Selenggarakan Seminar Nasional, PPRA 62 Lemhannas RI Angkat Modal Sosial dan Budaya Jadi Kekuatan Nasional dalam Pemulihan Ekonomi

Pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia dan dunia telah menimbulkan dampak yang sangat besar di berbagai bidang, kesehatan, sosial, keuangan dan ekonomi. Pembatasan interaksi antar manusia untuk menekan laju penularan Covid-19 ini telah membuat banyak aktivitas manusia terhenti atau menjadi sangat terbatas yang berdampak terhadap merosotnya aktivitas perekonomian. Melihat hal tersebut, Peserta Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) 62 Lemhannas RI melihat perlu ada upaya yang harus dilakukan dengan memanfaatkan modal sosial.

Peserta PPRA 62 Lemhannas RI menyelenggarakan Seminar Nasional dengan judul Modal Sosial dan Budaya Menjadi Kekuatan Nasional dalam Pemulihan Ekonomi di Tengah Pandemi Covid-19, Rabu, 25 Agustus 2021. Acara ini diusung untuk memajukan ekonomi nasional di tengah pandemi Covid-19. Ketua Seminar Nasional PPRA 62 Kolonel Pnb. Aldrin P. Mongan, S.T., M.Hum., M.Han. dalam laporannya menyampaikan bahwa sebelum terselenggaranya Seminar Nasional tersebut, telah dilaksanakan empat kali Focus Group Discussion (FGD). “Tujuan seminar adalah didapatnya hasil seminar yang optimal yang dapat dijadikan bahan masukan kepada pemerintah dan pimpinan untuk mengambil keputusan lebih lanjut,” kata Aldrin.

Kegiatan Seminar Nasional PPRA 62 Lemhannas RI menjadi salah satu indikator dari kemampuan para peserta dalam menyerap dan memahami berbagai materi selama mengikuti pendidikan di Lemhannas RI. Melalui seminar ini, para peserta dapat menuangkan ilmu pengetahuannya untuk menyusun hasil seminar yang strategis dengan menggunakan kemampuan berpikir secara komprehensif, integral, holistik, dan sistemik.

“Sosial budaya itu bukan sesuatu yang abstrak kalau memang kita bisa untuk mencari bentuk-bentuk konkretnya itu,” kata Gubernur Lemhannas RI Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo saat memberikan sambutan pembukaan. Dalam kondisi perekonomian Indonesia saat ini, perlu adanya upaya pemulihan ekonomi nasional dengan mendayagunakan kekuatan modal sosial dan budaya yang telah berkembang di masyarakat dan perlu digali dan ditransformasikan ke dalam pengembangan institusional, ekonomi dan modal manusia.

Menurut Agus, kekuatan modal sosial dan budaya pada dasarnya telah ada sejak lama dan menjadi sebuah kekuatan bagi masyarakat di berbagai daerah untuk bertahan dalam menghadapi berbagai tantangan termasuk dalam kondisi pandemi Covid-19. Modal sosial yang terdiri dari etika sosial, lembaga sosial dan etika lingkungan termasuk kearifan lokal dan etos sosial atau karakter, sikap, sifat, dan watak sosial yang disesuaikan dengan kondisi masyarakat setempat, akan mampu menjadi kekuatan kolektif untuk membantu memulihkan aktivitas ekonomi dan sosial secara optimal dengan memanfaatkan kesadaran masyarakat.

Pada kesempatan tersebut, Agus mengingatkan bahwa kultur cara berpikir dalam merumuskan sebuah gagasan dan tantangan, bukan hanya untuk mencapai temuan yang sekedar normatif atau mengulangi kondisi yang berlaku sekarang. Akan tetapi, bagaimana penulisan dari pemikiran tersebut dapat sampai pada temuan yang konkret, menemukan gagasan baru dan dapat diimplementasikan. “Apabila seminar ini dapat menghasilkan temuan ilmiah yang aplikatif, maka seminar ini telah memberi sumbangan yang berarti bagi pemecahan masalah dalam masyarakat,” kata Agus.

“Pandemi Covid-19 merupakan ujian bagi satu negara,” kata Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi RI, Jenderal TNI (Purn) Luhut Binsar Pandjaitan, M.P.A. Dalam kesempatan tersebut, Luhut menyampaikan bahwa terdapat 3 hal yang diuji dalam pandemi Covid-19, yaitu kapasitas sistem kesehatan, modal sosial masyarakat, dan kualitas tata laksana pemerintahan. “Mekanisme kerja itu menjadi kemudian tersendat manakala keadaan krisis seperti ini,” kata Luhut. Pada awal pandemi, Indonesia masih sangat rentan dalam kapasitas sistem kesehatan karena hampir 90% obat-obatan masih diimpor. Oleh karena itu, pemerintah melakukan perbaikan besar-besaran dan diharapkan dalam 1 sampai 2 tahun kedepan akan terjadi perubahan dalam sistem kesehatan.

Menurut Luhut, dalam modal sosial menjadi kekuatan Indonesia, partisipasi sipil berperang penting dalam penanganan pandemi Covid-19. Luhut menyampaikan bahwa modal sosial Indonesia termasuk tinggi di dunia, masyarakat saling membantu selama pandemi Covid-19. Studi kasus di Amerika Serikat menunjukan bahwa daerah dengan modal sosial tinggi akan memiliki jumlah kasus yang rendah.

“Pemulihan ekonomi sangat bergantung pada penanganan pengendalian Covid-19,” tutur Luhut. Lebih lanjut Luhut menyampaikan meski perubahan pandemi Covid 19 di Indonesia, Jawa, Bali memberikan perbaikan yang signifikan tapi harus tetap perlu berhati-hati. Oleh karena itu, pembukaan dilakukan secara bertahap, bertingkat, dan berlanjut. Butuh langkah intervensi kebijakan yang lebih agresif untuk memitigasi peningkatan mobilitas melalui strategi pengendalian pandemi, yakni peningkatan kepatuhan menggunakan masker, penguatan 3T, dan akselerasi vaksinasi.

“Modal sosial masyarakat dan kualitas tata laksana pemerintahan berperan besar dalam keberhasilan pengendalian pandemi,” tutur Luhut. Keberhasilan penanganan pandemi tidak bisa dilakukan oleh pemerintah sendiri, tetapi dengan melibatkan berbagai elemen bangsa. Kemudian meski sudah baik, tetapi pandemi Covid-19 menunjukkan bahwa masih ada kekurangan dalam hal modal sosial dan kualitas tata laksanakan pemerintah. Dihadapkan pada tantangan yang lebih besar ke depan, harus ada perbaikan pada modal sosial dan kualitas tata laksanakan pemerintahan menuju Indonesia yang lebih baik lagi. “Lemhannas memiliki peran penting untuk menyiapkan kader bangsa yang profesional, berkarakter, dan memiliki wawasan kebangsaan. Lemhannas harus mainkan peran ini,” tegas Luhut.

Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Dr. H. Sandiaga Salahuddin Uno, B.B.A., M.B.A. pada kesempatan tersebut menyampaikan bahwa jika bicara kolaborasi untuk keluar dari krisis sebetulnya modal budayanya adalah gotong royong. “Gotong royong ada dalam setiap tarikan nafas bangsa Indonesia,” kata Sandi. Di tengah kondisi pandemi yang sangat memprihatinkan, Sandi melihat bagaimana cara agar bisa melihat sisi-sisi terbaik kemanusiaan dengan bergotong royong. Oleh karena itu, Sandi menegaskan bahwa gotong royong perlu terus ditingkatkan sebagai roh kolaborasi.

Mengenai inovasi, Sandi menyampaikan bahwa inovasi adalah keahlian dari masyarakat Indonesia. Setiap akar rumput sosial budaya Indonesia dimana pun penuh dengan kearifan lokal yang dapat menjadi inovasi. Inovasi dapat terlihat dalam bagaimana bangsa Indonesia bisa selama ini menggunakan tenun kebangsaan untuk terus berinovasi dan mencari formula untuk mengatasi pandemi dan ini terus ditingkatkan. “Melalui inovasi adalah keahlian dari masyarakat indonesia yang ada di setiap akar rumput sosial budaya Indonesia. Ini terlihat dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas sampai Pulau Rote, penuh dengan local wisdom,” ujar Sandi.

Kemudian Sandi juga menyampaikan konsep adaptasi, yakni konsep bekerja sama untuk membantu rekan-rekan sebangsa dan ternyata ada satu perpaduan yang luar biasa, yaitu kearifan lokal. “Adaptasi dipadu dengan local wisdom aspek digitalisasi, yaitu teknologi dan virtualisasi membantu mengadopsi prokes yang disiplin,” tutur Sandi. Digitalisasi, yaitu teknologi dan virtualisasi yang membantu mengadopsi protokol kesehatan yang tepat dan disiplin dalam langkah Indonesia untuk kembali sehat dan memulihkan ekonomi.

Laksma TNI Didong Rio Duta Purwokuntjoro., S.T., M.A.P. menyampaikan kesimpulan dari Seminar Nasional tersebut. Pemulihan ekonomi sangat bergantung pada penanganan pandemi Covid-19. Dalam hal tersebut, modal sosial masyarakat dan kualitas tata laksana pemerintahan berperan besar dalam keberhasilan pengendalian pandemi. Kunci utama modal sosial adalah dibangunnya kepercayaan untuk menumbuhkan sikap saling mempercayai di masyarakat agar bersatu. “Gotong royong yang merupakan roh dari kolaborasi adalah salah satu bentuk modal sosial budaya Indonesia,” kata Didong.

Seminar Nasional tersebut dibuka oleh Gubernur Lemhannas RI, Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo, juga menghadirkan Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi RI, Jenderal TNI (Purn) Luhut Binsar Pandjaitan, M.P.A. sebagai keynote speaker. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Dr. H. Sandiaga Salahuddin Uno, B.B.A., M.B.A. dan Ketua Komisi X DPR RI H. Syariful Huda turut hadir sebagai narasumber. Guru Besar Ekonomi SDA dan Lingkungan IPB Prof. Dr. Akhmad Fauzi, M.Sc., Ketua HIPPI Dr. Suryani Motik, Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh RI untuk Kerajaan Belanda H.E. Mayerfas, dan Head of Tani Academy TANIHub Group Deen Sanyoto hadir sebagai pembahas.  Selain itu, Unit Head Herbal Marthaa Tilaar Group Prof. Dr. Ir. Bernard T. Widjaja, M.M., CSCA, Deputi Bidang Kemaritiman dan Sumber Daya Alam Bappenas Dr. Ir. Arifin Rudiyanto, MSc., Rektor AMIKOM Yogyakarta Prof. Dr. M. Suyanto, M.M hadir sebagai penanggap.

Hadir pula pejabat Lemhannas RI dalam Seminar Nasional tersebut, yakni Wakil Gubernur Lemhannas RI Marsdya TNI Wieko Syofyan, Deputi Pendidikan Pimpinan Tingkat Nasional Lemhannas RI Mayjen TNI Sugeng Santoso, S.I.P., serta perwakilan pejabat struktural Lemhannas RI dan undangan dari kementerian/lembaga secara virtual.



Hak cipta © 2024 Lembaga Ketahanan Nasional RI. Semua Hak Dilindungi.
Jl. Medan Merdeka Selatan No. 10 Jakarta 10110
Telp. (021) 3451926 Fax. (021) 3847749