Deputi Bidang Pengkajian Strategik Lemhannas RI Selenggarakan Forum Komunikasi Ketahanan Nasional

Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhannas RI) melalui Deputi Bidang Pengkajian Strategik menyelenggarakan Forum Komunikasi (Forkom) Ketahanan Nasional dengan tema “Perkembangan Studi Ilmiah Ketahanan Nasional Menjadi Rumpun Ilmu” bertempat di Ruang Kresna, Gedung Astagatra, pada Senin (29/5).

Kegiatan tersebut diadakan untuk menyamakan persepsi dalam mengembangkan konsepsi ketahanan nasional sebagai kajian dengan pendekatan ilmiah yang terus berkembang dalam situasi krisis global dan perubahan lingkungan strategis dengan potensi ancaman yang semakin kompleks.

Adapun tujuan lainnya adalah mempelajari perkembangan penelitian dan studi tentang ketahanan nasional dan menganalisis peluangnya sebagai rumpun ilmu di Indonesia serta mempelajari pendekatan ilmu ketahanan nasional yang komprehensif melalui berbagai metode pendekatan ilmiah yang diperoleh melalui proses dialog intelektual dengan para akademisi dan praktisi dalam mengembangkan pengkajian strategis dan kurikulum pendidikan ketahanan nasional yang relevan.

“Tujuan dari (forkom) hari ini adalah bagaimana berkolaborasi memperkuat ilmu ketahanan nasional kita,” ujar Gubernur Lemhannas RI Andi Widjajanto dalam sambutannya.

Ketahanan nasional juga merupakan salah satu materi yang diberikan kepada peserta PPRA dan PPSA. Lemhannas RI membawa peserta pendidikan berpikir komprehensif, holistik, dan memiliki wawasan kebangsaan yang kuat. Mereka juga diminta memahami kepemimpinan strategis.

Lebih lanjut, Gubernur Andi Widjajanto menyampaikan bahwa Lemhannas RI didirikan Bung Karno sebagai sekolah geopolitik. Geopolitik juga dapat diartikan sebagai wawasan nusantara. Selanjutnya, peserta harus memiliki kewaspadaan nasional dan kemampuan mengambil keputusan dalam situasi krisis.

Pendidikan di Lemhannas RI memiliki olah sistem manajemen nasional yang menjadi kekhasannya. Peserta dididik agar bisa memecahkan masalah nasional dalam posisi sebagai menteri dan presiden. 

Isu-isu utama yang diperintahkan Presiden Joko Widodo untuk diselidiki juga dikaji dalam kerangka pengkajian geopolitik. Adapun isu tersebut adalah konsolidasi demokrasi, transformasi digital, ekonomi hijau, ekonomi biru, pembangunan Ibu Kota Nusantara, serta penyelesaian persoalan di Papua.

Sebagai sekolah geopolitik, yang dalam istilah ketahanan nasionalnya adalah wawasan nusantara, maka peserta pendidikan di Lemhannas RI wajib memiliki kemampuan membuat peta geopolitik. Semua isu-isu yang dikaji Lemhannas RI akan berusaha dibandingkan dengan negara lain.

“Aplikasinya adalah kalau ilmu kita, ketahanan nasional mampu digunakan, mampu mencegah krisis, kalau krisisnya terjadi mampu membuat negara kita keluar secepat-cepatnya,” pungkas Gubernur Lemhannas RI.

Dalam acara tersebut, Dosen Universitas Pertahanan dan Pendiri The Purnomo Yusgiantoro Center Prof. Ir. Purnomo Yusgiantoro, M.Sc., M.A., Ph.D., hadir sebagai pembicara kunci. “Geopolitik untuk Indonesia adalah wawasan nusantara yang turunannya geostrategi Indonesia yang tidak lain dan bukan adalah ketahanan nasional,” kata Prof. Purnomo mengawali paparannya.

Kemudian, Prof. Purnomo menyampaikan tiga kedudukan dan fungsi ketahanan nasional. Pertama adalah sebagai doktrin dasar pembangunan nasional untuk menjamin terjadinya pola pikir, pola sikap, pola tindak, dan pola kerja dalam menyatukan langkah melaksanakan pembangunan nasional.

Kedua adalah sebagai pola dasar pembangunan nasional karena pada hakikatnya merupakan arah dan pedoman dalam pembangunan nasional di segala bidang dan sektor pembangunan secara terpadu. 

Ketiga adalah sebagai metode pembinaan kehidupan nasional yang merupakan suatu metode integral yang mencakup seluruh aspek dalam kehidupan negara dan dikenal sebagai astagatra yang terdiri dari aspek alamiah (statis) seperti geografi, kekayaan alam, dan demografi; serta aspek dinamis seperti ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya, serta pertahanan dan keamanan.

Prof. Purnomo juga menyampaikan bahwa salah satu hal yang diharapkan ke depan adalah ketahanan nasional tidak hanya berhenti di astagatra, tetapi ada dua hal lagi yang penting, yakni teknologi dan aspek hukum.

Forkom Ketahanan Nasional tersebut turut menghadirkan beberapa narasumber, yakni Dirjen Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi, Kemendikbud Ristek RI Prof. Ir. Nizam, M.Sc., DIC, Ph.D., IPU, Asean Eng.; Kepala Program Studi Magister dan Doktor Ilmu Ketahanan Nasional Universitas Gadjah Mada Prof Dr. Armaidy Armawi, M.Si.; Kepala Program Studi S-2 Kajian Ketahanan Nasional Universitas Indonesia Dr. J. Simon Runturambi, M.Si.; Taprof Bidang Sumber Kekayaan Alam Lemhannas RI Prof. Dr. Ir. Dadan Umar Daihani, D.E.A.; dan Koordinator Minat Tannas Sekolah Pascasarjana Universitas Brawijaya Dr. Adi Kusumaningrum, S.H., M.H. (SP/CL)



Hak cipta © 2024 Lembaga Ketahanan Nasional RI. Semua Hak Dilindungi.
Jl. Medan Merdeka Selatan No. 10 Jakarta 10110
Telp. (021) 3451926 Fax. (021) 3847749