Tantangan Keamanan Maritim ASEAN Jadi Salah Satu Topik dalam Jakarta Geopolitical Forum Tahun 2023

Dalam sesi pertama Jakarta Geopolitical Forum VII/2023 pada Rabu (14/6), di Hotel Borobudur, Jakarta, menghadirkan sejumlah narasumber, yaitu Commandant of National Resilience College, Malaysia Maj Gen Datuk Mohd Nizam bin Hj Jaffar PSD PSAT DSDK PMW PAT SMP SDK KMN BCK PJM PNBB (Lebanon) MBA (Notts) Dip Strat (UKM) Fellow Scholar (NDUM) nrc CID psc; Deputy Director of the Naval Strategic Studies Center, Royal Thai Navy, Thailand Captain Dorne Tipnant; dan Senior Fellow at Center for Strategic and International Studies, Indonesia Ambassador Dr. Rizal Sukma.

Dalam sesi yang dimoderatori oleh Indonesian Ambassador for Australia 2003-2005 and China 2010-2013 Ambassador Prof. Dr. Imron Cotan, Maj Gen Datuk Mohd Nizam bin Hj Jaffar PSD PSAT DSDK PMW PAT SMP SDK KMN BCK PJM PNBB (Lebanon) MBA (Notts) Dip Strat (UKM) Fellow Scholar (NDUM) nrc CID psc, sebagai narasumber pertama, menyampaikan bahwa keamanan maritim ASEAN adalah masalah geopolitik yang melintasi multi batas. 

Datuk Mohd Nizam bin Hj Jaffar mengatakan bahwa area maritim ASEAN terbentuk menjadi fulcrum kompetisi kekuatan besar. “Dan ASEAN hanya memiliki satu pilihan yaitu bersatu menjadi sebuah entitas,” ujarnya. Menyinggung keamanan maritim, Datuk Mohd Nizam bin Hj Jaffar menilai kompleks, beragam, dan diperdebatkan. Dirinya melihat bahwa ASEAN memiliki kematangan dan mampu berdiri sendiri sehingga solidaritas menjadi sangat penting ketika geopolitik wilayah menjadi titik fokus dan persimpangan pengaruh.

Datuk Mohd Nizam bin Hj Jaffar ungkap beberapa hal yang dibutuhkan ASEAN diantaranya adalah efektivitas keamanan kooperatif regional, dialog efektif dengan konsensus dalam menyusun upaya atau rencana aksi, transparansi dan kemandirian, eksklusivitas, jaminan timbal balik, dan pemahaman konsep keamanan komprehensif. “Ini sangat penting karena keamanan Maritim adalah agenda utama dan akan tetap ada untuk tahun-tahun mendatang,” ungkapnya.

Kesempatan berikutnya, Deputy Director of the Naval Strategic Studies Center, Royal Thai Navy, Thailand Captain Dorne Tipnant menyampaikan tentang peran yang diwakili oleh sentralitas ASEAN di kawasan tantangan keamanan maritim. Dirinya memandang ada tiga area fokus dalam tantangan keamanan geomaritim, yakni keamanan, stabilitas, dan kemakmuran.

Keamanan dan stabilitas negara-negara ASEAN, jelas Dorne Tipnant menjadi prioritas bagi kepentingan maritim ASEAN karena setiap perairan merupakan kepentingan utama sehingga kolaborasi dan kerja sama sangat diperlukan. Oleh karena itu, ASEAN Maritime Forum (AMF) perlu mengambil peran dalam tatanan keamanan maritim dengan menyediakan platform untuk mengembangkan blok bangunan untuk kesadaran bersama untuk mengatasi nilai dan kepentingan bersama, untuk melihat keterlibatan konstruksi dan untuk diskusi di masa depan. 

Senior Fellow at Center for Strategic and International Studies (CSIS), Indonesia Ambassador Dr. Rizal Sukma, yang menjadi narasumber berikutnya menyampaikan ada enam tren yang harus diperhatikan dengan sangat hati-hati untuk kedepannya. Pertama adalah tentang perubahan sifat dan nilai dari laut dengan konsekuensi yang diakibatkan hubungan antara kekuatan-kekuatan besar. Kedua, masa depan laut juga akan ditentukan oleh hubungan antara Amerika Serikat dan China. Ketiga, semakin ramainya wilayah Indo-Pasifik seiring bergesernya pusat gravitasi geopolitik dan geoekonomi dunia ke wilayah tersebut. 

Kemudian tren keempat adalah seiring perubahan nilai laut dari ekonomi menjadi strategis, upaya untuk menemukan solusi terhadap sengketa maritim akan menjadi semakin sulit. Kelima, muncul karena adanya kekhawatiran keamanan tradisional yang meningkat. Sehingga, negara akan lebih fokus pada pemeliharaan keunggulan maritim, antara lain melalui kehadiran angkatan laut, pembentukan koalisi, penguatan aliansi, serta peningkatan militer. Dan keenam, terlihatnya peningkatan marginalisasi tantangan keamanan non-tradisional berbasis maritim dalam wacana akademik dan kebijakan. 

Sementara, Senior Fellow CSIS, Indonesia Ambassador Dr. Rizal Sukma yang juga menjadi narasumber, menyoroti tiga hal yang menjadi tantangan untuk dihadapi ASEAN. Pertama, melemahnya persatuan negara-negara ASEAN, yang saat ini terjadi polarisasi kelompok, yakni Pro AS, Pro Cina, Non-Block, dan Confused State. Kedua, berkurangnya peran ASEAN sebagai pengelola tatanan kawasan akibat lemahnya persatuan ASEAN dalam menangani konflik maupun persaingan di kawasan. Yang ketiga adalah pentingnya menjaga otonomi strategis ASEAN yang dipertegas dengan Asia Tenggara, Samudra Pasifik, dan Samudra Hindia yang akan menjadi mandala sentral di tengah persaingan kekuatan besar.

Mengakhiri paparannya, Rizal Sukma menyampaikan empat rekomendasi. Pertama, ASEAN perlu mempelajari bagaimana persaingan maritim yang sedang berkembang akan berdampak pada masa depan UNCLOS. Kedua, ASEAN perlu mencari ide-ide baru untuk mencapai terobosan dalam mengelola Laut China Selatan, terutama dalam mendorong penerapan code of conduct. Ketiga, ASEAN perlu merenungkan kelemahan-kelemahan di dalam institusinya, dan berusaha untuk memperkuatnya. Terakhir, ASEAN perlu mengusulkan East Asia Summit Plus tentang keamanan regional yang komprehensif sebagai kerangka baru untuk mengamankan dan memakmurkan wilayah (Indo-Pasifik). (SP/BIA)



Hak cipta © 2024 Lembaga Ketahanan Nasional RI. Semua Hak Dilindungi.
Jl. Medan Merdeka Selatan No. 10 Jakarta 10110
Telp. (021) 3451926 Fax. (021) 3847749