Otto Scharmer: “Dari Egosistem, Berubah Menjadi Ekosistem”


Lemhannas RI menyelenggarakan Pertemuan Para Menteri dan Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Kementerian Kabinet Indonesia Maju bertempat di Ruang Konstitusi Lemhannas RI, Rabu (11/12). Pertemuan Menteri dan Pimpinan Lembaga Pemerintah Non Kementerian Kabinet Indonesia Maju merupakan kegiatan yang diharapkan dapat memberikan masukan kepada pimpinan kementerian/lembaga pemerintah guna meningkatkan kesadaran kepemimpinan pribadi dan kolektif, serta memperkuat koordinasi dan kerja sama dalam rangka menyukseskan visi dan misi Presiden lima tahun ke depan. Kegiatan pertemuan ini diselenggarakan dengan metode yang mencerahkan dan menginspirasi, menghubungkan satu sama lain, kreatif dan menyenangkan, serta apresiatif dan menguatkan.

Tujuan kegiatan ini, yaitu untuk menyelaraskan niat, tujuan, dan aksi menuju Indonesia Maju guna memahami siapa saya, siapa kita, apa peran dan kerja saya, serta kita bersama untuk berkontribusi secara optimal dalam rangka mewujudkan visi bersama. Selain itu, pertemuan ini juga diharapkan dapat mengakselerasi kerja hebat untuk Indonesia Maju di Tahun 2020 guna memahami kompleksitas, dinamika yang terjadi, visi bersama, dan membangun kemampuan untuk musyawarah dan bergotong royong dalam rangka mewujudkan Indonesia Maju.

Dalam kesempatan tersebut hadir Otto Scharmer, penulis buku Teori U, sebagai narasumber sesi “Menyelaraskan Pikiran-Hati-Tindakan dalam Kerja Kolektif dan Kerja Hebat untuk Indonesia Maju”. Otto merasa Indonesia merupakan negara yang sangat luar biasa, ada 4 alasan yang mendasari pendapat Otto tersebut. Alasan pertama adalah kesuksesan pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam dekade terakhir. Selanjutnya adalah Otto melihat Indonesia merupakan negara demokrasi terbesar yang sistem pemerintahan demokrasinya berjalan dengan baik. Kemudian keanekaragaman hayati dan lingkungan di Indonesia memiliki peranan penting dalam menjaga ekosistem dunia yakni segitiga koral di Indonesia Timur dan terestrial darat. Terakhir adalah keragaman budaya yang dimiliki Indonesia. Otto melihat Bhinneka Tunggal Ika sangat terwujud di Indonesia dan patut dijadikan contoh negara-negara lain.

Otto juga sangat terkesan dengan strategi penambahan nilai dalam sistem ekonomi, menurut Otto hal tersebut harus terus dipertahankan. Jika komoditi mineral langka dipasangkan dengan kemampuan penambahan nilai, hal tersebut dapat menjadi kekuatan luar biasa bagi Indonesia.

Membuka sesi “Menyelaraskan Pikiran-Hati-Tindakan dalam Kerja Kolektif dan Kerja Hebat untuk Indonesia Maju”, Otto menjelaskan mengenai pembelajaran dan kepemimpinan sistem yang memperluas dan memperdalam. “Dimensi memperdalam yang paling penting menggabungkan kepala, tangan, dan hati. Hatinya penting,” kata Otto. Dimensi memperdalam yang dimaksud adalah memperdalam manusia seutuhnya yang terdiri dari teknis (kepala) yakni belajar dengan mendengarkan, reflektif (kepala dan tangan) yaitu belajar dengan melakukan, dan transformasional (kepala, hati, dan tangan) yakni belajar melalui gotong royong. Kemudian dimensi memperluas adalah memperluas keseluruhan sistem baik tingkat individu, tim, organisasi, dan ekosistem.

“Ada hal yang kita lupakan, yaitu belajar menggunakan 3 instrumen ini dalam skala ekosistem,” lanjut Otto. Kemudian Otto memberikan contoh dalam kasus edukasi. Edukasi memiliki 3 disrupsi yakni digitalisasi, memindahkan fisik pembelajaran bukan hanya di ruang kelas namun juga di luar kelas, serta internal proses belajar bukan hanya di kepala namun juga di tangan dan di hati. Otto mengakui pasti setiap institusi menghadapi masalah yang lebih besar dibandingkan masalah yang dihadapi sendiri. Maka pertanyaan yang muncul adalah bagaimana membuka diri supaya lebih efektif berkreasi dan bersama-sama bergotong royong menciptakan inovasi-inovasi baru. Menurut Otto, diperlukan sebuah proses untuk membantu pihak-pihak yang berseberangan sehingga tidak hanya melihat perspektif sendiri namun melihat keseluruhan sistem. “Dari egosistem yang berpusat pada diri sendiri, berubah menjadi ekosistem,” ungkap Otto.

Otto juga mengingatkan agar jangan berlama-lama menganalisa suatu gagasan karena hal tersebut hanya akan membunuh gagasan tersebut. Justru harus segera dilakukan walaupun dalam skala kecil, tetapi lakukanlah secara terus menerus hingga mendapatkan umpan balik. Hal tersebut akan berhasil jika pemimpin mau mengenal internal organisasi yang dipimpinnya.

Kapasitas kepemimpinan internal harus menggaungkan 3 hal yakni pikiran yang terbuka, hati yang terbuka, dan keinginan yang terbuka. Pikiran terbuka artinya memahami sudut pandang yang berbeda, sedangkan hati yang terbuka yaitu hati yang merasakan realita, kemudian keinginan yang terbuka adalah tekad dan kemampuan melepaskan hal-hal yang sudah tidak esensial.

“Mungkin kelihatannya mudah, tetapi sulit saat dipraktekkan karena sebenarnya manusia memiliki musuh dalam diri yakni suara-suara yang penuh penghakiman, pesimis, dan rasa takut,” lanjut Otto. Namun, Otto juga menjelaskan bahwa jika sudah ada kesadaran dalam diri mengenai suara-suara tersebut maka akan mempermudah penyelesaian suara tersebut dan membuat diri terus berproses.



Hak cipta © 2024 Lembaga Ketahanan Nasional RI. Semua Hak Dilindungi.
Jl. Medan Merdeka Selatan No. 10 Jakarta 10110
Telp. (021) 3451926 Fax. (021) 3847749