Sejarawan Anhar Gonggong: Milenial Perlu Belajar, Membaca dan Menulis

Press Release

Nomor  : PR/  7 /VI/2021

Tanggal :   2 Juni 2021

Jakarta – Pemuda Indonesia perlu mengikuti yang telah dilakukan oleh pendiri bangsa ini yaitu belajar, membaca, dan menulis. Bagi generasi muda sekarang, ada satu pesan yang saya ambil dari pendiri bangsa yaitu Ir. Sukarno dan Muhammad Hatta, yaitu membaca dan menulis.

"Sukarno  dan Hatta menulis pikirannya. Pesan dari Ir Sukarno dan Hatta, jangan tinggalkan belajar, membaca buku, dan jangan tinggalkan menulis,” kata Sejarawan Angar Gonggong dalam Gebyar Wawasan Kebangsaan antara Lemhannas RI dengan 900-an peserta pemuda perwakilan komunitas dari seluruh Indonesia secara daring, Jakarta (2/6).

Gebyar Wawasan Kebangsaan yang dilakukan oleh Lemhannas RI adalah program diskusi dengan pemuda tentang nilai-nilai Pancasila yang menjadi masa depan para pemuda. “Hari ini kita bicara tentang masa depan, jadi kita sebenarnya berdialog,” lanjut Anhar. Lemhannas berdiskusi dengan para pemuda untuk meminta bagaimana generasi milenial saat ini untuk memikirkan Pancasila.

“Pemuda yang akan berjalan ke masa depan. Yang kita bicarakan hari ini adalah masa depan dan masa depan sebenarnya dilahirkan oleh masa depan yang hasil pemikiran daripada pendiri bangsa ini,” kata Anhar.

Anhar merujuk bahwa  pendiri bangsa yaitu Ir. Soekarno, Soepomo, Muh. Hatta pada masa mudanya juga berdebat, tapi akhirnya berkonsensus. “Rumusan Pancasila berkembang menjadi dasar negara sampai  sekarang melalui proses dari Soekarno, Soepomo, Hatta, ada kekuatan nasionalis sekuler, nasionalis islami, tapi mereka bisa berkonsensus, mereka berdepat tapi akhirnya adalah hasil yang kita nikmati sekarang, yang adalah konsensus dari dialog yang panjang dari mereka,” kata Anhar.

Sudah saatnya semua komponan bangsa perlu menarik garis tegas implementasi Pancasila melalui nilai-nilai yang terkandung di dalamnya. Yakni, nilai mana yang perlu diimplementasikan dan nilai apa yang bertentangan dengan Pancasila. Teori-teori yang selama ini sudah khatam menjadi pegangan masyarakat, sudah saatnya diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari. “Teori tanpa praktik tak akan berarti apa-apa,” kata Agus.

Berkaca pada negara-negara maju, kata Agus, mereka menjalankan nilai-nilai yang mereka pegang dari  teori yang ada, setelah itu menjalankannya dalam kehidupan sehari-hari. “Contohnya, Jepang yang terkenal kedisiplinannya dalam membuang sampah, dan budaya antre. Juga negara Skandinavia memiliki minat literasi tertinggi di dunia. Negara ini sejahtera dan merasakan keadilan. Ada juga Finlandia yang sistem pendidikannya terbaik di dunia,” kata Agus Widjojo. Semua negara maju sadar, teori tanpa implementasi tak akan berarti apa-apa.

Gebyar Wawasan Kebangsaan yang diselenggarakan oleh Lemhannas RI adalah tempat berbagi pendapat tentang Pancasila dengan generasi milenial dan masyarakat secara luas. Kegiatan ini diikuti oleh 900 pemuda yang berasal perwakilan komunitas masyarakat dari seluruh Indonesia. Mereka diharapkan dapat menjadi agen-agen penggerak perubahan bagi para generasi millenial dalam rangka meningkatkan kualitas kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang lebih baik. Kegiatan ini diharapkan mampu membangkitkan semangat generasi milenial untuk terus berkarya demi masa depan Indonesia.

 

Biro Humas Lemhannas RI

Jalan Medan Merdeka Selatan 10, Jakarta 10110

Telp. 021-3832108/09

http://www.lemhannas.go.id 

Instagram : @lemhannas_ri

Facebook : lembagaketahanannasionalri

Twitter : @LemhannasRI

 



Hak cipta © 2024 Lembaga Ketahanan Nasional RI. Semua Hak Dilindungi.
Jl. Medan Merdeka Selatan No. 10 Jakarta 10110
Telp. (021) 3451926 Fax. (021) 3847749