Press Release

Nomor  : PR/ 49 /VIII/2022

Tanggal : 24 Agustus 2022

Jakarta – Akibat krisis yang melanda dunia dan pandemi Covid-19 terjadi pergeseran fokus anggaran dari pengembangan militer dan alutsista menjadi fokus pada aspek sosio-ekonomi negara. Hal ini disampaikan oleh Dr. Collin Koh Swee Lean, Research Fellow di S. Rajaratnam School of International Studies Singapore pada The 6th Jakarta Geopolitical Forum “Geomaritime: Chasing the Future of Global Stability” (24/8).

Pengurangan anggaran di sektor militer tengah terjadi di negara-negara kawasan Asia Tenggara, sementara misalnya kondisi rata-rata kapal perang angkatan laut di kawasan tersebut berusia sudah tua.

“Trend yang akan terjadi ke depan justru fiscal austerity yang berarti pemerintah di asia tenggara akan lebih fokus pada sosio-ekonomi. Ini berarti angkatan laut akan mengalami pengurangan alokasi anggaran tidak hanya untuk alokasi anggaran operasi militer harian namun juga anggaran untuk melakukan akuisisi baru,” jelas Dr. Collin Koh Swee Lean.

Dalam situasi fiscal austerity atau kondisi dalam masa penghematan fiskal seperti itu, banyak kekuatan maritim Asia Tenggara harus puas dengan dana yang ada, setelah pembiayaan untuk aspek sosio-ekonomi negara. Anggaran yang ada digunakan untuk pemeliharaan aset yang ada dan mendukung operasi rutin masa damai. Collin juga menjelaskan, program akuisisi besar-besaran pada pasca-pandemi baru tidak akan lagi datang, dan sangat tergantung pada berapa lama kesulitan sosial ekonomi saat ini berakhir.

“Pengurangan anggaran ini mencemaskan karena rata-rata kapal perang angkatan laut di Asia Tenggara diproduksi akhir tahun 90-an dan berusia hampir 40 tahun dan rata-rata dapat digunakan hingga umur 50 tahun dengan perawatan yang baik. Jika tidak dirawat dengan baik, maka akan menimbulkan masalah operasional dan isu keselamatan, tapi tidak semua negara bisa melakukan akuisisi selama dua tahun terakhir,” lanjut Dr. Collin Koh Swee Lean.

Selain hal di atas, peneliti di RSIS itu juga menyoroti ada tiga hal yang menjadi pengamatannya selama beberapa tahun terakhir, yaitu fokus negara-negara pada isu non-tradisional, kekalahan negara-negara kecil, serta kerugian global akibat perang.

“Ada tiga pembelajaran yang dapat kita ambil yaitu di tahun-tahun sebelumnya, kita disibukkan dengan isu-isu yang nontradisional yang dikenal dengan greyzone challenges. Perang ukraina sejak enam bulan lalu menunjukan bahwa terjadinya two scale conventional war masih sangat mungkin,” ujar Dr. Collin Koh Swee Lean.

Hal kedua selanjutnya adalah pengamatan dirinya tentang perang Ukraina, yaitu dengan dukungan yang memadai, dengan senjata yang memadai dan juga kepemimpinan yang memadai, sangat memungkinkan untuk pihak yang lebih lemah untuk gagal di medan perang melawan pihak yang lebih kuat. “Bagi negara-negara asia tenggara sebagai pihak yang lebih kecil dan lemah di domain maritim, kami masih dapat mengalami kegagalan jika menghadapi situasi yang sama melawan pihak yang lebih kuat. Hal ini yang membuat angkatan laut harus lebih memperhatikan hal tersebut,” lanjut Dr. Collin Koh Swee Lean.

Pengamatan ketiga adalah perang ini tidak hanya berdampak pada Rusia dan Ukraina saja, tapi juga dampak yang lebih besar bagi komunitas global. Selain itu juga adanya krisis energi dan ekonomi yang sedang kita hadapi saat ini. “Tiga pembelajaran inilah yang saya lihat saat ini menjadi starting point pemahaman kita tentang bagaimana melihat kecenderungan di masa depan bagi prospek pertahanan dan keamanan maritim asia tenggara,” kata Dr. Collin Koh Swee Lean.

Untuk keenam kalinya, Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhannas RI) menyelenggarakan Jakarta Geopolitical Forum pada Rabu dan Kamis, 24 dan 25 Agustus 2022 dengan menghadirkan para ahli geopolitik dari berbagai negara.

Tahun ini, the 6th Jakarta Geopolitical Forum mengangkat tema “Geomaritime: Chasing the Future of Global Stability” secara hibrida. Selain tema besar tersebut, terdapat tiga sub tema pada setiap sesi kegiatan, yaitu:(1) Maritime defense and security in dynamic uncertainties;(2) Geomaritime political economy: generating growth, sustaining resource, and gaining power; dan(3) Advancing maritime technology in geo-strategic context.

Gubernur Lemhannas RI Andi Widjajanto membuka acara Jakarta Geopolitical Forum yang bertempat di Grand Studio Metro TV pada Rabu pukul 08.00 WIB.

Ada 11 Narasumber terkemuka yang berasal dari lima negara, antara lain, Amerika Serikat, Rusia, Australia, Singapura, dan Indonesia, diundang menjadi pemateri JGF kali ini.

Narasumber tersebut antara lain, Dr. Collin Koh Swee Lean, Research Fellow at the S. Rajaratnam School of International Studies; Admiral (Ret) Prof. Dr. Marsetio, S.I.P., M.M., Professor at Indonesia National Defence University; Mr. Sam Roggeveen, Director of International Security Program of Lowy Institute; Timothy R. Heath, Ph.D., Senior International Defense Researcher at the RAND Corporation; Phillips Vermonte, Ph.D., Senior Fellow of CSIS; Dr. Alan Dupont, The CEO of Geopolitical Risk Consultancy the Cognoscenti; Dr. Alexander Korolev, Associate Professor, Deputy Head of the Centre for Comprehensive European and International Studies, Higher School of Economics; Mr. Ryan Hass, Senior Fellow and the Michael H. Armacost Chair in the Foreign Policy Program at Brookings Institute; Prof. Tirta Nugraha Mursitama, Ph.D., Vice Rector for Research and Technology Transfer Binus University; Prof. Dr. Ir. Dadan Umar Daihani, D.E.A., Professional Expert on Natural Resources and National Resilience at National Resilience Institute the Republic Indonesia; dan R.M. Wibawanto Nugroho Widodo, Ph.D., M.A.(Brad), M.A., War College Dip.(NDU), M.P.P.(GMU), Ph.D.(Exon.), Deputy Head of Defense and Security, IKAL Strategic Center.

Forum internasional ini bertujuan untuk menciptakan desain tata kelola hubungan antar aktor geopolitik dalam mencapai keseimbangan kekuatan yang menjadi terbentuknya stabilitas global, khususnya masa depan geopolitik Indonesia dan dunia. Di sisi lain juga untuk memahami konteks geomaritim kontemporer yang mewarnai isu geopolitik yang sedang berkembang maupun yang akan terjadi ke depan, serta mendalami makna inti masa depan geopolitik yang berbasis pada maritim dan pengaruhnya terhadap stabilitas global.

Narahubung: Maulida (082229125536) / Endah (081316072186)

Caption Foto: E-Flyer The 6th Jakarta Geopolitical Forum dengan tema “Geomaritime: Chasing the Future of Global Stability”.

Biro Humas Lemhannas RI

Jalan Medan Merdeka Selatan 10, Jakarta 10110

Telp. 021-3832108/09

http://www.lemhannas.go.id

Instagram : @lemhannas_ri

Facebook : lembagaketahanannasionalri

Twitter : @LemhannasRI


Press Release

Nomor  : PR/ 47 /VIII/2022

Tanggal : 24 Agustus 2022

Jakarta- Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhannas RI) Andi Widjajanto menyebutkan ada empat kata kunci dalam arahan presiden terkait reformasi TNI di Indonesia, antara lain, Military Reform, Defense Modernization, Defense Transformation, dan Indonesia Defense Power.

“Itu kata kunci yang disampaikan presiden 5 Oktober 2021 yang menjadi PR kita bersama,” kata Gubernur Andi saat menjadi pembicara the 6th Jakarta Geopolitical Forum “Geomaritime: Chasing the Future of Global Stability” di Grand Studio Metro TV pada Rabu, (24/08).

Menurut Gubernur Andi, reformasi militer yang sudah dijalankan sejak tahun 1998 ini bisa berlanjut menuju transformasi pertahanan, sehingga bisa membentuk perencanaan jangka panjang menuju tercapainya kekuatan regional, yakni kekuatan pertahanan Indonesia.

Gubernur Andi meyakini perencanaan jangka panjang kekuatan pertahanan Indonesia harus mampu melampaui perencanaan 2050 yang dilakukan oleh China, bahkan kalau bisa, sampai ke 2070.

“Kuncinya untuk Indonesia ke depan adalah bagaimana menguasai teknologi,” kata Gubernur Andi.

Gubernur Andi menyebutkan Angkatan Laut di Indonesia sudah tidak bisa lagi memikirkan Maritime Instrument, Maritime Capability, dan Maritime Technology, karena begitu sudah berpikir tentang Maritime Capacity, Era Supply Chain, dan Era Connectivity, maka Indonesia perlu mengintegrasikan Maritime, Space, dan Digital Cyber.

Hal tersebut dilakukan untuk memiliki Maritime Capacity yang kuat. “Tanpa mengintegrasikan tiga itu kita tidak akan memiliki Maritime Capacity yang kuat, kapasitas maritim yang kuat,” lanjut Gubernur Andi.

Akhirnya, Indonesia memang membutuhkan langkah panjang untuk mencapainya, sesuai dengan arahan Presiden RI Joko Widodo dalam pidato HUT TNI, yaitu harus melakukan perencanaan jangka panjang reformasi TNI.

The 6th Jakarta Geopolitical Forum ini dilaksanakan secara hibrida dan berlangsung selama dua hari, yakni Rabu dan Kamis, 24 dan 25 Agustus 2022.

Pada kesempatan tersebut, selain Gubernur Andi Widjajanto, hadir pula pembicara terkemuka lain yang berkompeten di bidangnya, antara lain, Dr. Collin Koh Swee Lean, Research Fellow at the S. Rajaratnam School of International Studies; Admiral (Ret) Prof. Dr. Marsetio, S.I.P., M.M., Professor at Indonesia National Defence University; Mr. Sam Roggeveen, Director of International Security Program of Lowy Institute; Timothy R. Heath, Ph.D., Senior International Defense Researcher at the RAND Corporation; Phillips Vermonte, Ph.D., Senior Fellow of CSIS; Dr. Alan Dupont, The CEO of Geopolitical Risk Consultancy the Cognoscenti; Dr. Alexander Korolev, Associate Professor, Deputy Head of the Centre for Comprehensive European and International Studies, Higher School of Economics; Mr. Ryan Hass, Senior Fellow and the Michael H. Armacost Chair in the Foreign Policy Program at Brookings Institute; Prof. Tirta Nugraha Mursitama, Ph.D., Vice Rector for Research and Technology Transfer Binus University; Prof. Dr. Ir. Dadan Umar Daihani, D.E.A., Professional Expert on Natural Resources and National Resilience at National Resilience Institute the Republic Indonesia; dan R.M. Wibawanto Nugroho Widodo, Ph.D., M.A.(Brad), M.A., War College Dip.(NDU), M.P.P.(GMU), Ph.D.(Exon.), Deputy Head of Defense and Security, IKAL Strategic Center.

Narahubung: Maulida (082229125536) / Endah (081316072186)

Caption Foto: Gubernur Andi Widjajanto saat menjadi pembicara the 6th Jakarta Geopolitical Forum dengan tema “Geomaritime: Chasing the Future of Global Stability”.

Biro Humas Lemhannas RIJalan Medan Merdeka Selatan 10, Jakarta 10110Telp. 021-3832108/09http://www.lemhannas.go.idInstagram : @lemhannas_riFacebook : lembagaketahanannasionalriTwitter : @LemhannasRI

Biro Humas Lemhannas RI

Jalan Medan Merdeka Selatan 10, Jakarta 10110

Telp. 021-3832108/09

http://www.lemhannas.go.id

Instagram : @lemhannas_ri

Facebook : lembagaketahanannasionalri

Twitter : @LemhannasRI


Press Release

Nomor  : PR/ 48 /VIII/2022

Tanggal : 24 Agustus 2022

Jakarta- Dua minggu lalu, telah terjadi konflik di wilayah Taiwan yang nyaris menimbulkan perang akibat kunjungan Ketua DPR Amerika Serikat Nancy Pelosi ke Taiwan. Gubernur Lemhannas RI Andi Widjajanto menilai hal tersebut membuat ketegangan global meningkat.

“Ketegangannya meningkat karena ada kunjungan Ketua DPR Amerika Serikat Pelosi ke Taiwan, di sini kita bisa membaca apa yang disebut sebagai Core Interest atau Vital Interest, kepentingan inti, kepentingan vital dari kedua Negara,” kata Gubernur Lemhannas RI Andi Widjajanto saat menjadi pembicara The 6th Jakarta Geopolitical Forum “Geomaritime: Chasing the Future of Global Stability” di Grand Studio Metro TV pada Rabu, (24/08).

Saat ini, dampak kepentingan vital bagi China adalah tidak ada yang memprovokasi untuk mengubah status quo Taiwan. Kemudian, Amerika Serikat juga mementingkan unifikasi China-Taiwan berjalan sesuai dengan fase-fase natural tanpa paksaan tekanan politik militer, sekaligus untuk mendapatkan kebebasan navigasi atau freedom of navigation.

Menurut Gubernur Andi, ketika kunjungan itu terjadi, lalu China melakukan latihan militer di sekitar wilayah Taiwan, maka terdapat gangguan pada dua kepentingan tersebut. “Yang pertama, tentang taiwan yang status quo yang tiba-tiba ada tekanan-tekanan politik militernya, ada provokasi-provokasi politik militernya, nah, pada saat latihan militer itu dilakukan, kebebasan navigasi juga terganggu,” kata Gubernur Andi.

Hal tersebut membuat kapal-kapal dari Jepang dan Korea Selatan tidak bisa melewati median line antara China dan Taiwan, sehingga harus memutar ke sebelah timur Taiwan. Ini yang menyebabkan terganggunya pasokan dan rantai distribusi global.

“Rantai distribusi tiba-tiba bertambah panjang sekian puluh nautical mile karena adanya latihan-latihan militer tersebut. Menambah panjang sekian puluh nautical mile dalam waktu dua minggu. Nah itu sangat berpengaruh dengan naiknya harga logistik yang sudah tinggi,” lanjut Gubernur Andi.

Kejadian tersebut menjadi sangat dekat dengan kepentingan ekonomi Indonesia, terutama dalam hal menjaga inflasi dan mempertahankan daya beli masyarakat yang sangat bergantung pada sejumlah komoditas pangan dan energi global.

Sependapat dengan Gubernur Andi, Research Fellow at the S. Rajaratnam School of International Studies dari Singapura, Dr. Collin Koh Swee Lean menyebutkan bahwa banyak orang menilai kejadian tersebut merupakan krisis selat Taiwan keempat dengan skala yang belum pernah terjadi, jika dibandingkan konflik tahun 90-an.

“Saya melihat konflik ini membawa daerah tersebut menuju konflik skala global di Taiwan Strait,” kata Dr. Collin Koh.

Narahubung: Maulida (082229125536) / Endah (081316072186)

Caption Foto: Gubernur Andi Widjajanto saat menjadi pembicara the 6th Jakarta Geopolitical Forum dengan tema “Geomaritime: Chasing the Future of Global Stability”.

Biro Humas Lemhannas RI

Jalan Medan Merdeka Selatan 10, Jakarta 10110

Telp. 021-3832108/09

http://www.lemhannas.go.id

Instagram : @lemhannas_ri

Facebook : lembagaketahanannasionalri

Twitter : @LemhannasRI


Press Release

Nomor  : PR/ 46 /VIII/2022

Tanggal : 24 Agustus 2022

Jakarta- Persaingan geopolitik, antar negara, krisis, dan patahan-patahan global semakin dekat dan nyata dengan Indonesia. Konflik tersebut menjadikan laut, samudera, serta maritime sebagai wilayah pertarungannya. Gubernur Lemhannas RI, Andi Widjajanto menyebutkan untuk menjadikan Indonesia sebagai sebagai kekuatan maritime, perencanaan strategis tak cukup sampai 2024, tapi juga sampai tahun 2070.

“Indonesia juga menyadari untuk menjelma menjadi kekuatan maritim, Indonesia membutuhkan langkah panjang, Indonesia juga perencanaan strategis. Tidak cukup perencanaan strategis hanya sampai 2024, tidak cukup perencaan strategis 2045. Kita membutuhkan perencanaan strategis jangka panjang hingga tahun 2070,” kata Gubernur Lemhannas RI, Andi Widjajanto pada saat The 6th Jakarta Geopolitical Forum yang mengangkat tema “Geomaritime: Chasing the Future of Global Stability” (24/8). Lebih lanjut, Gubernur Andi berharap Indonesia bisa menjadi bangsa pemenang. Ia sendiri pun tak suka menyebut Indonesia sebagai negara Indonesia sebagai “middle power”.

“Saya tidak pernah terlalu suka dengan menyebut Indonesia sebagai middle power, saya lebih senang menyebut Indonesia itu sebagai kekuatan regional. Regional power karena nanti ukurannya bisa disesuaikan, mau kekuatan yang tengah, yang besar, tinggal disesuaikan saja. Regionalnya juga bisa kita sesuaikan, Asia Tenggara, Asia Timur, Asia Pasifik. Bisa kita sesuaikan dengan sesuai dengan proyeksi ke depan Indonesia,” ujar Gubernur Lemhannas RI, Andi Widjajanto.

Laksamana TNI (Purn.) Prof. Dr. Marsetio, S.I.P., M.M.: Ramalan Kebangkitan China Terbukti

Ramalan kebangkitan China sebagai penguasa maritime mulai terbukti, ini berdampak pada pergeseran kekuatan maritim dari yang sebelumnya dikuasai oleh macan-macan Asia. Bahkan secara bertahap pada tahun 2030, setelah China memimpin dunia, selanjutnya disusul yang kedua oleh India, kemudian Amerika Serikat dan Indonesia.

Hal tersebut disampaikan oleh Guru Besar Universitas Pertahanan Laksamana TNI (Purn.) Prof. Dr. Marsetio, S.I.P., M.M. saat menjadi narasumber di Jakarta Geopolitical Forum (24/8). “Kalau kita melihat sebuah situasi geopolitik di kawasan, kita akan melihat bagaimana kebangkitan di negara negara di Asia Pasifik, kebangkitan China. Pada tahun 2030, sekarang sudah secara bertahap bahwa China nanti akan me-lead dunia ini, kemudian yang kedua India, kemudian Amerika Serikat dan Indonesia,” kata Prof. Marsetio.

Para pakar di tahun 2010 sudah meramalkan, malah mulai tahun 2000, bahwa tahun 2024 tahun 2025 seluruh dunia akan dikuasai oleh China. Ada beberapa indikasi yang disebutkan oleh mantan Kepala Staf Angkatan Laut tersebut, yaitu armada China yang menguasai dunia dan pergeseran pusat ekonomi.

“Indikasinya sekarang kita lihat secara adanya maritime shift power secara bertahap, kemudian istilah-istilah terminologi tentang maritime strike sebenarnya sudah ada sejak abad 9. Ini dengan buktinya bahwa kekuatan-kekuatan armada China telah menguasai dunia. Sekarang telah terbukti kita akan melihat bagaimana China ingin menguasai dunia kemudian juga bagaimana pergeseran pusat-pusat ekonomi yang sebelumnya dari barat sekarang akan bertumbuh dan menjadi pusatnya adalah di Asia Pasifik,” kata Prof. Marsetio.

Ia melanjutkan, ramalan-ramalan prediksi-prediksi, analisa-analisa para pakar tahun 2030 China sebagai penguasa dunia sudah mulai tampak kelihatan. Dampaknya adalah memanasnya suasana di Laut China Selatan, juga munculnya konsep saingan dari OBOR China oleh US yaitu US Indo Pacom.

“Hegemoni di Laut China Selatan tentunya persaingannya lah sekarang semakin membuat suasana di Laut China Selatan semakin memanas karena dengan keadaan Amerika. Kemudian kita ketahui juga Amerika semasa nggak terima dengan konsep OBOR maka pada tahun 2018 Juni maka telah diluncurkan apa yang dinamakan dengan perubahan dari Pacom menjadi US Indo Pacom. Ini merupakan jawaban 2017 China merubah konsepnya BRI maka tandingannya adalah dengan membentuk US Indo Pacom, penyatuan armada ke-5 dengan armada ke-7 untuk mempertahankan hegemoni Amerika di Laut China Selatan,” lanjut Prof. Marsetio.

Menyikapi hal tersebut, Prof. Marsetio menyebutkan langkah Indonesia sudah tepat yang menempatkan kekuatan diplomasi dan budaya maritim untuk menjadikan Indonesia sebagai kekuatan maritime dunia melalui lima pilar.

“Situasi tersebut tentunya kita akan melihat bagaimana peran Indonesia. Kalau kita melihat peran Indonesia inilah peran Pak Jokowi. Pak Jokowi di era pertama pemerintahan beliau menyampaikan untuk membawa Indonesia menjadi negara maritim besar ada lima pilar yaitu: 1) mulai dari pemahaman tentang budaya maritim; 2) kemudian pemahaman tentang memanfaatkan sumber daya maritim; 3) kemudian interconnectivity; 4) diplomasi maritim dan 5) adalah pertahanan maritim. Ini bagaimana pertahanan maritim akan ditunjukkan kepada dunia kepada ASEAN,” pungkas Prof. Marsetio.

Untuk keenam kalinya, Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhannas RI) menyelenggarakan Jakarta Geopolitical Forum pada Rabu dan Kamis, 24 dan 25 Agustus 2022 dengan menghadirkan para ahli geopolitik dari berbagai negara.

Tahun ini, the 6th Jakarta Geopolitical Forum mengangkat tema “Geomaritime: Chasing the Future of Global Stability” secara hibrida. Selain tema besar tersebut, terdapat tiga sub tema pada setiap sesi kegiatan, yaitu:(1) Maritime defense and security in dynamic uncertainties;(2) Geomaritime political economy: generating growth, sustaining resource, and gaining power; dan(3) Advancing maritime technology in geo-strategic context.

Gubernur Lemhannas RI Andi Widjajanto membuka acara Jakarta Geopolitical Forum yang bertempat di Grand Studio Metro TV pada Rabu pukul 08.00 WIB.

Ada 11 Narasumber terkemuka yang berasal dari lima negara, antara lain, Amerika Serikat, Rusia, Australia, Singapura, dan Indonesia, diundang menjadi pemateri JGF kali ini.

Narasumber tersebut antara lain, Dr. Collin Koh Swee Lean, Research Fellow at the S. Rajaratnam School of International Studies; Admiral (Ret) Prof. Dr. Marsetio, S.I.P., M.M., Professor at Indonesia National Defence University; Mr. Sam Roggeveen, Director of International Security Program of Lowy Institute; Timothy R. Heath, Ph.D., Senior International Defense Researcher at the RAND Corporation; Phillips Vermonte, Ph.D., Senior Fellow of CSIS; Dr. Alan Dupont, The CEO of Geopolitical Risk Consultancy the Cognoscenti; Dr. Alexander Korolev, Associate Professor, Deputy Head of the Centre for Comprehensive European and International Studies, Higher School of Economics; Mr. Ryan Hass, Senior Fellow and the Michael H. Armacost Chair in the Foreign Policy Program at Brookings Institute; Prof. Tirta Nugraha Mursitama, Ph.D., Vice Rector for Research and Technology Transfer Binus University; Prof. Dr. Ir. Dadan Umar Daihani, D.E.A., Professional Expert on Natural Resources and National Resilience at National Resilience Institute the Republic Indonesia; dan R.M. Wibawanto Nugroho Widodo, Ph.D., M.A.(Brad), M.A., War College Dip.(NDU), M.P.P.(GMU), Ph.D.(Exon.), Deputy Head of Defense and Security, IKAL Strategic Center.

Forum internasional ini bertujuan untuk menciptakan desain tata kelola hubungan antar aktor geopolitik dalam mencapai keseimbangan kekuatan yang menjadi terbentuknya stabilitas global, khususnya masa depan geopolitik Indonesia dan dunia. Di sisi lain juga untuk memahami konteks geomaritim kontemporer yang mewarnai isu geopolitik yang sedang berkembang maupun yang akan terjadi ke depan, serta mendalami makna inti masa depan geopolitik yang berbasis pada maritim dan pengaruhnya terhadap stabilitas global.

Narahubung: Maulida (082229125536) / Endah (081316072186)

Caption Foto: E-Flyer The 6th Jakarta Geopolitical Forum dengan tema “Geomaritime: Chasing the Future of Global Stability”.

Biro Humas Lemhannas RI

Jalan Medan Merdeka Selatan 10, Jakarta 10110

Telp. 021-3832108/09

http://www.lemhannas.go.id

Instagram : @lemhannas_ri

Facebook : lembagaketahanannasionalri

Twitter : @LemhannasRI



Hak cipta © 2024 Lembaga Ketahanan Nasional RI. Semua Hak Dilindungi.
Jl. Medan Merdeka Selatan No. 10 Jakarta 10110
Telp. (021) 3451926 Fax. (021) 3847749