mampu membangkitkan semangat generasi milenial untuk terus berkarya demi masa depan Indonesia.

 

Biro Humas Lemhannas RI

Jalan Medan Merdeka Selatan 10, Jakarta 10110

Telp. 021-3832108/09

http://www.lemhannas.go.id 

Instagram : @lemhannas_ri

Facebook : lembagaketahanannasionalri

Twitter : @LemhannasRI

 



Hak cipta © 2024 Lembaga Ketahanan Nasional RI. Semua Hak Dilindungi.
Jl. Medan Merdeka Selatan No. 10 Jakarta 10110
Telp. (021) 3451926 Fax. (021) 3847749