Komarudin Hidayat: Neo Dinasti Jadi Evaluasi Penting Demokrasi

Press Release

Nomor  : PR/ 35 /X/2021

Tanggal:  22 Oktober 2021

Jakarta – Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII), Prof. Komarudin Hidayat sebutkan pada tahun 2024 adalah waktu yang tepat untuk mengevaluasi dan tata ulang demokrasi reformasi Indonesia. Evaluasi yang penting jadi perhatian adalah neodinasti. Isu ini diangkat oleh Prof. Komarudin dalam Jakarta Geopolitical Forum V (21/10). 

Untuk bicara neo dinasti perlu ditinjau kembali bagaimana kondisi para pejabat dan tokoh public masa pra-kemerdekaan.  “Ternyata reformasi ini telah melahirkan neodinasti dan sumber korupsi karena biaya politik yang mahal,” kata Prof. Komaruddin. 

“Mengapa sejak dari pusat sampai daerah muncul neo dinasti dari suaminya menjadi bupati, ganti istrinya, ganti anaknya,” lanjut mantan rector UII tersebut. Akibat neo dinasti dan ongkos politik terlalu mahal, bahkan pelaku korupsi adalah kerabat para tokoh public itu sendiri. “Bahkan kemudian yang korupsi ayahnya, anaknya, Karena ongkos politik terlalu mahal,” tutur Komarudin. 

Permasalahan neo dinasti bila tidak diselesaikan akan berdampak pada konstitusi dan partai politik, bahkan hingga ke penggunaan dukungan massa untuk kepentingan politik. “Modal massa ini salah satu instrumennya adalah symbol-simbol emosi agama,” kata Komaruddin.  Penggunaan simbol agama ini berdampak pada pendangkalan dan pembusukan pada proses demokratisasi di indonesia.  

Tantangan selanjutnya bagi demokrasi di masa depan adalah belum adanya sosok membanggakan bagi karakter milenial saat ini. Milenial saat ini tak lagi terikat kuat pada tradisinya contohnya bahasa. “Generasi saat ini  tidak bisa bahasa daerah, tapi mereka juga sayangnya belum menemukan bangunan rumah Indonesia secara kokoh dan membanggakan,” kata Komarudin. 

Bagi Komarudin pemuda saat ini sulit mencari tokoh yang menginspirasi.  “Kita sulit mencari tokoh-tokoh yang menginspirasi dan kalau kita bicara Indonesia. Sekali-kali kita perlu membaca Indonesia dari pinggiran, dari papua, dari perbatasan, maka wajah Indonesia akan lahir,” lanjut Komaruddin.   

Menjadi bangsa Indonesia adalah hasil imajinasi ulang. “Jadi yang namanya Indonesia itu satu imajinasi tidak ada peristiwa physical to be Indonesia sebagaimana orang datang ke Amerika,” kata Prof. Komaruddin.  Selain itu millennial saat ini adalah hasil perkawinan silang yang melahirkan generasi baru.  

Prof. Komarudin Hidayat menjadi narasumber dalam Jakarta Geopolitical Forum V yang mengangkat tema Culture and Civilization: Humanity at the Crossroads. JGF adalah forum yang diinisiasi oleh Lemhannas RI merupakan sharing session bagi para pakar geopolitik dunia dalam menelaahn situasi kawasan di dunia. JGF 2021 mengundang narasumber budaya dan geopolitik terkemuka dunia untuk membahas budaya dan peradaban manusia.  Harapannya forum strategis dapat dimanfaatkan bagi pembicara (speaker) maupun peserta untuk mendiskusikan isu geopolitik di tingkat dunia. 

Narahubung: Endah (081316072186)

Caption Foto:  Gubernur Lemhannas RI Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo saat berfoto bersama dengan para narasumber JGF V

Biro Humas Lemhannas RI

Jalan Medan Merdeka Selatan 10, Jakarta 10110

Telp. 021-3832108/09

http://www.lemhannas.go.id 

Instagram : @lemhannas_ri

Facebook : lembagaketahanannasionalri

Twitter : @LemhannasRI



Hak cipta © 2024 Lembaga Ketahanan Nasional RI. Semua Hak Dilindungi.
Jl. Medan Merdeka Selatan No. 10 Jakarta 10110
Telp. (021) 3451926 Fax. (021) 3847749