Bincang Buku Tentara Kok Mikir? Inspirasi Out of The Box Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo

Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhannas RI) Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo menjadi salah satu pembicara dalam Bincang Buku Tentara Kok Mikir? Inspirasi Out of The Box Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo secara virtual pada Sabtu (25/9). Turut menjadi pembicara dalam acara tersebut penulis buku Bernada Rurit dan jurnalis Agustinus Tetiro.

Pada kesempatan tersebut, penulis buku Tentara Kok Mikir? Inspirasi Out of The Box Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo, Bernada Rurit, menyampaikan bahwa Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo merupakan orang Indonesia dan tokoh militer pertama yang Rurit tuliskan bukunya. Latar belakang tersebut muncul karena Rurit ingin menulis buku tentang seseorang yang dikenalnya dengan baik dan sejalan dengan hal tersebut Rurit sudah mengenal Agus dengan baik. “Saya ingin orang yang saya tulis, saya kenal dengan sangat baik. Maka ketika di dalam buku itu banyak dimensi yang saya tulis, itu juga karena perkenalan saya dengan Pak Agus dalam rentang waktu yang lama,” kata Rurit.

Selanjutnya Rurit juga menyampaikan bahwa jarang melihat tentara yang suka membaca, berpikir kritis, dan sangat moderat seperti Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo. Rurit juga menyampaikan bahwa proses panjang meyakinkan Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo agar mau dibuatkan buku bahkan dalam penentuan judul melalui proses yang cukup panjang sampai akhirnya terpilih judul Tentara Kok Mikir? Inspirasi Out of The Box Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo.

Judul tersebut merupakan judul yang dicetuskan oleh Agus Widjojo sendiri. Hal tersebut dilatarbelakangi pengalaman Agus yang dianggap terlalu banyak berpikir. Agus juga menegaskan bahwa judul tersebut tidak ditujukan kepada rekan-rekan tentara lainnya. Lebih lanjut Agus mengatakan bahwa buku tersebut memiliki narasumber otentik dalam narasi pengangkatan jenazah pahlawan revolusi yang ada di Lubang Buaya. Dalam buku tersebut dituangkan menit demi menit karena bersumber dari narasumber yang otentik. Agus juga menilai Rurit sangat piawai mengombinasikan ide sehingga menjadikan buku tersebut menarik untuk dibaca dan tidak membosankan.

“Jangan jadikan saya satu-satunya narasumber,” kata Agus mengenang pesannya kepada Rurit saat masa penulisan buku. Agus berpesan kepada Rurit untuk mencari narasumber lain, bahkan narasumber yang memiliki sudut pandang berlawanan dengan Agus. Hal tersebut merupakan upaya agar pembaca bisa berpikir dan memutuskan sendiri sudut pandang yang dipilih.

Selain itu, adanya berbagai sudut pandang karena Agus ingin menyampaikan jika dalam buku tertulis pemikiran dan gagasan, bukanlah untuk menunjukan pemikiran dan gagasan tersebut adalah yang paling benar dan berasal dari Agus. Namun, pemikiran dan gagasan tersebut merupakan cara Agus memberikan alternatif kepada publik dan Agus selalu terbuka untuk bisa disandingkan dengan alternatif lain. Agus juga menyampaikan bahwa atas semua pemikiran dan gagasannya untuk Indonesia, Agus selalu mempunyai argumentasi rasional yang berdasarkan kepada konstitusi. “Saya dengan semua gagasan-gagasan saya, itu adalah untuk menawarkan alternatif kepada publik,” ujar Agus.

Pembicara ketiga, yakni Jurnalis Agustinus Tetiro menyampaikan bahwa awal membaca buku tersebut karena merasa judulnya yang benar-benar menarik. Gusti berpendapat bahwa berpikir sebagai aktivitas yang penuh disiplin dan seni bisa terlihat dari buku tersebut. “Berpikir untuk seorang tentara seperti Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo adalah suatu pilihan dan ziarah hidup yang menantang,” kata Gusti.

Lebih lanjut, Gusti menyampaikan bahwa isi buku tersebut sering kali menyibak ketersingkapan fakta yang kemudian melahirkan kekaguman dan yang paling utama adalah mengoptimalkan modal dasar manusia, yaitu akal budi. “Hidup sang jenderal adalah rangkaian dari proses berpikir dalam arti yang paling luas,” ujar Gusti. Menurut Gusti, dalam buku tersebut terlihat kontemplatif, argumentatif, kreatif, transformatif dan aplikatif ide-ide Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo yang bisa diaplikasikan dalam konteks Indonesia dengan dasar konstitusi.

Gusti juga menyampaikan bahwa buku tersebut menyajikan kisah hidup Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo dan menyajikan kesaksian banyak orang tentang Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo. “Kebanyaknya kesaksian dan testimoni dalam buku ini bisa dirangkum dalam dua hal, yang pertama jenderal adalah orang yang berpikir secara sangat disiplin dan berintegritas, dan yang kedua sang jenderal mempunyai selera humor yang tinggi,” tutur Gusti.

“Buku ini menurut saya layak dibaca secara luas, gayanya yang naratif dan isinya yang inspiratif bisa menjadi teman untuk mengisi waktu kita untuk melihat sisi lain dan menjelajah kisah hidup salah seorang jenderal yang paling suka berpikir secara disiplin, seni, dan serentak humanis,” tegas Gusti.



Hak cipta © 2024 Lembaga Ketahanan Nasional RI. Semua Hak Dilindungi.
Jl. Medan Merdeka Selatan No. 10 Jakarta 10110
Telp. (021) 3451926 Fax. (021) 3847749