Dampak Perubahan Iklim terhadap Ketahanan Nasional

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Laksda TNI (Purn) Willem Rampangilei menjadi salah satu panelis dalam diskusi panel dalam kelas PPRA LVII, Selasa (15/5) pagi bersama dengan dua orang panelis lainnya yakni Mantan Kepala BMKG Dr. Andi Eka Sakya, M.Eng dan Guru Besar Fakultas Geografi UGM Prof. Dr. Sudibyakto, MS., di ruang NKRI Gedung Pancagatra Lemhannas RI. Tema besar yang diangkat dalam diskusi yakni Dampak Perubahan Iklim Terhadap Ketahanan Nasional, yang di moderatori oleh Dr. Sukendra Martha,M.Sc., MappSc. Menurut Willem perubahan iklim (PI) dan dampak bencana sangat berpengaruh terhadap ketahanan nasional, terutama ketahanan pangan akan mulai terganggu. “Lalu disana ada aspek sosial, ekonomi, lingkungan bahkan politik dan hubungan antar negara. Karena kalau bicara bencana dan PI sangat borders, PI ini sudah menjadi isu global,” ungkapnya.


Sejak tahun 1979 di Jenewa tepatnya dalam pertemuan PBB, terjadi pro kontra antar negara-negara industri seperti Amerika dan China yang menolak konsep perubahan iklim ini, karena terjadi konflik kepentingan antara pertumbuhan ekonomi dan pelestarian lingkungan. Jika kelestarian lingkungan diutamakan, maka perkembangan ekonomi akan terganggu. “Kita bicara masalah PI, tidak semua bangsa-bangsa di dunia itu sepakat se iya sekata. China dan negara-negara industri lainnya tidak mendukung konsep PI itu. Sekarang ini dilihat bahwa untuk memicu pertumbuhan ekonomi yang selama ini kita lakukan tanpa memperhatikan kelestarian lingkungan. Jadi disitu sebenarnya konfliknya,” jelas Willem.


Menurutnya kapasitas penanggulangan bencana dalam ketahanan nasional perlu di perhitungkan dengan matang, karena ketahanan nasional akan terganggu apabila ketahanan masyarakat dalam penaggulangan bencana tidak dibangun dengan baik. “Ketahanan nasional itu pasti akan terganggu apabila kita tidak membangun resilience masyarakat di dalam penanggulangan bencana, apalagi kita tahu bahwa Indonesia adalah salah satu negara yang amat sangat rawan bencana,” ujarnya.

 
Disamping mengganggu ketahanan pangan, naiknya permukaan air laut dan cuaca ekstrem juga menjadi dampak yang sangat berbahaya bagi ketahanan nasional suatu bangsa. Naiknya permukaan air laut merupakan efek dari global warming, yang berakibat pada mencairnya gunung es sehingga menyebabkan pulau-pulau tenggelam. Sedangkan akibat dari perubahan cuaca ekstrem yang paling dirugikan adalah para petani dan nelayan. “Kalau petani karena kalender tanggal penanamannya berubah, lalu nelayan tidak bisa melaut dan mereka tidak punya alternatif lain di dalam mata pencahariannya,” katanya.


Kondisi dinamis perubahan iklim di Indonesia sebagai negara agraris dan kepulauan dapat menimbulkan tantangan dan ancaman yang berdampak terhadap ketahanan nasional. “Kita sudah mendapatkan gambaran bahwa kalender tanam berubah, persoalannya BMKG sudah menyiapkan ini. BNPB bekerjasama dengan BMKG pemerintah daerah bagaimana meyakinkan para petani tentang kalender tanam. Tapi petani seringkali tidak percaya tentang itu, mereka tetap mencoba-coba karena percaya nenek moyangnya dulu. Sehingga terjadilah gagal panen dan nilai kerugiannya luar biasa,” ujarnya.



Hak cipta © 2024 Lembaga Ketahanan Nasional RI. Semua Hak Dilindungi.
Jl. Medan Merdeka Selatan No. 10 Jakarta 10110
Telp. (021) 3451926 Fax. (021) 3847749