Thesis Samuel Huntington Clash of Civilization Salah

Press Release

Nomor  : PR/ 29 /X/2021

Tanggal:  21 Oktober 2021

Jakarta – Ahli Budaya Prof. Dr. Robert W. Hefner menyatakan  keragaman budaya dan toleransi yang dimiliki  Indonesia mampu membuktikan  pernyataan Samuel Huntington salah. Huntington menggambarkan  tidak ada sinergi lintas peradaban.

“Jadi tidak ada jembatan antara kebudayaan. Padahal Indonesia sebagai negara  sangat luar biasa,  memiliki banyak kelebihan, sehingga tesis Huntington itu salah,” kata Hefner, Antropolog dari Boston University di Jakarta Geopolitical Forum V (21/10) yang diselenggarakan Lemhannas.

Indonesia menurut Hefner merupakan  negara yang luar biasa di tengah kerumitan dunia, namun sering diabaikan bahkan oleh orang Indonesia sendiri.

Setidaknya ada tiga analisis Hefner bahwa Clash of Civilization sepenuhnya salah dan bisa dibantah oleh masyarakat Indonesia. Pertama, Indonesia dapat membuktikan kolaborasi dapat terjadi antara institusi keagamaan dan pemerintahan. Sebaliknya, Amerika Serikat sangat percaya bahwa kunci keberhasilan demokrasi adalah pemisahan kedua institusi tersebut.

Menurut Hefner, Indonesia menjadi contoh kolaborasi yang tepat dalam sistem pluralisme. Bagi Hefner, agama tidak hanya berkontribusi tapi juga  meningkatkan dan menguatkan demokrasi, kerakyatan, kebhinekaan.   “Inilah kolaborasi yang digambarkan pada Kementerian agama, kementerian pendidikan, dan kementerian pertahanan dan TNI," kata Hefner. Dengan demikian, tidak harus ada pemisahan antara negara dan agama untuk demokrasi.  

Alasan kedua, muslim, pendidik, dan pemimpin politik mampu menjadikan contoh kolaborasi yang baik bagi masyarakat dan dunia. “Indonesia jadi contoh kolaborasi yang tepat dalam sistem pluralisme,” lanjut Hefner. Agama  berkontribusi  meningkatkan dan menguatkan demokrasi dan  kerakyatan. “Agama dan negara bekerja dengan baik melalui Pancasila dan ke-bhinekaan,” tutur Hefner di hadapan peserta daring.

Alasan ketiga,  angkatan bersenjata Indonesia berperan positif dalam kembalinya negara ke sistem demokrasi. Hefner membandingkan militer Indonesia dan Mesir pada 1998 dan Arab Spring 2010. Ternyata komando angkatan bersenjata Indonesia dapat bertindak  dengan bijaksana. Militer Indonesia mendukung reformasi pemilu dan legislative. “Inilah  kontribusi penting bagi keberhasilan transisi demokrasi Indonesia,” lanjut Hefner.

Gubernur Lemhannas RI, Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo meyakini forum JGF ini akan membentuk objektivitas suatu sistem geopolitik bahwa peradaban dunia mampu membawa manfaat yang lebih baik.

The 5th Jakarta Geopolitical Forum 2021 yang dilaksanakan secara hybrid pada Kamis dan Jumat, 21 dan 22 Oktober 2021, pukul 08.00 s.d. 15.00 WIB juga menghadirkan sepuluh narasumber terkemuka yang berasal dari tiga negara yaitu Amerika Serikat, Prancis dan Indonesia.

Narahubung : Endah (081316072186)

Caption Foto : Gubernur Lemhannas RI Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo bersama Prof. Dadan Umar Daihani saat diskusi Jakarta Geopolitical Forum V

Biro Humas Lemhannas RI

Jalan Medan Merdeka Selatan 10, Jakarta 10110

Telp. 021-3832108/09

http://www.lemhannas.go.id

Instagram : @lemhannas_ri

Facebook : lembagaketahanannasionalri

Twitter : @LemhannasRI



Hak cipta © 2024 Lembaga Ketahanan Nasional RI. Semua Hak Dilindungi.
Jl. Medan Merdeka Selatan No. 10 Jakarta 10110
Telp. (021) 3451926 Fax. (021) 3847749