Press Release

Nomor  : PR/ 34 /X/2021

Tanggal:  22 Oktober 2021

Jakarta – Beberapa tahun terakhir, mayoritas negara-negara maju serta negara-negara dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat telah mengalami penurunan share tenaga kerja secara drastis. Perubahan struktur tenaga kerja terjadi akibat hilangnya pekerjaan yang disebabkan oleh meluasnya inovasi dan teknologi. 

“Hilangnya pekerjaan-pekerjaan lama disertai dengan meningkatnya kebutuhan akan tenaga kerja ahli yang tidak serta merta dapat dipenuhi oleh banyak masyarakat,” kata Robertus Robert saat menjadi narasumber pada the 5th Jakarta Geopolitical Forum 2021 yang mengangkat tema “Culture and Civilization: Humanity at the crossroad” secara daring, (21/10).

Dalam uraian Klaus Schwab, lanjut Robert, disebutkan bahwa pengambil keuntungan terbesar dari revolusi indutri keempat adalah para pemodal, industriawan penyedia tenaga intelektual atau modal psikis: para inovator, para penemu, dan shareholder-nya. Kondisi ini menegaskan adanya kesenjangan antara para pekerja dengan para inovator dan para pemilik kapital. Meluasnya ketaksetaraan sosial merupakan ancaman terbesar dari revolusi industri keempat.

“Uraian Schwab ini membawa kita kembali berhadapan dengan persoalan lama, bahwa di dalam sains dan teknologi, masyarakat kita mengalami progres, tapi progresivitas itu mengambil tempat dalam tatanan yang timpang,” kata Robert.

Segala kemajuan sains dan teknologi justru semakin menegaskan dimensi kesenjangan dan ketidakadilan dalam masyarakat. Begitu pula pada masa pandemi Covid-19, strata dan hirarki kesenjangan antar negara makin terlihat dan menguat. Negara-negara dengan ekonomi yang lebih miskin, sumber daya keuangan yang terbatas, dan sistem kesehatan yang rapuh, sering terjebak dilema antara menyelamatkan nyawa atau menyelamatkan ekonomi.

Sains dan modernitas telah menggantikan ide-ide dominan lama mengenai nasib, kesempatan, dan alam semesta. Hal-hal yang dulu diciptakan manusia sebagai kesempatan dan kemajuan, kini justru berbalik menjadi ancaman.

Teknologi semakin berkembang dalam bentuk yang tidak dapat lagi diperkirakan arah dan ujungnya. Hal ini memungkinan terjadinya kemampuan refleksi historisitas manusia sudah akan dilampaui oleh teknologi. Sehingga suatu saat, teknologi akan mengalami otonomisasi, terasing, dan lepas dari kendali manusia. Kemudian, sedikit demi sedikit, keyakinan manusia akan kemajuan industri akan sama dengan pesimisme manusia akan nasib bumi dan umat manusia di masa depan.

Menurut Gilbert, lanjut Robert, salah satu elemen menghadapi krisis globalisasi yakni melalui penyediaan kesehatan sebagai barang publik atau global. Refleksi solidaritas universal ini diperlukan dalam krisis global yang sedang terjadi, tidak hanya terkait pandemi Covid-19, namun juga untuk mempertahankan planet ini di masa depan.

The 5th Jakarta Geopolitic Forum 2021 yang dibuka oleh Gubernur Lemhannas RI Letjen TNI (Purn.) Agus Widjojo ini dilaksanakan secara hybrid pada Kamis dan Jumat, 21 dan 22 Oktober 2021, pukul 08.00 s.d. 15.00 WIB. Keynote Address acara JGF kali ini adalah Profesor Bambang Brodjonegoro. Selain itu, acara ini juga menghadirkan narasumber terkemuka dari tiga negara yakni, Amerika Serikat, Perancis, dan Indonesia. 

Sepuluh narasumber terkemuka tersebut di antaranya, Mr. Rudy Breighton, M. B. A., M. Sc. CEO and Chairman of BR Strategic di Seattle Amerika Serikat; Prof. Dr. Robert W. Hefner, Former Director of the Institute on Culture, Religion, and World Affairs (CURA), Universitas Boston; Prof. Donald K. Emmerson Direktur Southeast Asia Forum (SEAF) di Shorenstein Asia-Pacific Research Center di Stanford University; Dr. Jean Couteau, Antropolog dan Budayawan dari Prancis; Dr. Gita Wirjawan, Patron and Advisory Board of the School of Government and Public Policy (SGPP) dari Indonesia; Dr. Robertus Robert, Sosiolog Universitas Negeri Jakarta; Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia; dr. Roslan Yusni Hasan, Sp.BS., Neurosains dari Indonesia; Baskara Tulus Wardaya, Ph.D., Sejarawan Indonesia; dan Dimas Oky Nugroho, Ph.D., Cendekiawan sosial-politik. 

Narahubung : Endah (081316072186)

Caption Foto : GubernurLemhannas RI bersama para narasumber Jakarta Geopolitical Forum V 2021

Biro Humas Lemhannas RI

Jalan Medan Merdeka Selatan 10, Jakarta 10110

Telp. 021-3832108/09

http://www.lemhannas.go.id 

Instagram : @lemhannas_ri

Facebook : lembagaketahanannasionalri

Twitter : @LemhannasRI


Press Release

Nomor  : PR/ 32 /X/2021

Tanggal:  22 Oktober 2021

Jakarta- Untuk menanggulangi hilangnya eksistensi individu maupun hancurnya manusia secara kolektif, sejumlah langkah praktis perlu segera diambil.  Dalam ruang lingkup sosial-ekonomi-politik,  semua pihak diajak  semakin berani mengangkat kembali berbagai bentuk kearifan lokal dan tradisional yang mengajarkan penghormatan kepada alam.

"Komunitas-komunitas adat yang biasanya kental dengan pengalaman menjaga lingkungan maupun dalam menyikapi modernitas (termasuk teknologi) perlu terus diajak dialog dan berbagi pengalaman serta pengetahuan kepada masyarakat luas," kata Baskara T. Wardaya, pengajar Sejarah dan Kepala PUSDEMA (Pusat Kajian Demokrasi dan Hak-hak Asasi Manusia), Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta dalam acara Jakarta Geopolitical Forum V / 2021 yang diselenggarakan Lemhannas, Jumat, (22/10). 

Romo Baskara juga merekomendasikan dalam dunia pendidikan generasi muda, perlu segera ditambahkan materi belajar yang mengajarkan pentingnya menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan lokal maupun universal. Artinya, kepada para siswa perlu ditawarkan materi belajar berisi pentingnya sikap-sikap yang melampaui sekat-sekat primordialitas serta sikap-sikap lain yang bisa mendorong para peserta-didik untuk berani ikut memikirkan masalah-masalah kemanusiaan pada umumnya. 

"Termasuk di dalamnya adalah materi pendidikan untuk meningkatkan kesadaran akan dampak teknologi terhadap perubahan iklim," kata Romo Baskara. Penting juga kata Romo Baskara,   pemahaman manusia akan dirinya sendiri sebagai pribadi maupun sebagai bagian komunitas kemanusiaan juga terhadap keberlangsungan manusia sendiri sebagai salah satu spesies penghuni planet bumi. 

Sejak akhir abad pertengahan, penemuan dan pengembangan sains dan teknologi telah memberikan kegunaan dan harapan yang besar kepada umat manusia. Menurut Romo Baskara, banyak sekali buah-buah pemikiran dan inovasi yang dihasilkannya, dan dengan gembira manusia menyambutnya. Di masa kini, kemajuan teknologi telah memberikan berbagai kenyamanan dan kemudahan kepada manusia. Ternyata, berbagai kenyamanan dan kemudahan yang diberikan itu hanyalah satu sisi dari teknologi. "Bagaikan pedang bermata dua, teknologi memiliki sisi lain," kata Baskara. Dengan perkembangannya yang nyaris tak terbendung, teknologi telah membuka pintu ketidakpastian masa depan manusia sebagai salah satu spesies penghuni planet bumi. 

Melalui kemajuan teknologi, ada bahaya bahwa karena ulahnya sendiri, di masa mendatang manusia sebagai pribadi menjadi semakin kehilangan jati-dirinya. Bagi para pemilik dan pengelola teknologi internet, misalnya, manusia akan dipandang sekedar sebagai “gumpalan informasi” yang akan diurai menjadi serpihan-serpihan data.

Serpihan-serpihan data itu selanjutnya akan dinilai berguna sejauh bisa diolah dan diperjualbelikan di pasar data. Jika situasi seperti ini dibiarkan terus berlanjut, ada kemungkinan bahwa di tengah kemajuan teknologi hasil ciptaannya, manusia sedang menyongsong kehancurannya sendiri, berikut kebudayaan dan peradaban yang diciptakannya. 

Berhadapan dengan skenario semacam itu, kini tiba saatnya bagi manusia untuk melakukan refleksi diri tentang keberadaannya di tengah kepungan teknologi. Diperlukan pula kesediaan umat manusia untuk lebih sering duduk bersama dan bertukar pikiran mengenai masalah-masalah global. Bersamaan dengan itu dibutuhkan kesediaan manusia untuk menyingkirkan sekat-sekat perbedaan yang ada. Semua pihak perlu membicarakan langkah-langkah strategis demi menjamin eksistensi dan keberlangsungannya sebagai manusia, baik sebagai individu maupun sebagai sesama penghuni jagad yang sama. 

Untuk mewujudkan itu, Romo Baskara mengajak lembaga-lembaga resmi negara seperti LEMHANNAS (Lembaga Ketahanan Nasional)  membuka ruang-ruang bagi kerjasama tingkat lokal, nasional, regional maupun internasional guna membahas masalah-masalah bersama sebagai sesama manusia penghuni planet yang sama. Masalah “ketahanan nasional” hendaknya tidak hanya mencakup masalah bagaimana mempertahankan diri dari kemungkinan serangan militer oleh negara lain. 

"Ketahanan nasional juga menyangkut ketahanan bersama segenap umat manusia dari kemungkinan kehancuran kolektif sebagai akibat pesatnya perkembangan teknologi," kata Romo Baskara.

Narahubung : Endah (081316072186) 

Caption Foto : Sejarawan Indonesia Baskara Tulus Wardaya, Ph.D. saat menjadi narasumber Jakarta Geopolitical Forum V 2021 

Biro Humas Lemhannas RI

Jalan Medan Merdeka Selatan 10, Jakarta 10110

Telp. 021-3832108/09

http://www.lemhannas.go.id 

Instagram : @lemhannas_ri

Facebook : lembagaketahanannasionalri

Twitter : @LemhannasRI


Press Release

Nomor  : PR/ 33 /X/2021

Tanggal:  22 Oktober 2021

Jakarta – Cendekiawan sosial-politik Dimas Oky Nugroho menyebutkan  dalam perspektif politik, momen pandemi yang terjadi di tekanan transformasi digital dan lanskap sosial ekonomi telah menjadi kesempatan untuk Indonesia. Pandemi Covid-19 memberikan kesempatan bagi Indonesia untuk merumuskan ulang dan memformulasikan strategi kebangsaannya dalam mengantisipasi dan beradaptasi terhadap himpitan sekaligus peluang di era baru.

“Saya berpendapat bahwa faktor pandemi Covid-19 telah menjadi variabel tidak terduga by nature, namun by force telah membuka peluang,” kata Dimas saat menjadi narasumber The 5th Jakarta Geopolitical Forum 2021 dengan tema “Culture dan Civilization: Humanity at the Crossroad” secara daring, (22/10).

Pandemi Covid-19 juga memaksa bangsa Indonesia dengan segala problem sosio-historisnya untuk melakukan kompromi, rekonsiliasi, dan konsodilasi politik pada tataran suprastruktur negara. Selain itu, sekaligus pembenahan pada tataran infrastruktur pemerintahan dan pelayanan publik.

Pada situasi krisis saat ini dibutuhkan komitmen soliditas dan gotong royong antara negara dan rakyat. Hal ini dilakukan dengan cara membangun kebersamaan kebangsaan secara inklusif dan perkuat tata kelola pemerintahan yang responsif dalam menghadapi musuh yang sama yaitu virus Covid-19 dan ancaman ketimpangan sosial.

“Keberanian dan inovasi justru dibutuhkan pada saat kritis menghadapi pandemi dan kelesuan ekonomi,” kata Dimas.

Menurut Dimas, untuk menyongsong adaptasi kebiasaan baru atau New Normal, kuncinya adalah hadirnya sebuah kesadaran dan budaya politik baru dalam masyarakat. Sehingga, dibutuhkan kerja sama dan kerja keras seluruh warga negara, kelompok masyarakat, serta institusi negara dari pusat sampai daerah.

Oleh sebab itu, perlu dilakukan rekonsiliasi berbagai pertentangan ‘ideologi aliran politik’ melalui strategi sosialisasi dan pendidikan politik yang tepat dan relevan, memperkuat peran dan fungsi negara dalam hal pelayanan publik, serta menekan ego sektoral antar instansi, termasuk antar kementerian atau pemerintah daerah.

Pandemi Covid-19 telah membawa berbagai implikasi yang masif di sektor kesehatan, teknologi dan ilmu pengetahuan, sosial, ekonomi, bahkan sektor pemerintahan dan sosial politik. 

“Skalanya tak hanya kita rasakan di Indonesia. Virus dan dampak Covid-19 secara global telah mengguncang, menghantam, dan menimbulkan berbagai kerentanan di berbagai entitas negara serta ekonomi politik dunia,” kata Dimas.

Transformasi digital dan pandemi ini, lanjut Dimas, juga membawa berbagai konsekuensi peradaban yang harus diantisipasi secara sosial politik, ekonomi dan budaya. Namun, Indonesia beruntung karena memiliki jumlah anak-anak milenial yang besar. Anak milenial memiliki orientasi kinerja, haus akan ilmu pengetahuan, keinginan untuk maju dan berkembang. Secara sosial, anak milenial peduli untuk memajukan komunitasnya dan secara karakteristik memiliki kemampuan rekonsiliatif untuk berkolaborasi.

Oleh sebab itu, partisipasi masyarakat khususnya anak milenial harus ditingkatkan. Sehingga, negara akan mampu membangun sebuah formula politik yang lebih kondusif untuk mewujudkan suatu integrasi nasional, pembangunan sosial ekonomi dan kelembagaan politik, serta demokrasi yang berkelanjutan.

The 5th Jakarta Geopolitical Forum 2021 yang dilaksanakan secara hybrid pada Kamis dan Jumat, 21 dan 22 Oktober 2021, pukul 08.00 s.d. 15.00 WIB menghadirkan sepuluh narasumber terkemuka yang berasal dari tiga negara yaitu Amerika Serikat, Prancis dan Indonesia.

Sepuluh narasumber tersebut yakni Mr. Rudy Breighton, M. B. A., M. Sc. CEO and Chairman of BR Strategic di Seattle Amerika Serikat; Prof. Dr. Robert W. Hefner, Former Director of the Institute on Culture, Religion, and World Affairs (CURA), Universitas Boston; Prof. Donald K. Emmerson Direktur Southeast Asia Forum (SEAF) di Shorenstein Asia-Pacific Research Center di Stanford University; Dr. Jean Couteau, Antropolog dan Budayawan dari Prancis; Dr. Gita Wirjawan, Patron and Advisory Board of the School of Government and Public Policy (SGPP) dari Indonesia; Dr. Robertus Robert, Sosiolog Universitas Negeri Jakarta; Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia; dr. Roslan Yusni Hasan, Sp.BS., Neurosains dari Indonesia; Baskara Tulus Wardaya, Ph.D., Sejarawan Indonesia; dan Dimas Oky Nugroho, Ph.D., Cendekiawan sosial-politik. 

Narahubung : Endah (081316072186) 

Caption foto : Foto Bersama Gubernur Lemhannas RI bersama para narasumber Jakarta Geopolitical Forum V 2021 

Biro Humas Lemhannas RI

Jalan Medan Merdeka Selatan 10, Jakarta 10110

Telp. 021-3832108/09

http://www.lemhannas.go.id 

Instagram : @lemhannas_ri

Facebook : lembagaketahanannasionalri

Twitter : @LemhannasRI


Press Release

Nomor  : PR/ 31 /X/2021

Tanggal:  22 Oktober 2021

Jakarta – Kemajuan teknologi telah membantu manusia untuk mengurangi ancaman kelaparan, menghadapi wabah penyakit, serta memperkecil kemungkinan bahaya perang global. Selain itu, teknologi juga telah membantu manusia untuk semakin memenuhi berbagai macam kebutuhan praktisnya. Namun, teknologi bagaikan pedang bermata dua.

Perkembangan teknologi yang nyaris tidak terbendung, telah membuka pintu ketidakpastian masa depan manusia. Di masa mendatang, manusia akan semakin kehilangan jati dirinya atau menjadi semakin relatif bagi jejaring global yang dikuasai oleh para penguasa dan pengelola teknologi.

“Ada kemungkinan bahwa karena kemajuan teknologi ciptaannya, manusia akan menyongsong kehancuran personal maupun kolektifnya sendiri,” kata Sejarawan Indonesia Baskara Tulus Wardaya saat menjadi narasumber the 5th Jakarta Geopolitical Forum 2021 dengan tema “Culture dan Civilization: Humanity at the Crossroad” secara daring, (22/10).

Ada banyak hal dari teknologi yang justru bisa merugikan, sehingga perlu dicermati dan diwaspadai. Sebagaimana yang saat ini terjadi, teknologi digunakan manusia untuk mengeksploitasi sumber-sumber daya yang ada di bumi dan membuat planet bumi rusak. Seperti terjadinya banjir besar dan kebakaran yang luas serta semakin naiknya permukaan laut sebagai akibat dari perubahan iklim.

Selain itu juga, menurut Baskara, kelompok-kelompok individu yang menguasai teknologi akan mampu mengeksploitasi sumber daya alam semaksimal mungkin, sementara kelompok individu yang tidak menguasai teknologi hanya akan menjadi tenaga kerja atau penerima dampak negative dari eksploitasi tersebut. Tidak jarang pula para korban eksploitasi sudah merasa berterima kasih jika bisa menerima paket penyenang-hati dalam bentuk “corporate social responsibility” atau CSR.

“Pada tataran ini tentu kemajuan teknlogi tidak lagi bisa dipandang sebagai melulu positif,” kata Baskara.

Jika dikehendaki, lanjut Baskara, daftar sisi negatif dari teknologi tentu masih bisa diperpanjang lagi. Misalnya, canggihnya algoritma yang semakin mampu merekam dan memprediksi perilaku manusia, nano-teknologi di bidang kesehatan yang bisa mencuri data biologis seseorang, atau kemampuan senjata-senjata nuklir di tangan orang-orang tertentu bisa meluluh-lantakkan planet bumi dalam hitungan detik. 

Hal tersebut dapat terjadi tanpa adanya kendali yang memadai. Teknologi tidak hanya bisa menghancurkan manusia sebagai kolektivitas, tetapi tanpa disadari juga bisa menggerogoti dan menghancurkan eksistensi manusia sebagai individu yang unik dan bernilai pada dirinya sendiri.

Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa kemajuan teknologi juga memberikan dampak positif bagi kehidupan manusia. Pada tataran yang lebih praktis, teknologi telah membantu manusia untuk mendapatkan kenyamanan hidup sehari-hari dan mempermudah manusia dalam melakukan kegiatan-kegiatan yang sulit untuk dilakukan.

The 5th Jakarta Geopolitical Forum 2021 yang dilaksanakan secara hybrid pada Kamis dan Jumat, 21 dan 22 Oktober 2021, pukul 08.00 s.d. 15.00 WIB menghadirkan sepuluh narasumber terkemuka yang berasal dari tiga negara yaitu Amerika Serikat, Prancis dan Indonesia.

Sepuluh narasumber tersebut yakni Mr. Rudy Breighton, M. B. A., M. Sc., CEO and Chairman of BR Strategic di Seattle Amerika Serikat; Prof. Dr. Robert W. Hefner, Former Director of the Institute on Culture, Religion, and World Affairs (CURA), Universitas Boston; Prof. Donald K. Emmerson Direktur Southeast Asia Forum (SEAF) di Shorenstein Asia-Pacific Research Center Stanford University; Dr. Jean Couteau, Antropolog dan Budayawan dari Prancis; Dr. Gita Wirjawan, Patron and Advisory Board of the School of Government and Public Policy (SGPP) dari Indonesia; Dr. Robertus Robert, Sosiolog Universitas Negeri Jakarta; Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia; dr. Roslan Yusni Hasan, Sp.BS., Neurosains dari Indonesia; Baskara Tulus Wardaya, Ph.D., Sejarawan Indonesia; dan Dimas Oky Nugroho, Ph.D., Cendekiawan sosial-politik.

 

Narahubung : Endah (081316072186) 

Caption Foto : Foto Bersama Gubernur Lemhannas RI bersama para narasumber Jakarta Geopolitical Forum V 2021 

Biro Humas Lemhannas RI

Jalan Medan Merdeka Selatan 10, Jakarta 10110

Telp. 021-3832108/09

http://www.lemhannas.go.id 

Instagram : @lemhannas_ri

Facebook : lembagaketahanannasionalri

Twitter : @LemhannasRI



Hak cipta © 2024 Lembaga Ketahanan Nasional RI. Semua Hak Dilindungi.
Jl. Medan Merdeka Selatan No. 10 Jakarta 10110
Telp. (021) 3451926 Fax. (021) 3847749