Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhannas RI) Letjen TNI (Purn.) Agus Widjojo menjadi pembicara dalam Temu Wicara dan Reuni Bersama Para Alumni Peserta Pelatihan Pembangunan Karakter, Senin (11/01). Kegiatan tersebut dilaksanakan dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun ke-19 Yayasan Jatidiri Bangsa Indonesia.

Pada kesempatan tersebut, Agus menyampaikan materi mengenai peran karakter di era new normal, yang dibagi menjadi dua kata kunci, yakni Karakter dan Era New Normal. Menurut Agus, Karakter merupakan pancaran dari kekuatan seseorang yang memiliki daya pembeda positif antara yang satu dengan yang lainnya, seperti antara satu orang dengan orang lainnya, antara satu kelompok  dengan kelompok lainnya, dan satu tempat dengan tempat lainnya. Kemudian Agus menjelaskan bahwa era new normal memiliki elemen berorientasi ke masa depan. Fungsi pelatihan yang diselenggarakan Yayasan Jatidiri Bangsa Indonesia harus menyesuaikan dengan kebutuhan karakteristik dalam era new normal.

“Karakter diperlukan dalam era new normal karena era new normal banyak mengandung tuntutan-tuntutan perubahan di dalam diri kita karena perkembangan lingkungan yang ada,” tutur Agus. Salah satunya terjadi dalam upaya untuk mengatasi pandemi Covid-19. Era new normal dalam upaya mengatasi pandemi Covid-19 menuntut fleksibilitas dari dalam diri untuk bisa menyesuaikan dengan perubahan-perubahan.

Selanjutnya Agus menyampaikan batasan karakter dalam konteks era new normal. Batasan pertama adalah komitmen terhadap perubahan sesuai dengan norma dasar bangsa, ada 2 elemen yang harus disesuaikan yaitu perubahan karena lingkungan berubah dengan cepat dan norma-norma bangsa yang harus tetap dipertahankan. “Jadi kita harus bisa untuk memilih antara keduanya dan meletakkan di posisi yang seiring dan sejalan” tutur Agus. Batasan kedua adalah jati diri, yakni konsensus dasar kebangsaan yang juga merupakan core Lemhannas RI yang terdiri dari Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI. Batasan ketiga adalah karakter yang dapat berfungsi sebagai shock absorber terhadap ciri-ciri tertentu keadaan new normal.

Agus menjelaskan bahwa karakter yang diperlukan dalam era new normal adalah karakter untuk membangun daya penyesuaian terhadap perubahan dengan kemampuan menyesuaikan diri secara sangat fleksibel. “Kita tidak bisa untuk tetap bertahan kepada pendirian kita yang kita kumpulkan dari masa lalu,” kata Agus. Namun, dalam mewujudkan karakter tersebut bukan berarti meninggalkan gagasan-gagasan dan nilai-nilai yang diwarisi para pendahulu. Oleh karena itu, secara umum tantangan yang dihadapi adalah untuk dapat menerjemahkan dan mentransformasikan gagasan-gagasan dan nilai-nilai yang diwarisi para pendahulu lalu diambil nilai intrinsiknya, nilai hakikatnya, guna dicari nilai instrumental implementasinya yang disesuaikan dengan perkembangan jaman.

Tantangan lainnya dalam menerapkan karakter tersebut adalah tantangan antargenerasi. Menurut Agus, diperlukan kemampuan untuk memasuki alam pikiran generasi milenial dan selanjutnya. Dengan kemampuan tersebut akan lebih mudah pembentukan karakter yang diperlukan era new normal dengan berdasarkan gagasan-gagasan dan nilai-nilai bangsa Indonesia.

“Edukasi, sosialisasi, memperkuat pemerintah serta fleksibilitas untuk bertransofrmasi berdasarkan ilmu pengetahuan. Tidak meraba-raba, tidak berdasarkan asumsi, tidak berdasarkan emosi, tapi berdasarkan ilmu pengetahuan,” ujar Agus menjelaskan upaya yang dapat dilakukan dalam menghadapi tantangan tersebut. Ilmu pengetahuan penting untuk dijadikan sebagai fondasi yang kuat untuk generasi baby boomers menjadi busur yang melepas anak panah, yakni melepas generasi milenial dan selanjutnya untuk menjangkau masa depan. “Karena masa depan milik mereka. Yang akan berhadapan dengan tantangan-tantangan di masa depan adalah anak panah, yakni generasi milenial dan selanjutnya,” tutur Agus.

 


Forum Perempuan Alumni Pemantapan Nilai-Nilai Kebangsaan (Taplai) Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhannas RI) mengadakan webinar yang bertajuk “Peran Perempuan Lemhannas dalam Menyiapkan Karakter Bangsa Sejak Dini agar Menjadi SDM yang Unggul Menghadapi Era Revolusi Industri 4.0”. Webinar tersebut diselenggarakan dalam rangka memperingati Hari Ibu pada Senin, 22 Desember 2020.

Dalam sambutannya, Gubernur Lemhannas RI Letjen TNI (Purn.) Agus WIdjojo menyampaikan bahwa Era Revolusi Industri 4.0 menuntut adanya kewaspadaan nasional terhadap Ideologi baru. Namun di sisi lain, Era Revolusi Industri 4.0 juga menuntut adanya nilai-nilai tertentu Pancasila yang adaptif terhadap ide-ide baru globalisasi sehingga berdampak positif bagi kehidupan bangsa. Secara umum, ke depannya Indonesia akan menghadapi berbagai tantangan di Era Revolusi Industri 4.0 yang erat kaitannya dengan teknologi digital. Oleh karena itu, masyarakat Indonesia harus memiliki daya saing yang kuat, yang ada pada kualitas daya saing manusia. “Aspek apa pun itu harus diimplementasikan dan diaktualisasikan untuk membangun manusia Indonesia yang unggul,” tambah Agus.

Agus menyampaikan bahwa bidang utama yang terkait dengan proses peningkatan daya saing sumber daya manusia unggul adalah bidang pendidikan. Permasalahan utama yang dihadapi dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia untuk mencapai tujuan Indonesia 2025 adalah kesempatan serta kualitas pendidikan yang belum merata. “Disadari atau tidak, kualitas pendidikan di Indonesia masih terpusat di Pulau Jawa. Mayoritas orang dari perguruan tinggi terbaik masih berada di Pulau Jawa,” tambah Agus.

Keterbatasan tenaga kerja yang kompetitif dan memiliki etos kerja yang tinggi juga mengakibatkan rendahnya produktivitas tenaga kerja Indonesia. “Hal ini salah satunya diindikasikan dengan hampir 60% angkatan kerja memiliki tingkat pendidikan menengah ke bawah menurut Badan Pusat Statistik,” tambah Agus.

Dalam kesempatan tersebut Agus juga menyampaikan, terdapat sejumlah masalah, tantangan, dan ancaman yang dapat menjadi kendala di masa depan di antaranya adalah Institusi dan kelembagaan Indonesia belum sepenuhnya  bertransformasi secara digital dan memiliki strategi yang jelas, akibatnya praktik implementasi digital belum terintegrasi dengan baik. Indonesia juga masih mengalami kesenjangan fasilitas dan penggunaan teknologi antara Indonesia bagian barat dan Indonesia bagian timur serta antar perkotaan dan pedesaan. Tenaga kerja Indonesia juga memiliki keterampilan dan produktivitas lebih rendah dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya. Selain itu, terdapat gesekan-gesekan antara sektor ekonomi konvensional dengan digital di masyarakat serta sistem ekonomi berbasis digital itu sendiri.

Agus juga menyampaikan program-program Pemerintah di bidang pendidikan dalam menyiapkan SDM unggul menyongsong Era Revolusi Industri 4.0 menyikapi perkembangan lingkungan strategis tersebut, antara lain pembangunan infrastruktur teknologi informasi dan komunikasi memiliki peran dalam upaya mengakselerasi pembangunan sumber daya manusia Indonesia, perubahan konten kurikulum pendidikan dalam menghadapi Revolusi Industri 4.0, kompetensi dan  kreativitas lulusan bukan menjadi fokus pengembangan sumber daya manusia di perguruan tinggi, serta kolaborasi industri guna meningkatkan relevansi kurikulum politeknik dan pendidikan vokasi dengan dunia industri melalui program revitalisasi pendidikan vokasi. “Tujuan akhir dari pembangunan ini adalah untuk mencapai masyarakat yang maju, adil, dan makmur dengan melakukan investasi untuk memperbaharui sumber daya unggulan secara berkelanjutan,” tambah Agus.

Melalui kegiatan webinar ini Agus mengharapkan dapat melahirkan ide-ide segar dan pemikiran yang strategis guna terciptanya Indonesia Emas yang maju, berdaya saing, adil, dan sejahtera.

 

 


Mengawali tahun 2021, Biro Kerja Sama Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhannas RI) mengadakan Kuliah Pengayaan Studi 6 Core Lemhannas RI bagi Mahasiswa Program Pendidikan Pascasarjana Ketahanan Nasional Lemhannas-Inter Universities Network Angkatan V Tahun 2020/2021. Peserta yang terlibat sebanyak 17 orang, terdiri dari 6 orang mahasiswa Pascasarjana Ketahanan Nasional Universitas Indonesia (UI), 5 orang mahasiswa Pascasarjana Ketahanan Nasional Universitas Gadjah Mada (UGM), 1 orang partisipan berasal dari UI, dan 5 partisipan berasal dari UGM. Kegiatan tersebut akan diselenggarakan selama 13 hari kerja, yakni mulai Rabu, 6 Januari 2021 hingga Jumat, 22 Januari 2021.

Kepala Biro Kerja Sama dan Hukum Laksamana Pertama (Laksma) TNI Sri Widodo, S.T., CHRMP dalam laporannya kepada Sekretaris Utama Lemhannas RI menyampaikan bahwa metode yang digunakan dalam kegiatan tersebut adalah ceramah, diskusi, dan tanya jawab. Materi yang diberikan meliputi Ketahanan Nasional, Wawasan Nusantara, Kewaspadaan Nasional, Strategi Nasional, Kepemimpinan Nasional, dan 4 Konsensus Dasar Bangsa yang disampaikan oleh Tenaga Ahli Pengajar dan Tenaga Profesional Lemhannas RI.

“Saya ingin memberi semangat kepada para mahasiswa agar dapat memberikan makna bagi bangsa ini, maka kita harus berupaya menggali potensi yang didasari oleh jiwa dan semangat nasionalisme yang tinggi,” kata Sekretaris Utama Lemhannas RI Komisaris Jenderal Polisi Drs. Didid Widjanardi, S.H saat menyampaikan sambutannya pada pembukaan Kuliah Pengayaan Studi 6 Core Lemhannas RI, Rabu, 6 Januari 2021.

Pada kesempatan tersebut, Didid menyampaikan bahwa kegiatan tersebut bertujuan untuk menghasilkan para intelektual dan kader-kader yang memadai, sesuai dengan tujuan program Ketahanan Nasional Lemhannas-Inter Universities Network. Selanjutnya kegiatan ini juga bertujuan untuk menghasilkan lulusan yang andal, berkarakter dan memiliki integritas tinggi, terbuka, berwawasan luas serta mempunyai daya analisa tinggi di bidang ketahanan nasional. “Saya berharap kepada para mahasiswa untuk pandai-pandai membagi waktu sehingga tugas saudara sebagai mahasiswa prodi ketahanan nasional dapat berjalan dan terlaksana dengan baik,” ujar Didid.

Sebelum mengakhiri sambutannya, Didid menyampaikan terima kasih kepada mitra kerja Program Pendidikan Pascasarjana Ketahanan Nasional Ketahanan Nasional Lemhannas-Inter Universities Network, yaitu Universitas Indonesia dan Universitas Gadjah Mada serta pada seluruh pengampu atas terselenggaranya kerja sama dan kegiatan tersebut. “Kepada para mahasiswa peserta, saya ucapkan selamat belajar, semoga sukses dalam meraih cita-cita sesuai yang saudara harapkan dan dapat mengamalkan ilmu untuk kepentingan bangsa dan negara,” tutup Didid.


"Pandemi Covid-19 dan resesi ekonomi yang berdampak luar biasa membuat Lemhannas RI, di luar kebiasaan selama ini, merasa perlu membuat pernyataan akhir tahun," kata  Gubernur Lemhannas Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo pada konferensi pers secara daring di Lemhannas, Selasa, (22/12).

 

Dalam pernyataan akhir tahun berjudul "Keluar dari Pandemi Covid-19, Menuju Pemulihan Ekonomi dan Harapan di Tahun 2021” tersebut, Lemhannas RI menyoroti masalah vaksin, identitas bangsa, pendidikan, hingga stunting.

 

Hal yang menjadi perhatian Lemhannas RI salah satunya program vaksinasi yang akan dijalankan pemerintah dalam waktu dekat. Menurut Agus, untuk memastikan keberhasilan program vaksinasi nasional, maka  menghentikan pandemi Covid-19 harus langsung secara vertikal berada di bawah keputusan politik Presiden RI. "Dengan demikian segala sumber daya pemerintah yang tersedia, termasuk TNI dan Polri, bisa dimanfaatkan untuk memastikan program vaksinasi nasional berjalan dengan baik sesuai kaidah ilmu pengetahuan," kata Agus. 

Agus juga mengingatkan, kewaspadaan tinggi tetap harus dijaga untuk mencegah lonjakan kasus atau serangan gelombang kedua, sebelum pandemi benar-benar berlalu. Seperti ini pula penerapan protokol di negara-negara yang sudah memulai program vaksin seperti Amerika dan Inggris. "Mereka memahami bahwa vaksin hanya mencegah si penerima terhindar dari Covid-19 level berat. Vaksin tidak menjamin bebas Covid-19 dan tetap bisa menularkan ke orang-orang di sekitarnya,” tambah Agus. 

Tahun 2020 dirasakan sebagai tahun yang penuh tantangan dengan adanya pandemi COVID-19 yang dirasakan bukan saja oleh Indonesia, tapi praktis oleh semua negara. Wabah COVID-19 juga telah menyebabkan ekonomi dunia lumpuh. Perdagangan antar-negara lesu. Sejumlah negara mengalami resesi sejak kuartal kedua tahun 2020 karena mengalami pertumbuhan ekonominya minus.

"Di bidang kesehatan, pemerintah dari tingkat pusat sampai daerah mesti mengantisipasi stunting dan kurang gizi pada anak-anak sebagai generasi penerus bangsa akibat resesi ekonomi,” kata Agus.

 

Bukan tanpa sebab Lemhannas RI memberi perhatian masalah stunting dan gizi pada anak. "Mereka yang pernah mengalami kelaparan, kurang gizi dan stunting sewaktu janin dan masa pertumbuhan akan sulit mencapai potensi manusia unggul. Mereka akan tercecer di era revolusi industri 4.0 dan persaingan sengit antar-bangsa," ujar Agus. 

 

Terkait dengan pencapaian potensi manusia unggul, pendidikan merupakan salah satu aspek yang disorot oleh Lemhannas RI. Menurut Agus, Indonesia harus mengejar ketertinggalan selama wabah Covid-19 yang membuat pendidikan tak berjalan normal. Perlu dilakukan penyesuaian kurikulum agar ada peningkatan kemampuan anak didik di bidang teknologi. Bank Dunia pada November 2020 merekomendasikan bahwa pendidikan bermutu sejak usia dini merupakan awal untuk membangun sumber daya manusia yang unggul.

 

Tantangan lain yang menjadi sorotan Lemhannas RI pada masa ini adalah adanya kemerosotan pemahaman kebangsaan di antara anak bangsa. Agus menjelaskan penting bagi pemerintah untuk menguatkan identitas dan karakter bangsa. Ciri-ciri manusia Indonesia yang memiliki identitas dan berkarakter kuat adalah punya rasa ingin tahu yang tinggi; berpikiran kritis dan kreatif; berani mempelajari hal-hal baru; mampu mengajukan pendapat dan argumen yang persuasif dan tajam baik dalam berbicara maupun menulis; percaya diri dan tidak minder tapi juga tidak sombong; berani mengambil risiko, tidak mudah terpengaruh, dan tidak ikut- ikutan melakukan sesuatu tanpa berpikir matang.

 

"Tak kalah penting adalah, generasi muda wajib mengetahui sejarah, peradaban dan warisan budaya Indonesia," kata Agus. Menurut Agus, identitas dan karakter yang kuat serta pemahaman terhadap sejarah, peradaban dan warisan budaya Indonesia dapat menjadi perekat persatuan dan kesatuan bangsa. Generasi muda akan menyadari bahwa mereka adalah pewaris peradaban yang Bhinneka Tunggal Ika. Berbeda tapi bersatu untuk mencapai cita-cita bangsa: maju, adil dan makmur. Dengan demikian mereka akan lebih bertanggung jawab menjaga agar kain kebangsaan tidak mudah koyak.

 

Turut hadir dalam Konferensi Pers tersebut Wakil Gubernur Lemhannas RI Marsekal Madya TNI Wieko Syofyan, Deputi Bidang Pendidikan Pimpinan Tingkat Nasional Lemhannas RI Mayjen TNI Rahmat Pribadi, Deputi Bidang Pemantapan Nilai-Nilai Kebangsaan Lemhannas RI Laksda TNI  Prasetya Nugraha, S.T., M.Sc., serta Deputi Bidang Pengkajian Strategik Lemhannas RI Prof. Dr. Ir. Reni Mayerni, M.P., dan Kepala Biro Humas Settama Lemhannas RI Brigjen TNI Sugeng Santoso, S.I.P.

 

 

 



Hak cipta © 2024 Lembaga Ketahanan Nasional RI. Semua Hak Dilindungi.
Jl. Medan Merdeka Selatan No. 10 Jakarta 10110
Telp. (021) 3451926 Fax. (021) 3847749