PPSA 23 Lemhannas RI Gelar Seminar Nasional “Roadmap Sistem Pendidikan Alternatif dalam Pusaran Pandemi dan Perkembangan Teknologi Untuk Menyambut Indonesia Emas 2045”

Peserta Program Pendidikan Singkat Angkatan (PPSA) 23 Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia menyelenggarakan Seminar Nasional pada Rabu, 6 Oktober 2021. Seminar tersebut mengangkat tema “Roadmap Sistem Pendidikan Alternatif dalam Pusaran Pandemi dan Perkembangan Teknologi Untuk Menyambut Indonesia Emas 2045”. Hadir dalam seminar tersebut tiga narasumber, yakni Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Moderasi Beragama Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemenko PMK RI) Prof. Dr. R. Agus Sartono, M.B.A., Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia (Kemendikbud Ristek RI) Anindito Aditomo S. Psi., M.Phil., Ph.D., Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Periode 2009-2014 Prof. Dr. Ir. K.H. Mohammad Nuh, D.E.A., dan Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia untuk Prancis, Andorra, Monako, serta Delegasi Tetap Republik Indonesia untuk UNESCO Arrmanatha Christiawan Nasir, dan Komunitas Merah Putih Cecilia Sumarlin.

Ketua Seminar Nasional Brigjen TNI Mohammad Fadjar, MPICT dalam laporannya menyampaikan bahwa sebelum dilaksanakannya seminar tersebut, peserta PPSA 23 telah melaksanakan dua kali FGD pada 2 September 2021 dengan judul Perubahan Sistem Pendidikan di Era Perkembangan Teknologi Digital dan FGD kedua pada 14 September 2021 yang berjudul alternatif arah kebijakan sistem pendidikan dalam menghasilkan SDM Unggul pada masa Indonesia Emas 2045. “Harapan kami pada pelaksanaan seminar hari ini kita akan dapat memperoleh banyak masukan dan solusi yang akan menjembatani celah dari roadmap sistem pendidikan yang telah ada,” kata Fadjar.

Pada kesempatan tersebut, Fadjar juga menyampaikan tiga tujuan dari seminar tersebut. Pertama, didapatnya hasil seminar yang optimal sehingga dapat dijadikan bahan masukan kepada pemerintah dan pimpinan untuk mengambil keputusan lebih lanjut. Kedua, terhimpunnya data dan informasi serta perkembangan yang berkaitan dengan sistem pendidikan nasional. Ketiga, terwujudnya masukan yang kontributif dalam upaya mencari roadmap alternatif pada sistem pendidikan akibat pengaruh dari pusaran pandemi dan perkembangan teknologi untuk menyambut Indonesia Emas 2045.

Gubernur Lemhannas RI Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo menyampaikan bahwa seminar tersebut menjadi salah satu indikator dari kemampuan para peserta PPSA 23 dalam menyerap dan memahami berbagai materi selama mengikuti pendidikan di Lemhannas RI. Agus Widjojo berpendapat bahwa melalui seminar tersebut, para peserta dapat menuangkan ilmu pengetahuannya untuk menyusun hasil seminar yang strategis dengan menggunakan kemampuan berpikir secara komprehensif, integral, holistik, dan sistemik.

Pada kesempatan tersebut, Agus Widjojo juga menyampaikan perkembangan teknologi dan informasi yang semakin pesat di era globalisasi tidak bisa dihindari lagi dampak positif dan negatifnya terhadap dunia pendidikan. Beberapa dampak positif dari perkembangan teknologi terhadap dunia pendidikan, antara lain adalah memudahkan dalam mencari informasi yang sedang dibutuhkan, informasi yang dibutuhkan semakin cepat dan mudah di akses untuk kepentingan pendidikan, serta inovasi dalam pembelajaran semakin berkembang dengan adanya inovasi e-learning yang semakin memudahkan proses pendidikan serta dapat membuat kelas virtual.

Di sisi lain, dampak negatifnya adalah banyaknya informasi yang menarik bagi siswa di internet membuat siswa terkadang tidak fokus ketika pembelajaran sedang berlangsung, mempermudah terjadinya pelanggaran terhadap Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) karena semakin mudahnya mengakses data dapat menyebabkan munculnya penjiplakkan atau plagiarisme untuk melakukan suatu kecurangan, dan banyaknya informasi menarik seperti game online membuat peserta didik menjadi malas belajar. “Peserta didik lebih suka menjelajahi dunia mayanya dengan berbagai informasi menarik yang disajikan,” ujar Agus Widjojo.

“Sangat pentingnya pendidikan karakter yang menjadi prasyarat menghasilkan SDM yang unggul khususnya menghadapi Indonesia Emas 2045,” kata Agus Widjojo. Saat ini sudah terdapat dasar hukum penanaman pendidikan karakter, sebagaimana tercantum dalam Peraturan Presiden Nomor 87 Tahun 2017 tentang Penguatan Pendidikan Karakter. Namun, implementasinya dalam kurikulum pendidikan pada semua jenjang pendidikan masih belum dapat diimplementasikan sebagaimana mestinya. Hal tersebut dapat tercermin dalam kurikulum nasional pada semua jenjang pendidikan, sehingga hal ini ditengarai berpengaruh pada kualitas para lulusan tersebut dan juga integritas para lulusan di semua jenjang pendidikan.

“Kelemahan kita itu adalah untuk mentransformasikan, menerjemahkan  gagasan-gagasan dan ide-ide yang ada di dalam benak kita yang biasanya sempurna,” kata Agus Widjojo mengingatkan bahwa seringkali terjadi kelemahan dalam mentransformasikan dan menerjemahkan gagasan dan ide dengan sebuah tindak lanjut.

Kemudian Agus Widjojo menyampaikan bahwa dalam mewujudkan Indonesia Emas pada tahun 2045, sesuai visi dan misi presiden dalam mewujudkan SDM yang unggul, diperlukan beberapa prasyarat yang harus dipenuhi dan mampu untuk memprediksi kondisi yang terjadi pada tahun 2045. “Sistem pendidikan nasional saat ini masih berorientasi kepada peningkatan kapasitas knowledge peserta didik, padahal seharusnya lebih mengarah kepada pembentukan karakter peserta didik,” kata Agus Widjojo.

Kondisi saat ini dimana pada era disrupsi yang antara lain karena adanya pengaruh perubahan iklim, perkembangan digital, dan pandemi Covid-19 juga mempengaruhi ketahanan sistem pendidikan nasional pada semua jenjang pendidikan. Pada era kondisi disrupsi saat ini, sangat mempengaruhi orang tua, guru, peserta didik, serta penyelenggara pendidikan dalam pelaksanaan kegiatan pendidikan. Harus dilakukan upaya-upaya yang tidak biasa dalam mengantisipasi perubahan yang luar biasa cepat akibat adanya disrupsi,” tutur Agus Widjojo. Menurut Agus Widjojo, kurang siapnya orang tua, tenaga pendidik, pola pengajaran yang belum berubah, kesiapan infrastruktur pendidikan, dan belum siapnya masyarakat menghadapi pandemi, juga sangat mempengaruhi pelaksanaan pendidikan di era disrupsi ini.

“Diperlukan upaya-upaya antisipasi sebagai bentuk adaptif yang cepat dan inovasi dalam penyelenggaraan pelaksanaan pendidikan pada semua jenjang pendidikan baik pada tingkat pendidikan sekolah dasar, pendidikan menengah dan pada jenjang perguruan tinggi dalam membentuk SDM unggul yang berkarakter kebangsaan yang kuat dalam menyambut indonesia emas 2045,” tegas Agus Widjojo.

“Kualitas manusia Indonesia yang unggul tentu dapat dicapai melalui layanan pendidikan yang merata dan bermutu, sehingga memiliki kompetensi yang tinggi dan mampu bersaing dengan SDM yang lain,” Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Pendidikan dan Moderasi Beragama Kemenko PMK RI Prof. Dr. R. Agus Sartono, M.B.A. Namun, proses pembentukan SDM, yang salah satunya dibentuk melalui pendidikan, adalah proses yang akan terus berlangsung dari waktu ke waktu.

“Diperkirakan dari lima pekerjaan yang ada (saat ini), hanya satu yang akan bertahan di masa yang akan datang,” kata Agus Sartono. Hal tersebut disebabkan adanya penyusutan pekerjaan yang semakin besar jumlahnya. Namun, bidang pekerjaan pada beberapa sektor yang diperkirakan menurun kebutuhannya, dapat memiliki kesempatan bertahan melalui peningkatan keterampilan. Oleh karena itu, pemerintah sedang menata pendidikan dan pelatihan vokasi guna meningkatkan keterampilan SDM Indonesia. “Kita ingin at the same time menciptakan entrepreneur-entrepreneur baru supaya tidak semua menjadi pencari kerja,” kata Agus Sartono.

Pada kesempatan tersebut, Agus Sartono juga memaparkan mengenai keahlian yang paling dibutuhkan di masa mendatang. Pertama, kemampuan kognitif yang lebih tinggi, yakni kemampuan literasi dan menulis tingkat tinggi, berpikir kritis, dan analisis kuantitatif dan keterampilan statistik. Kedua, kemampuan sosial emosional, yakni kemampuan berkomunikasi, berempati, dan beradaptasi, serta kemampuan untuk melakukan pembelajaran yang berkelanjutan. Ketiga, kemampuan pengusaan teknologi, yakni kemampuan menganalisa data dan rekayasa teknologi.

“Kita memimpikan bahwa di era Indonesia Emas pada saat 2045 nanti, Indonesia akan menjadi negara yang makmur, tetapi ada tantangan yang harus kita antisipasi,” kata Agus Sartono. Tantangan-tantangan tersebut dapat diatasi salah satunya melalui peningkatan keterampilan. Agus Sartono juga mengingatkan bahwa pekerjaan yang membutuhkan tenaga fisik secara manual akan tergantikan dengan mesin. Oleh karena itu, penting untuk menguasai penggunaan teknologi informasi.

Menutup paparannya, Agus Sartono menegaskan bahwa pendidikan pada dasarnya bertujuan membentuk karakter dan membangun keadaban. Oleh sebab itu, jika bicara tentang sistem pendidikan alternatif, setiap rumah tangga harus dijadikan sebagai induk dari semua sekolah. “Marilah kita jadikan rumah tangga sebagai induk dari semua sekolah, supaya tujuan membangun karakter dan keadaban guna menghadapi masa depan yang sangat volatile bisa berjalan dengan baik,” kata Agus Sartono.



Hak cipta © 2024 Lembaga Ketahanan Nasional RI. Semua Hak Dilindungi.
Jl. Medan Merdeka Selatan No. 10 Jakarta 10110
Telp. (021) 3451926 Fax. (021) 3847749