Lemhannas RI bersama Kemendikbud dan FGK Selenggarakan Seminar Nasional Kebangsaan

Lemhannas RI bekerja sama dengan Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan dan Forum Gelora Kebangsaan menggelar Seminar Nasional yang bertajuk Seminar Nasional Kebangsaan “Kebudayaan Indonesia dalam Dimensi Kekinian dan Perspektif Masa Depan”, yang dilaksanakan di Ballroom 1 Hotel JS Luwansa, Jakarta pada Rabu dan Kamis (3-4/7).

 

Dirjen Kebudayaan, Dr. Hilmar Farid selaku Ketua Panitia menyampaikan bahwa seminar ini digagas sebagai reaksi atau respon terkait perkembangan terakhir di Indonesia. “Kita melalui berbagai gejolak baik yang sifatnya sosial, ekonomi, dan politik. Ada keinginan yang kuat dari berbagai unsur masyarakat yang tergabung didalam Forum Gelora Kebangsaan untuk membicarakan ini,” tambah Hilmar. Hilmar juga menyampaikan bahwa, setelah seminar ini akan ada tindak lanjut dengan menyampaikan hasilnya kepada berbagai pihak juga masyarakat luas. Diharapkan hasilnya bisa bermuara untuk memperkuat kembali gerakan kebangsaan kita.

 

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Dr. Muhadjir Effendy, M.A.P pada kesempatan yang sama menyampaikan, forum kebudayaan ini, dirancang sebagai upaya agar semangat api kebudayaan masyarakat tetap terjaga. “Sekarang adalah saatnya untuk membuat aksi-aksi nyata, yang kita butuhkan adalah semangat untuk membangun jiwa gotong royong,” ujar Muhadjir. Muhadjir juga menyampaikan Visi Kemajuan Kebudayaan 2040 yaitu, Indonesia bahagia berlandaskan keanekaragaman budaya yang mencerdaskan, mencerahkan, mendamaikan, dan memajukan. “Saya juga berharap melalui forum ini akan terwujud simpul-simpul kerja bersama yang bisa menggulirkan roda besar kebudayaan, Ia juga berharap forum ini dapat memperluas jangkauan kerja-kerja kemajuan kebudayaan dengan melibatkan berbagai unsur masyarakat sipil dan lintas instansi pemerintah” tambah Muhadjir.

 

Gubernur Lemhannas RI, Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo menjadi salah satu pembicara dalam acara seminar tersebut. Dalam paparannya yang berjudul “Kebudayaan Indonesia dalam Dimensi Kekinian dan Perspektif Masa Depan Ideologi dan Peradaban”, Agus berharap kita tidak hanya mengartikan kebudayaan dengan kesenian, tetapi harus mempunyai nilai tambah dan konkrit dalam rangka pembangunan membentuk peradaban baru Indonesia. “Kita harus merubah peradaban kebiasaan kita sekarang agar kita bisa menjangkau dan turut berbicara di dalam masa depan yang cepat dengan perubahan,” tambah Agus. Agus juga menyampaikan bahwa DNA bangsa Indonesia adalah keterbukaan, bukan menutup diri atau rasa rendah diri dan DNA Bhineka Tunggal Ika adalah kemajemukan. “Bangsa Indonesia dibentuk atas mayoritas minoritas, tidak ada yang mengatakan bahwa saya paling benar dan kamu paling salah, karena DNA nya adalah kemajemukan” tambah Agus.

 

Dalam diskusi sesi pertama yang bertemakan “Kebudayaan Kini dan Masa Depan Praktik dan Refleksi Kebudayaan dalam Dunia yang Berubah Cepat”, selain Agus Widjojo, hadir juga tiga narasumber lainnya yaitu Bambang Soesatyo, Sidarto Danusubroto, dan Triawan Munaf.

 

Sementara itu, pada sesi dua pada hari pertama dilanjutkan dengan talk show bersama Dr. Hilmar Farid, Dr. Karlina Supeli, Yuniyanti Chuzaifah, Prof. Dr. Mudji Sutrisno, dan Prof. Dr. Rhenald Kasali.

 

Sedangkan sesi pertama pada hari kedua bertemakan “Pembangunan Karakter SDM sebagai Siasat Membangun Peradaban”, yang dimulai dengan talk show dari beberapa narasumber antara lain, Nadiem Makarim, Nanida Jenahara Nasution, Savic Ali, Monica Irayati Irsan, dan Silvia Halim. Dan dilanjutkan sesi kedua dengan pemaparan refleksi dari budayawan Mohammad Sobary. Sesi terakhir pada hari kedua ditutup dengan laporan penyelenggaraan seminar dari Ketua Panitia Dr. Hilmar Farid.

 

Pada sesi kedua di hari kedua Dr. Hilmar Farid menyampaikan laporan kegiatan dan rekomendasi yang dihasilkan dari proses diskusi. Hilmar mengatakan bahwa sudah menjadi tugas kita bersama untuk merawat keragaman budaya dengan memajukan kebudayaan untuk mencapai peradaban Indonesia yang maju sesuai dengan perkembangan zaman. “Kita menegaskan bersama jalan pembangunan Indonesia kedepan adalah jalan kebudayaan” tambah Hilmar. Hilmar juga menjelaskan, Ada tiga pokok yang perlu ditegaskan, pertama Bangsa Indonesia perlu mempertahankan kepribadian (karakter dan mental) dan jati diri kita sebagai bangsa dalam menghadapi perubahan-perubahan sosial dan juga menghadapi transformasi budaya di era digital. Kedua, Bangsa Indonesia perlu membangun kebudayaan nasional Indonesia yang mendorong terbentuknya masyarakat yang rasional, kritis, terbuka, dan kompetitif dalam pergaulan lintas budaya ditengah arus globalisasi yang membawa perubahan gaya hidup, pola konsumsi, dan pengaruh budaya masa. Ketiga, bangsa Indonesia perlu terus menumbuhkan semangat persatuan Indonesia dan kesatuan bangsa dengan memberikan perhatian ekstra serius disertai usaha-usaha yang efektif ditengah lalu lintas silang budaya yang semakin deras.

 

Setelah laporan Ketua Panitia berakhir, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof. Dr. Muhadjir Effendy, M.A.P menutup Seminar Nasional Kebangsaan.



Hak cipta © 2024 Lembaga Ketahanan Nasional RI. Semua Hak Dilindungi.
Jl. Medan Merdeka Selatan No. 10 Jakarta 10110
Telp. (021) 3451926 Fax. (021) 3847749