ASEAN, Busur Stabilitas Kawasan

Press Release

Nomor  : PR/ 32 /VI/2023

Tanggal: 15 Juni 2023

Jakarta- Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Retno Marsudi menyebutkan bahwa ASEAN sedang berada di jalur yang tepat untuk menjadi kawasan dengan pertumbuhan tercepat di dunia, pasar tunggal terbesar di dunia pada tahun 2030, dan pusat pertumbuhan global. Namun hal ini hanya akan bertahan jika ASEAN diperkuat.

“Tren positif ini hanya akan bertahan pada gelombang yang akan datang, jika kita memperkuat ASEAN sebagai busur stabilitas kawasan,” kata Menlu Retno saat memberikan kata penutup Jakarta Geopolitical Forum VII/2023 “ASEAN’s Future: Addressing the Region’s Geo-Maritime Rifts” di Flores Ballroom, Hotel Borobudur pada Kamis (15/6).

Lalu, bagaimana mempertahankan busur stabilitas kawasan?

Pertama, budaya dialog. Anggota ASEAN perlu menggunakan bahasa yang sama untuk menghadapi tantangan dengan aman, yakni bahasa kerja sama dan kepercayaan.

“Untuk memahami kita harus mendengar, untuk berkompromi kita harus mempertimbangkan pandangan yang berbeda, untuk bertahan hidup bersama kita harus mengadopsi paradigma yang saling menguntungkan,” tambah Menlu Retno.

ASEAN memiliki banyak kisah sukses dengan dialog dan bekerja keras untuk mengarusutamakannya melalui mekanisme terpimpin ASEAN.

Kedua, menavigasi busur ASEAN dengan arsitektur kawasan yang inklusif. Inklusivitas adalah nilai inti bagi ASEAN yang membuatnya menjadi kompas untuk berlayar ke depan.

“Kawasan Asia Pasifik harus menjadi lautan kerja sama, bukan pengekangan. Kita tidak perlu memilih siapa yang harus diselamatkan atau siapa yang harus diasingkan,” kata Menlu Retno.

Hal inilah yang membuat Indonesia dan ASEAN mengarusutamakan pandangan di Indo-Pasifik sebagai awal dari inklusivitas. Melalui pandangannya, ASEAN akan mengarahkan semua negara untuk saling percaya melalui kerja sama yang konkret.

Ketiga, busur ASEAN mengikat pada aturan hukum. Laut harus terbuka dan bebas agar semua pihak mendapatkan manfaat, tetapi bukan tanpa aturan.

Deklarasi ZOPFAN, Perjanjian Persahabatan dan Kerja Sama (Treaty of Amity and Cooperation), Deklarasi Bali, dan pandangan ASEAN di Indo-Pasifik adalah jangkar agar tidak hanyut ke laut yang tidak terpetakan.

“Tantangannya adalah bagaimana kita dapat menghargai dan menegakkannya secara konsisten,” tambah Menlu Retno.

Menurut Menlu Retno, busur yang disebut ASEAN ini dapat bertahan menghadapi lautan penuh tantangan di masa depan jika dijaga bersama-sama. Sebab, meskipun tidak kebal dengan fenomena persaingan dan ketidakpastian global, serta dibanjiri dengan risiko politik, sejauh ini ASEAN berhasil bangkit, menjaga perdamaian, dan stabilitas kawasan, bahkan berhasil bergerak maju.

Menlu Retno juga meyakini forum ini dapat menghasilkan ide-ide untuk mewujudkan kawasan Indo-Pasifik yang damai, sejahtera dan inklusif.

Narahubung: Maulida (082229125536)

Caption Foto: Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Retno Marsudi saat memberikan Kata Penutup Jakarta Geopolitical Forum VII/2023 “ASEAN’s Future: Addressing the Region’s Geo-Maritime Rifts”

Biro Humas Lemhannas RI

Jalan Medan Merdeka Selatan 10, Jakarta 10110

Telp. 021-3832108/09

http://www.lemhannas.go.id

Instagram: @lemhannas_ri

Facebook: lembagaketahanannasionalri

Twitter: @LemhannasRI

TikTok: @lemhannas_ri



Hak cipta © 2024 Lembaga Ketahanan Nasional RI. Semua Hak Dilindungi.
Jl. Medan Merdeka Selatan No. 10 Jakarta 10110
Telp. (021) 3451926 Fax. (021) 3847749