Press Release

Nomor : PR/ 42 / VIII /2022

Tanggal: 9 Agustus 2022

Jakarta – Presiden Ir. Joko Widodo ingatkan para kontestan pemilu 2024 agar menjalankan kampanye yang sehat dan berkualitas. “Kita harus mengingatkan para kontestan pemilu agar menjalankan kampanye yang semakin berkualitas dan menyehatkan demokrasi, bukan kampanye gontok-gontokan, bukan kampanye yang merusak tatanan bangsa,” kata Ir. Joko Widodo dalam rekaman audio visual di Seminar Program Pendidikan Reguler Angkatan 63 di Lemhannas RI (9/8).

Menurut Presiden, para kontestean pemilu harus memulai kampanye yang mengurangi mobilisasi massa dan manfaatkan teknologi informasi. “Penggunaan teknologi informasi ini diharapkan dapat melahirkan kampanye yang berintegritas yang menolak penggunaan politik SARA dan politik identitas, yang lebih mengedepankan politik ide dan gagasan, karena yang ingin kita bangun bukan demokrasi pengkultusan, bukan demokrasi idola, tapi demokrasi gagasan,” lanjut Ir. Joko Widodo.

Menurut pengukuran EIU Democracy Index, Indonesia berada di kategori "Flawed Democracy” dengan skor 6,71 menempati urutan ke-52 di dunia dari total 165 negara. Merangkum dari EIU Democracy Index dan Freedom in the World, sudah ada beberapa indeks demokrasi Indonesia yang dinilai sangat baik, yaitu fungsi pemerintah, partisipasi politik, proses pemilu dan pluralisme, kebebasan sipil, proses pemilu, pluralisme dan partisipasi politik, fungsi pemerintah, otonomi personal dan hak individu.

“Akan tetapi ada beberapa variabel Indonesia yang masih buruk, yaitu kebebasan berekspresi dan berkeyakinan, hak berasosiasi dan berogranisasi, aturan hukum, dan budaya politik,” kata Gubernur Lemhannas RI, Andi Widjajanto.

Gubernur Andi menyebutkan bahwa dari semua variabel yang paling terlemah adalah budaya politik. “Budaya politik ini sangat berpengaruh dengan politik identitas, karena variabel pertamanya adalah konsensus dan kohesi politik. Empat variabel ini menjadi pekerjaan rumah dan tantangan kita menuju pemilu 2024,” lanjut Gubernur Andi.

Kalau dilihat dari indeks yang ada, maka pada dasaranya Indonesia sudah berada di peta jalan yang benar. “Indonesia sudah betul-betul berevolusi dari pemerintahan yang non-demokratis sampai tahun 1998. Lalu dengan 5 kali pemilu, indeks Indonesia meningkat secara signifikan. Tapi jangan dilupakan, karena ada pandemi Covid-19, semua negara mengalami regresi demokrasi. Juga tidak menjamin demokrasi matang, dengan serta merta menghilangkan politik identitas, ini sebagaimana contoh di Amerika Serikat dan Australia,” kata Gubernur Andi.

Di tahun 2024, Indonesia akan melaksanakan perhelatan politik yang besar, pemilu nasional pemilihan presiden, DPR, DPD, DPRD, dan juga Pilkada serentak. Pemilu serentak ini akan menjadi ujian yang sesungguhnya bagi bangsa Indonesia dalam menjalankan demokrasi. “Bukan hanya sekedar menjalankan mandat reformasi tahun 1998, tapi kita harus dapat menunjukkan bahwa Indonesia adalah negara dengan demokrasi yang matang,” kata Presiden Joko Widodo.

Situasi yang kita hadapi saat ini membutuhkan komitmen persatuan dari seluruh pihak, soliditas seluruh elemen bangsa memerlukan pemerintahan yang tenang dan kuat agar dapat bekerja sungguh-sungguh, memerlukan stabilitas politik dan keamanan untuk mengatasi tantangan di masa yang akan datang. “Karena itu dalam pertemuan dengan KPU dan Bawaslu tempo hari, sudah saya sampaikan agar mulai disiapkan aturan main, agar pada saat pemilu saat kampanye ada aturan yang tegas mengenai tidak digunakannya politik identitas. Namun tentu saja regulasi dari KPU dan Bawaslu tidak cukup. Kita memerlukan seluruh dukungan dari elemen bangsa untuk ikut berpartisipasi melakukan pengawasan, agar politik identitas tidak terjadi,” lanjut Presiden RI.

Politik identitas berpotensi pada memecah belah bangsa dan menghambat perkembangan demokrasi. “Padahal dampak politik identitas tidak hanya berpengaruh pada miskinnya ide dan gagasan yang semestinya menjadi ide dan gagasan, kampanye kontestasi pemilu. Dampak politik identitas, dapat menjadi lebih buruk dari itu, yaitu memecah belah bangsa dan memperlambat perkembangan demokrasi di Indonesia,” kata Kombes Pol. H. Muhammad Sabilul Alif, S.H., S.I.K., M.Si selaku ketua panitia.

Seminar Nasional PPRA 63 Lemhannas RI dilaksanakan secara hibrida di Auditorium Gadjah Mada Lemhannas RI dengan menampilkan empat narasumber, yakni Gubernur Lemhannas RI Andi Widjajanto, Ketua Komisi 2 DPR RI Ahmad Doli Kurnia Tandjung, Direktur Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum Kementerian Dalam Negeri Dr. Bahtiar, M.Si, dan Staf Khusus Menteri Komunikasi dan Informatika Bidang Digital dan Sumber Daya Manusia Dedy Permadi, PhD.

Selain para narasumber, hadir pula dalam kegiatan tersebut Wakil Ketua DPR RI Lodewijk F. Paulus, Sekretaris Utama Lemhannas RI Komjen Pol Drs. Purwadi Arianto, M.Si., Deputi Pendidikan Lemhannas RI Mayjen TNI Sugeng Santoso, S.I.P., Deputi Pengkajian Strategik Lemhannas RI Prof. Dr. Ir. Reni Mayerni, M.P., beserta para pejabat Lemhannas RI.

Narahubung: Maulida (082229125536) / Endah (081316072186)

Caption Foto: Seminar Nasional PPRA 63 Lemhannass RI “Tantangan Pemilu 2024: Mereduksi Politik Identitas” di Auditorium Gajah Mada, Lemhannas RI

Biro Humas Lemhannas RI

Jalan Medan Merdeka Selatan 10, Jakarta 10110

Telp. 021-3832108/09

http://www.lemhannas.go.id

Instagram : @lemhannas_ri

Facebook : lembagaketahanannasionalri

Twitter : @LemhannasRI


Press Release

Nomor  : PR/  40   / VIII /2022

Tanggal: 9 Agustus 2022

Jakarta – Gubernur Lemhannas RI Andi Widjajanto menyebutkan Indonesia memiliki peluang untuk mematangkan demokrasi dengan menjalankan pemilu demokratis di 2024 dan 2029. “Sehingga nanti total di 2029, seperti yang tadi Presiden Jokowi sampaikan, kita akan berhasil melakukan tujuh pemilu demokratik berturut-turut yang diharapkan akan mematangkan demokrasi Indonesia,” kata Gubernur Andi.

 

Menurut Gubernur Andi, Seminar Nasional Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) 63 Lemhannas RI yang mengangkat tema “Tantangan Pemilu 2024: Mereduksi Politik Identitas” akan memberi pengaruh besar pada pelaksanaan konsolidasi demokrasi di Indonesia.

 

Demokrasi merupakan mandat dari sila keempat Pancasila yang mengharuskan pemerintah menghasilkan sistem pemerintahan berbasis kerakyatan dan dilakukan secara musyawarah mufakat. Sehingga, diharapkan dengan melaksanakan demokrasi sebagai implementasi sila keempat yang menguatkan sila ketiga, Indonesia dapat berhasil menguatkan peradaban politik yang berdasaran kemanusiaan yang adil dan beradab.

 

Hal tersebut juga diharapkan untuk  mewujudkan kesejahteraan sosial dengan prinsip keadilan yang diinginkan sesuai dengan pancasila sila kelima.

 

Pada kesempatan tersebut, Gubernur Andi juga menyebutkan banyak hal yang harus dipikirkan untuk memperkuat pemilu. “Kita harus berpikir banyak hal, sehingga nanti diharapkan pemilu bagian dari kematangan demokrasi,  bagian dari ruang dialog partisipasi publik yang terbuka lebar,” kata Gubernur Andi.

 

Menurut Gubernur Andi, hal-hal yang perlu dipikirkan sebagai upaya mencegah tantangan demokrasi, antara lain sistem pemilu, budaya politik, dan kapasitas kelembagaan penyelenggara pemilu.

 

“Pemilu akan kuat secara demokrasi prosedural. Yang paling penting pemilu akan kuat dari segi demokrasi substantif,” kata Gubernur Andi.

 

Oleh sebab itu, sesuai arahan Presiden, Lemhannas RI secara perlahan dan bertahap akan mengusulkan beberapa regulasi terkait cara meniadakan kampanye-kampanye yang mengandalkan politik identitas. Selanjutnya, memperbaiki dan meningkatkan kualitas kampanye politik dengan cara mengadopsi teknologi, sehingga proses digitalisasi demokrasi akan menyederhanakan proses penyelenggaraan pemilu ke depan. Di sisi lain, juga dapat meningkatkan kualitas kampanye.

 

 

Melalui tahapan tersebut, diharapkan kampanye lebih terarah, untuk meningkatkan ruang partisipasi publik dan meningkatkan dialog tentang kebijakan program yang bermanfaat bagi rakyat pemilih.

 

 

“Pada dasarnya karakter yang akan diberikan oleh PPRA 63 adalah rekomendasi kajian dalam bentuk regulasi tadi seperti arahan Presiden, yang juga nanti berharap betul-betul bisa mengoptimalkan teknologi digital yang sudah berkembang,” tambah Gubernur Andi.

 

 

Adapun Seminar Nasional PPRA 63 Lemhannas RI dilaksanakan secara hibrida di Auditorium Gadjah Mada Lemhannas RI dengan menampilkan empat narasumber, yakni Gubernur Lemhannas RI Andi Widjajanto, Ketua Komisi 2 DPR RI Ahmad Doli Kurnia Tandjung, Direktur Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum Kementerian Dalam Negeri Dr. Bahtiar, M.Si, dan Staf Khusus Menteri Komunikasi dan Informatika Bidang Digital dan Sumber Daya Manusia Dedy Permadi, PhD.

 

Selain para narasumber, hadir pula dalam kegiatan tersebut Wakil Ketua DPR RI  Lodewijk F. Paulus, Sekretaris Utama Lemhannas RI Komjen Pol Drs. Purwadi Arianto, M.Si., Deputi Pendidikan Lemhannas RI Mayjen TNI Sugeng Santoso, S.I.P., Deputi Pengkajian Strategik Lemhannas RI Prof. Dr. Ir. Reni Mayerni, M.P., beserta para pejabat Lemhannas RI.

 

Narahubung: Maulida (082229125536) / Endah (081316072186)

 

Caption Foto: Gubernur Lemhannas RI saat memberikan sambutan pada Seminar Nasional PPRA 63 Lemhannas RI di Auditorium Gadjah Mada.

 

Biro Humas Lemhannas RI

Jalan Medan Merdeka Selatan 10, Jakarta 10110

Telp. 021-3832108/09

http://www.lemhannas.go.id

Instagram : @lemhannas_ri

Facebook : lembagaketahanannasionalri

Twitter : @LemhannasRI


Press Release

Nomor : PR/ 41 / VIII /2022

Tanggal: 9 Agustus 2022

Jakarta – Indonesia akan laksanakan perhelatan politik besar pada 2024 setelah lima kali melaksanakan pemilu secara langsung berturut-turut sejak tahun 1999. Presiden RI Ir. Joko Widodo ingatkan lima tantangan utama pelaksanaan pemilu untuk 2024 nanti, yaitu mulai dari masalah teknis hingga masa kampanye.

“Banyak tantangan-tantangan yang dihadapi dalam melahirkan pemilu yang berkualitas ini, seperti masalah teknis persiapan Pemilu, masalah partisipasi pemilih, masalah transparansi, dan tata kelola pemilu yang akuntabel, dan masa kampanye,” kata Presiden Ir. Joko Widodo melalui rekaman video pendek pada Seminar Program Pendidikan Reguler Angkatan 63 di Lemhannas RI (9/8).

Indonesia akan menyelenggarakan perhelatan politik besar, pemilu nasional pemilihan presiden, DPR, DPD, DPRD, dan juga Pilkada serentak pada 2024. “Pemilu serentak ini akan menjadi ujian, menjadi ujian yang sesungguhnya bagi bangsa Indonesia dalam menjalankan demokrasi. Bukan hanya sekedar menjalankan mandat reformasi tahun 1998, tapi kita harus dapat menunjukkan bahwa Indonesia adalah negara dengan demokrasi yang matang,” lanjut Presiden Joko Widodo.

Momen 2024 dan 2029 akan menjadi tahapan konsolidasi yang penting untuk mencapai kematangan demokrasi di Indonesia. “Dua pemilu ke depan, yakni tahun 2024 dan tahun 2029 harus dapat menjadi tahapan konsolidasi demokrasi. Dimana kelembagaan Pemilu sudah semakin kuat sehingga proses penyelenggaraan pemilu juga turut disederhanakan, terutama dengan melakukan adopsi teknologi digital, dan semakin terbukanya peluang partisipasi elektoral untuk aktif berdialog terkait isu-isu strategis,” kata Presiden Joko Widodo. Indonesia telah melakukan lima kali pemilu langsung secara berturut-turut di tahun 1999, 2004, 2009, 2014, dan 2019, dan kita bisa melaksanakannya dengan aman, dengan tenang dan damai.

Dalam pelaksanaan Pemilu dan Pilkada serentak tahun 2024 ini, diharapkan para penyelenggara pemilu dapat berkomitmen melaksanakannya dengan baik agar demokrasi tetap hidup dan semakin berkualitas, melahirkan pemerintahan yang memiliki legitimasi yang kuat.

Kampanye yang dilakukan secara langsung maupun melalui media massa dan media sosial seringkali diwarnai oleh Politik Identitas. Hal tersebut selain berdampak buruk terhadap proses konsolidasi demokrasi Indonesia, juga berakibat pada polarisasi yang mengganggu integrasi banggsa Indonesia. Sehingga untuk mencegah terjadinya Politik Indentitas dan polarisasi pada Pemilu 2024 mendatang maka pemangku kebijakan perlu melakukan pemetaan dan menentukan langkah-langkah strategis untuk mereduksi praktik Politik Identitas tersebut.

Politik identitas berpotensi pada memecah belah bangsa dan menghambat perkembangan demokrasi. “Padahal dampak politik identitas tidak hanya berpengaruh pada miskinnya ide dan gagasan yang semestinya menjadi ide dan gagasan, kampanye kontestasi pemilu. Dampak politik identitas, dapat menjadi lebih buruk dari itu, yaitu memecah belah bangsa dan memperlambat perkembangan demokrasi di Indonesia,” kata Kombes Pol. H. Muhammad Sabilul Alif, S.H., S.I.K., M.Si selaku ketua panitia.

Peserta Program Pendidikan Reguler Angkatan 63 melaksanakan Seminar Nasional PPRA 63 dengan mengangkat topik “Tantangan Pemilu 2024: Mereduksi Politik Identitas”. Seminar Nasional PPRA 63 Lemhannas RI dilaksanakan secara hibrida di Auditorium Gadjah Mada Lemhannas RI dengan menampilkan empat narasumber, yakni Gubernur Lemhannas RI Andi Widjajanto, Ketua Komisi 2 DPR RI Ahmad Doli Kurnia Tandjung, Direktur Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum Kementerian Dalam Negeri Dr. Bahtiar, M.Si, dan Staf Khusus Menteri Komunikasi dan Informatika Bidang Digital dan Sumber Daya Manusia Dedy Permadi, PhD.

Selain para narasumber, hadir pula dalam kegiatan tersebut Wakil Ketua DPR RI Lodewijk F. Paulus, Sekretaris Utama Lemhannas RI Komjen Pol Drs. Purwadi Arianto, M.Si., Deputi Pendidikan Lemhannas RI Mayjen TNI Sugeng Santoso, S.I.P., Deputi Pengkajian Strategik Lemhannas RI Prof. Dr. Ir. Reni Mayerni, M.P., beserta para pejabat Lemhannas RI.

Narahubung: Maulida (082229125536) / Endah (081316072186)

Caption Foto: Seminar Nasional PPRA 63 Lemhannass RI “Tantangan Pemilu 2024: Mereduksi Politik Identitas” di Auditorium Gajah Mada, Lemhannas RI

Biro Humas Lemhannas RI

Jalan Medan Merdeka Selatan 10, Jakarta 10110

Telp. 021-3832108/09

http://www.lemhannas.go.id

Instagram : @lemhannas_ri

Facebook : lembagaketahanannasionalri

Twitter : @LemhannasRI


Press Release

Nomor  : PR/   39  / VIII /2022

Tanggal: 9 Agustus 2022

Jakarta – Saat ini, tantangan terbesar demokrasi Indonesia adalah menghindari sila pertama Pancasila digunakan sebagai senjata tarung utama. “Tantangan terbesar kita adalah jangan sampai justru sila pertama kita Ketuhanan Yang Maha Esa dijadikan senjata tarung utama untuk mengoyak bangsa ini, dan dari situlah kekerasan faktor identitas agama bisa terjadi,” kata Gubernur Andi saat memberikan sambutan pada Seminar Nasional Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) 63 Lemhannas RI di Auditorium Gadjah Mada Lemhannas RI pada Selasa, (09/08).

 

Oleh sebab itu, Gubernur Andi berharap Seminar Nasional tentang “Tantangan Pemilu 2024: Mereduksi Politik Identitas” dapat menemukan terobosan kebijakan yang komprehensif untuk mencegah terjadinya hal tersebut.

 

Demokrasi merupakan mandat dari sila keempat Pancasila yang mengharuskan pemerintah untuk menghasilkan sistem pemerintah berbasis kerakyatan dan dilakukan secara musyawarah mufakat. Namun, di sisi lain dapat menjadi tantangan demokrasi di Indonesia apabila implementasi sila keempat tidak mengarah ke penguatan sila ketiga dan penguatan politik identitas bisa memperbesar tantangan tersebut.

 

“Jadi diharapkan dengan melakukan demokrasi sebagai implementasi sila keempat yang menguatkan sila ketiga, kita akan berhasil menguatkan peradaban politik yang berdasarkan kemanusiaan yang adil dan beradab,” kata Gubernur Andi.

 

Gubernur Andi juga berharap demokrasi dapat mewujudkan kesejahteraan sosial dengan prinsip keadilan yang diinginkan sesuai dengan Pancasila sila kelima.

 

Sependapat dengan Gubernur Andi, Kombes Pol Muhamad Sabilul Alif selaku Ketua Seminar Nasional PPRA 63 menilai dampak politik identitas tidak hanya berpengaruh pada miskinnya ide dan gagasan. Namun lebih buruh dari itu, yakni dapat memecah belah bangsa dan memperlambat perkembangan demkorasi di Indonesia.

 

“Menjelang pemilu 2024 tentu saja perlu pemetaan masalah dan langkah-langkah yang perlu dilakukan untuk mereduksi praktek politik identitas,” kata Sabilul.

 

Melalui Seminar Nasional, lanjut Sabilul, akan ada 3 output dari kegiatan, yakni naskah akademik, peraturan terkait penggunaan politik identitas dalam pemilu, dan rekomendasi kebijakan untuk pemangku kepentingan dalam penyelenggaraan pemilu 2024.

 

Gubernur Andi menambahkan bahwa banyak hal yang harus dipikirkan, sehingga pemilu dapat menjadi bagian dari kematangan demokrasi dan bagian dari ruang dialog partisipasi publik yang terbuka lebar. “Pemilu akan kuat secara demokrasi prosedural. Yang paling penting pemilu akan kuat dari segi demokrasi substantif,” kata Gubernur Andi

Sebelum mengakhiri sambutan, Gubernur Andi mengucapkan terima kasih kepada Presiden Joko Widodo yang sudah menyempatkan waktu untuk menyampaikan sambutan kunci dan arahan strategis.

 

Adapun Seminar Nasional PPRA 63 Lemhannas RI dilaksanakan secara hibrida di Auditorium Gadjah Mada Lemhannas RI pada Selasa, 9 Agustus 2022 dengan menampilkan empat narasumber, yakni Gubernur Lemhannas RI Andi Widjajanto, Ketua Komisi 2 DPR RI Ahmad Doli Kurnia Tandjung, Direktur Jenderal Politik dan Pemerintahan Umum Kementerian Dalam Negeri Dr. Bahtiar, M.Si, dan Staf Khusus Menteri Komunikasi dan Informatika Bidang Digital dan Sumber Daya Manusia Dedy Permadi, PhD.

 

Selain para narasumber, hadir pula dalam kegiatan tersebut Wakil Ketua DPR RI  Lodewijk F. Paulus, Sekretaris Utama Lemhannas RI Komjen Pol Drs. Purwadi Arianto, M.Si., Deputi Pendidikan Lemhannas RI Mayjen TNI Sugeng Santoso, S.I.P., Deputi Pengkajian Strategik Lemhannas RI Prof. Dr. Ir. Reni Mayerni, M.P., beserta para pejabat Lemhannas RI.

 

Narahubung: Maulida (082229125536) / Endah (081316072186)

 

Caption Foto: Gubernur Lemhannas RI saat memberikan sambutan pada Seminar Nasional PPRA 63 Lemhannas RI di Auditorium Gadjah Mada.

 

Biro Humas Lemhannas RI

Jalan Medan Merdeka Selatan 10, Jakarta 10110

Telp. 021-3832108/09

http://www.lemhannas.go.id

Instagram : @lemhannas_ri

Facebook : lembagaketahanannasionalri

Twitter : @LemhannasRI



Hak cipta © 2024 Lembaga Ketahanan Nasional RI. Semua Hak Dilindungi.
Jl. Medan Merdeka Selatan No. 10 Jakarta 10110
Telp. (021) 3451926 Fax. (021) 3847749