Terdampak Krisis, Negara-Negara Kurangi Anggaran di Sektor Maritim

Press Release

Nomor  : PR/ 49 /VIII/2022

Tanggal : 24 Agustus 2022

Jakarta – Akibat krisis yang melanda dunia dan pandemi Covid-19 terjadi pergeseran fokus anggaran dari pengembangan militer dan alutsista menjadi fokus pada aspek sosio-ekonomi negara. Hal ini disampaikan oleh Dr. Collin Koh Swee Lean, Research Fellow di S. Rajaratnam School of International Studies Singapore pada The 6th Jakarta Geopolitical Forum “Geomaritime: Chasing the Future of Global Stability” (24/8).

Pengurangan anggaran di sektor militer tengah terjadi di negara-negara kawasan Asia Tenggara, sementara misalnya kondisi rata-rata kapal perang angkatan laut di kawasan tersebut berusia sudah tua.

“Trend yang akan terjadi ke depan justru fiscal austerity yang berarti pemerintah di asia tenggara akan lebih fokus pada sosio-ekonomi. Ini berarti angkatan laut akan mengalami pengurangan alokasi anggaran tidak hanya untuk alokasi anggaran operasi militer harian namun juga anggaran untuk melakukan akuisisi baru,” jelas Dr. Collin Koh Swee Lean.

Dalam situasi fiscal austerity atau kondisi dalam masa penghematan fiskal seperti itu, banyak kekuatan maritim Asia Tenggara harus puas dengan dana yang ada, setelah pembiayaan untuk aspek sosio-ekonomi negara. Anggaran yang ada digunakan untuk pemeliharaan aset yang ada dan mendukung operasi rutin masa damai. Collin juga menjelaskan, program akuisisi besar-besaran pada pasca-pandemi baru tidak akan lagi datang, dan sangat tergantung pada berapa lama kesulitan sosial ekonomi saat ini berakhir.

“Pengurangan anggaran ini mencemaskan karena rata-rata kapal perang angkatan laut di Asia Tenggara diproduksi akhir tahun 90-an dan berusia hampir 40 tahun dan rata-rata dapat digunakan hingga umur 50 tahun dengan perawatan yang baik. Jika tidak dirawat dengan baik, maka akan menimbulkan masalah operasional dan isu keselamatan, tapi tidak semua negara bisa melakukan akuisisi selama dua tahun terakhir,” lanjut Dr. Collin Koh Swee Lean.

Selain hal di atas, peneliti di RSIS itu juga menyoroti ada tiga hal yang menjadi pengamatannya selama beberapa tahun terakhir, yaitu fokus negara-negara pada isu non-tradisional, kekalahan negara-negara kecil, serta kerugian global akibat perang.

“Ada tiga pembelajaran yang dapat kita ambil yaitu di tahun-tahun sebelumnya, kita disibukkan dengan isu-isu yang nontradisional yang dikenal dengan greyzone challenges. Perang ukraina sejak enam bulan lalu menunjukan bahwa terjadinya two scale conventional war masih sangat mungkin,” ujar Dr. Collin Koh Swee Lean.

Hal kedua selanjutnya adalah pengamatan dirinya tentang perang Ukraina, yaitu dengan dukungan yang memadai, dengan senjata yang memadai dan juga kepemimpinan yang memadai, sangat memungkinkan untuk pihak yang lebih lemah untuk gagal di medan perang melawan pihak yang lebih kuat. “Bagi negara-negara asia tenggara sebagai pihak yang lebih kecil dan lemah di domain maritim, kami masih dapat mengalami kegagalan jika menghadapi situasi yang sama melawan pihak yang lebih kuat. Hal ini yang membuat angkatan laut harus lebih memperhatikan hal tersebut,” lanjut Dr. Collin Koh Swee Lean.

Pengamatan ketiga adalah perang ini tidak hanya berdampak pada Rusia dan Ukraina saja, tapi juga dampak yang lebih besar bagi komunitas global. Selain itu juga adanya krisis energi dan ekonomi yang sedang kita hadapi saat ini. “Tiga pembelajaran inilah yang saya lihat saat ini menjadi starting point pemahaman kita tentang bagaimana melihat kecenderungan di masa depan bagi prospek pertahanan dan keamanan maritim asia tenggara,” kata Dr. Collin Koh Swee Lean.

Untuk keenam kalinya, Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhannas RI) menyelenggarakan Jakarta Geopolitical Forum pada Rabu dan Kamis, 24 dan 25 Agustus 2022 dengan menghadirkan para ahli geopolitik dari berbagai negara.

Tahun ini, the 6th Jakarta Geopolitical Forum mengangkat tema “Geomaritime: Chasing the Future of Global Stability” secara hibrida. Selain tema besar tersebut, terdapat tiga sub tema pada setiap sesi kegiatan, yaitu:(1) Maritime defense and security in dynamic uncertainties;(2) Geomaritime political economy: generating growth, sustaining resource, and gaining power; dan(3) Advancing maritime technology in geo-strategic context.

Gubernur Lemhannas RI Andi Widjajanto membuka acara Jakarta Geopolitical Forum yang bertempat di Grand Studio Metro TV pada Rabu pukul 08.00 WIB.

Ada 11 Narasumber terkemuka yang berasal dari lima negara, antara lain, Amerika Serikat, Rusia, Australia, Singapura, dan Indonesia, diundang menjadi pemateri JGF kali ini.

Narasumber tersebut antara lain, Dr. Collin Koh Swee Lean, Research Fellow at the S. Rajaratnam School of International Studies; Admiral (Ret) Prof. Dr. Marsetio, S.I.P., M.M., Professor at Indonesia National Defence University; Mr. Sam Roggeveen, Director of International Security Program of Lowy Institute; Timothy R. Heath, Ph.D., Senior International Defense Researcher at the RAND Corporation; Phillips Vermonte, Ph.D., Senior Fellow of CSIS; Dr. Alan Dupont, The CEO of Geopolitical Risk Consultancy the Cognoscenti; Dr. Alexander Korolev, Associate Professor, Deputy Head of the Centre for Comprehensive European and International Studies, Higher School of Economics; Mr. Ryan Hass, Senior Fellow and the Michael H. Armacost Chair in the Foreign Policy Program at Brookings Institute; Prof. Tirta Nugraha Mursitama, Ph.D., Vice Rector for Research and Technology Transfer Binus University; Prof. Dr. Ir. Dadan Umar Daihani, D.E.A., Professional Expert on Natural Resources and National Resilience at National Resilience Institute the Republic Indonesia; dan R.M. Wibawanto Nugroho Widodo, Ph.D., M.A.(Brad), M.A., War College Dip.(NDU), M.P.P.(GMU), Ph.D.(Exon.), Deputy Head of Defense and Security, IKAL Strategic Center.

Forum internasional ini bertujuan untuk menciptakan desain tata kelola hubungan antar aktor geopolitik dalam mencapai keseimbangan kekuatan yang menjadi terbentuknya stabilitas global, khususnya masa depan geopolitik Indonesia dan dunia. Di sisi lain juga untuk memahami konteks geomaritim kontemporer yang mewarnai isu geopolitik yang sedang berkembang maupun yang akan terjadi ke depan, serta mendalami makna inti masa depan geopolitik yang berbasis pada maritim dan pengaruhnya terhadap stabilitas global.

Narahubung: Maulida (082229125536) / Endah (081316072186)

Caption Foto: E-Flyer The 6th Jakarta Geopolitical Forum dengan tema “Geomaritime: Chasing the Future of Global Stability”.

Biro Humas Lemhannas RI

Jalan Medan Merdeka Selatan 10, Jakarta 10110

Telp. 021-3832108/09

http://www.lemhannas.go.id

Instagram : @lemhannas_ri

Facebook : lembagaketahanannasionalri

Twitter : @LemhannasRI



Hak cipta © 2024 Lembaga Ketahanan Nasional RI. Semua Hak Dilindungi.
Jl. Medan Merdeka Selatan No. 10 Jakarta 10110
Telp. (021) 3451926 Fax. (021) 3847749