Gubernur Lemhannas RI Menjadi Narasumber dalam Webinar Nasional “Mewujudkan Indonesia Emas 2045”

Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhannas RI) Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo menjadi salah satu narasumber dalam Webinar Nasional “Mewujudkan Indonesia Emas 2045” yang diselenggarakan oleh Program Studi Hukum Program Doktor (PSHPD) Universitas 17 Agustus 1945, Kamis (8/4).

Pada kesempatan tersebut, Agus menyampaikan bahwa Lemhannas RI sendiri sudah pernah meluncurkan sebuah buku berjudul “Indonesia Menoedjoe 2045” yang berisikan rekomendasi, usulan, dan solusi yang dapat dikategorikan sebagai loncatan dan terobosan dalam mempersiapkan manusia Indonesia unggul yang setara dengan bangsa-bangsa termaju di dunia. Buku tersebut ditulis dengan asumsi mayoritas negara dan bangsa akan lebih maju di tahun 2045 dibanding sekarang, tapi Indonesia harus sanggup mencapai kemajuan luar biasa untuk berdiri di jajaran depan.

Lebih lanjut Agus menjelaskan bahwa tahun Indonesia Emas 2045 mencakup tantangan bonus demografi. Namun, sebelum memasuki tahun 2045 kini Indonesia dan mayoritas negara di dunia dihadapkan dengan pandemi Covid-19. “Pandemi tidak bisa kita pandang hanyalah sebuah keadaan sambil lalu, tapi meninggalkan implikasi yang bisa berjangka panjang untuk dipulihkan,” kata Agus.

Laporan dari Bank Dunia dan World Economic Forum, setelah pandemi Covid-19 tingkat kelaparan, malnutrisi, dan stunting semakin meningkat pada anak-anak usia PAUD dan usia SD. Dalam laporan tersebut juga menyebutkan bahwa lebih dari sepertiga rumah tangga di Indonesia makan lebih sedikit dibanding dengan masa sebelum pandemi Covid-19 dan seperempatnya menyatakan mereka kehabisan makanan. Kemudian dalam laporan tersebut juga dinyatakan banyak penduduk yang kembali masuk dalam jurang kemiskinan dengan adanya pandemi Covid-19. Sedangkan keadaan kesenjangan telah terjadi antara negara kaya, negara berkembang, dan negara miskin; antara keluarga mampu dan keluarga tidak mampu; dan antara tersedia dan tidak tersedianya konektivitas internet di wilayah-wilayah di masing-masing negara.

Dampak terhadap dunia pendidikan adalah sekolah harus melaksanakan pembelajaran jarak jauh. Dalam mengatasi hal tersebut, teknologi menjadi salah satu alat penting untuk mendukung pembelajaran jarak jauh. Namun, dalam mewujudkan pembelajaran jarak jauh juga diperlukan dukungan prasyarat seperti listrik, internet, alat komunikasi, isi materi yang disesuaikan dengan pembelajaran jarak jauh, dan kemampuan guru yang terbiasa mengajar tatap muka menjadi jarak jauh. “Oleh karena itu, kita perlu untuk membekali pengalaman bagi para guru dan kemampuan untuk mengajar jarak jauh,” ujar Agus.

Kemudian Agus menyampaikan keadaan Indonesia berdasarkan Human Development Report 2020 yang dilakukan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menunjukkan bahwa Human Development Indeks (HDI) Indonesia berada di angka 0.718 sedangkan rata-rata dunia berada di angka 0.737. Data tersebut juga menunjukkan bahwa Indonesia menduduki posisi 107 dari 189 negara dan Indonesia berada di bawah Singapura, Brunei Darussalam, Malaysia, dan Thailand. Laporan tersebut juga menyebutkan Usia Harapan Hidup Indonesia yang berada di angka 71.7 tahun, masih di bawah rata-rata dunia yang berada di angka 72.8 tahun dan membuat Indonesia berada di posisi 119 dari 189 negara.

Dalam aspek kesehatan, ketersediaan dokter per 1000 penduduk Indonesia hanya berada di rata-rata angka 0,4 sedangkan rata-rata dunia 1,6. Sehingga Indonesia berada di posisi 154 dari 200 negara. Pada data tingkat kematian bayi, data yang mengukur kematian bayi sebelum umur satu tahun yang terjadi pada kelahiran per 1000 bayi, Indonesia memiliki data rata-rata sebesar 21,1 dan data rata-rata dunia sebesar 28.4 yang membuat Indonesia berada pada posisi 115 dari 189 negara.

Masih dari laporan yang sama, Gross National Income (GNI) per kapita Indonesia dinyatakan pada angka USD 11,459 dan masih di bawah rata-rata dunia pada USD 16,734 dan menempatkan Indonesia di posisi 103 dari 189 negara. Sejalan dengan hal tersebut, nilai Programme for Internasional Student Assessment (PISA) siswa Indonesia berada di angka 382, di bawah Singapura, Malaysia, Brunei Darussalam, dan Thailand. PISA adalah penelitian dari Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD) yang dilakukan di 78 negara pada siswa berumur sekitar 15 tahun pada kemampuan membaca, matematika, sains, dan domain inovatif serta kesejahteraan siswa. Domain inovatif pada tahun 2018 adalah kompetensi global, sedangkan domain inovatif pada tahun 2022 adalah berpikir kreatif.

Dari hal tersebut, Agus kemudian menyampaikan 4 pilar utama yang menjadi kerangka pembangunan menuju 2045. Pilar pertama, menggenjot secara serius pembangunan SDM yang mengarah pada penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi. “Selain itu, harus ada peningkatan peran kebudayaan dalam pembangunan, derajat kesehatan dan kualitas hidup rakyat terus meningkat, serta reformasi ketenagakerjaan,” kata Agus. Kemudian pilar kedua, yakni pembangunan ekonomi berkelanjutan menekankan peningkatan investasi dan perdagangan luar negeri. Menurut agus, harus ada percepatan di dunia industri dan pariwisata, pembangunan ekonomi maritim, dan pemantapan keahanan pangan dan peningkatan kesejahteraan petani, pemantapan ketahanan energi dan air, serta komitmen terhadap lingkungan hidup.

Selanjutnya pilar ketiga, tingkat kemiskinan harus ditekan dengan usaha dan pendapatan secara merata. Pembangunan infrastruktur yang terintegrasi dan merata juga tidak boleh kendor. Terakhir pilar keempat, memantapkan ketahanan nasional dan tata kelola kepemerintahan berlandaskan demokrasi substantif. Agus menegaskan harus adanya reformasi kelembagaan dan birokrasi, penguatan sistem hukum nasional dan antikorupsi, politik luar negeri bebas aktif, serta penguatan ketahanan dan keamanan adalah keharusan.



Hak cipta © 2024 Lembaga Ketahanan Nasional RI. Semua Hak Dilindungi.
Jl. Medan Merdeka Selatan No. 10 Jakarta 10110
Telp. (021) 3451926 Fax. (021) 3847749