Konflik Rusia-Ukraina Masih Bersifat Proksi, Dikhawatirkan Bereskalasi Menjadi Perang Terbuka

Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhannas RI) Andi Widjadjanto menjadi narasumber pada Webinar Asosiasi Pengguna Jasa Sekuriti Indonesia (Apjasi). Mengangkat tema “Mengantisipasi Dampak Global dan Potensi Risiko Terhadap Perang Rusia-Ukraina bagi Sektor Bisnis Perusahaan”, webinar tersebut diselenggarakan secara virtual pada Rabu, 20 April 2022.

Pada kesempatan tersebut, Gubernur Lemhannas RI menyampaikan tiga dampak dan risiko ekonomi akibat konflik proksi tersebut. Pertama, instabilitas perdagangan energi. Adanya instabilitas perdagangan energi mengakibatkan fluktuasi di komunitas energi. “Kenaikan harga sudah mulai terjadi ketika Amerika Serikat dalam bulan Januari sampai awal Februari terus menerus mengeluarkan peringatan antara potensi inflasi Rusia dan Ukraina,” ujar Gubernur Lemhannas RI.

Kedua, ancaman ketahanan pangan. Hal tersebut terkait dengan belum berhasilnya Indonesia melakukan stabilitas harga yang terkait dengan pergerakan harga pangan di perdagangan. Menurut Gubernur Lemhannas RI, fluktuasinya luar biasa, relatif ada perimbangan selama 5 tahun antara 2015-2022 yaitu saat permintaan dan pasokan terkendali. Namun, setelah periode tersebut ada terjadi peningkatan fluktuasi harga yang terjadi karena pandemi Covid-19.

“Rusia dan Ukraina memang pemain utama dalam pasar pangan global terutama dari minyak bunga matahari dan gandum. Beberapa wilayah ketergantungannya sangat tinggi,” ujar Gubernur Lemhannas RI. Jika dilihat dari ketergantungan komunitas pangannya, Indonesia terganggu karena tergantung pada Ukraina untuk gandum sehingga harus mencari alternatif atau untuk sementara melakukan perubahan pola.

Ketiga, gangguan jalur logistik global. Hal tersebut membuat inflasi kemungkinan akan bertambah karena terganggu dari sisi transportasi. Gangguan industri transportasi juga diperparah dengan adanya pandemi Covid-19.

“Saat ini konfliknya masih bersifat proksi, kita khawatir nanti kondisi ideal pertempuran itu akan ada di musim panas. Konflik proksinya bereskalasi menjadi perang terbuka,” kata Gubernur Lemhannas RI. Menurut Gubernur Lemhannas RI, jika Rusia semakin terdesak maka irasionalitasnya akan muncul dan berkemungkinan mengeskalasi konflik menjadi skenario perang nuklir.

Dengan konflik proksi saja sudah dapat terlihat pengaruhnya, terutama pada peningkatan harga komoditas energi, pada peningkatan harga komoditas pangan, dan pada penambahan biaya logistik. “Pengaruh terbesarnya adalah mungkin kita mengalami inflasi global tertinggi dalam 20 tahun terakhir,” pungkas Gubernur Lemhannas RI.

Jika nantinya terjadi inflasi global tertinggi, maka secara fiskal tekanan-tekanan anggaran pemerintah di semua negara akan meningkat. Secara moneter akan ada tantangan untuk stabilitas tukar mata uang. Hal tersebut nantinya akan menantang peran US Dolar sebagai pilar untuk melakukan stabilitas moneter di dunia. (NA/CHP)



Hak cipta © 2024 Lembaga Ketahanan Nasional RI. Semua Hak Dilindungi.
Jl. Medan Merdeka Selatan No. 10 Jakarta 10110
Telp. (021) 3451926 Fax. (021) 3847749