Indonesia di Tengah Kompetisi Hegemoni

Gubernur Lemhannas RI Andi Widjajanto menjadi narasumber dalam seminar “Mengamankan Keberlanjutan Usaha Di Tengah Dinamika Perubahan Global dan Menyongsong Tahun Politik 2024”. Diselenggarakan oleh Asosiasi Pengguna Jasa Sekuriti Indonesia (Apjasi), seminar tersebut dilaksanakan bertempat di Hotel Mercure Jakarta, Rabu (31/5) dan diikuti oleh para pengurus, anggota Apjasi, dan asosiasi yang bergerak di bidang pengamanan dan akademisi, serta masyarakat pemerhati sekuriti.

Mengawali paparannya, Gubernur Lemhannas RI menyampaikan tentang kompetisi hegemoni. Kompetisi hegemoni pada dasarnya terjadi antara AS dan Tiongkok, tetapi hal ini juga berdampak sampai ke lingkup tata kelola keuangan, energi, prakarsa konektivitas, bahkan mengarah ke ancaman perang 2030.

Lebih lanjut, Gubernur Lemhannas RI menjelaskan posisi Indonesia yang berada di tengah dua lanskap besar geopolitik, yakni Amerika Serikat dan Tiongkok. Menurut Gubernur Lemhannas RI, hal tersebut dapat berpotensi menjadi peluang strategis jika dapat diramu dengan baik. Namun, dapat menjadi ambigu juga karena Indonesia tidak memilih pihak manapun.

“Ini bisa memberi peluang bahwa kita bisa mengombinasikan apa yang menjadi kepentingan hegemoni bagi ekonomi AS dan Tiongkok, kalau kita bisa meramunya secara tepat. Tetapi bisa juga menjadi ambigu karena tidak mau memilih ke kiri atau kanan,” kata Gubernur Lemhannas RI. Oleh karena itu, Indonesia harus bisa meramunya dengan baik. Isu tersebut menjadi salah satu hal yang dikaji oleh Lemhannas RI.

Saat ini Lemhannas RI ditugaskan oleh Presiden Joko Widodo untuk membuat proyeksi risiko global. Dalam menyusun proyeksi tersebut, beberapa hal yang harus diperhatikan adalah ketidakpastian global, risiko 2023, intervensi yang menjadi katalis ketidakpastian ekonomi, kerawanan terhadap kepentingan ekonomi Indonesia, rivalitas pertahanan, rivalitas ekonomi dan teknologi, ancaman inflasi, pelemahan kinerja sektor properti dan konstruksi dunia, serta disrupsi rantai pasok.

“Dalam menghadapi ketidakpastian global, Indonesia harus bersiap-siap melakukan terobosan-terobosan ke depan,” ucap Gubernur Lemhannas RI. Oleh karena itu, Gubernur Lemhannas RI mengingatkan seluruh peserta seminar untuk tidak bekerja secara biasa-biasa saja. Menurut Gubernur Lemhannas RI, baik pekerja, perancang kebijakan, maupun penyiapan tim krisis tidak boleh biasa-biasa saja.

”Indonesia sendiri memiliki beberapa peluang. Peluang yang benar-benar harus dibaca adalah Indonesia merupakan satu-satunya negara G-20 yang bonus demografinya terjadi dalam 10 tahun ke depan. Sebagian besar negara G-20 bonus demografinya sudah lewat,” kata Gubernur Lemhannas RI. Namun, harus dapat dipastikan bahwa bonus demografi yang akan datang memiliki kualitas yang baik.

Untuk menciptakan bonus demografi yang berkualitas, diperlukan lompatan pada beberapa bidang. Di antaranya adalah transformasi digital, ekonomi biru, ekonomi hijau, konsolidasi demokrasi, dan pembangunan IKN. “Lima sektor utama yang Lemhannas kaji, kami meyakini Indonesia bisa melompat kalau kita bisa menemukan terobosan di sektor-sektor ini,” pungkas Gubernur Lemhannas RI. (NA/CL)



Hak cipta © 2024 Lembaga Ketahanan Nasional RI. Semua Hak Dilindungi.
Jl. Medan Merdeka Selatan No. 10 Jakarta 10110
Telp. (021) 3451926 Fax. (021) 3847749