RTD Lemhannas RI Bahas Penguatan Sektor Riil

Direktorat Pengkajian Bidang Ekonomi dan Sumber Kekayaan Alam (Ditjian Ekonomi dan SKA) Kedeputian Pengkajian Strategik (Debidjianstrat) Lemhannas RI mengadakan kegiatan Round Table Discussion (RTD) kajian jangka pendek “Penguatan Perekonomian (Sektor Riil) dalam rangka Menghadapi Dinamika Geoekonomi Global”, Rabu (26/6), di Ruang Krisna, Gedung Astagatra Lantai 4. Kegiatan RTD ini merupakan kegiatan lanjutan FGD atas tema yang sama, untuk memperdalam dan memfinalisasi kertas naskah pengkajian yang dilakukan Ditjian Ekonomi dan SKA. Sejumlah narasumber yang hadir pada kegiatan ini yaitu Menteri Koordinator Bidang Perekonomian RI Dr. Darmin Nasution, S.E., Ph.D., Direktur Jenderal Kerjasama ASEAN Kementerian Luar Negeri RI Jose Tavares, Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan Kementerian Perdagangan RI Dr. Ir. Kasan, M.M., dan Dosen Fakultas Ilmu Komputer Universitas Indonesia Dr. Sofian Lusa S.E., M.Kom.

“Pemerintahan ini memulai dengan fokus besar infrastruktur”, ujar Darmin Nasution. Karena pembangunan infrastruktur Indonesia masih tertinggal dibanding negara-negara lain di dunia. Padahal infrastruktur adalah salah satu faktor yang mengangkat kapasitas berproduksi. Di sisi lain infrastruktur yang dibangun harus diseimbangi dengan kualitas SDM yang mumpuni. Membangun SDM yang mumpuni salah satunya adalah melalui pendidikan dan pelatihan vokasi serta kerja sama antara pemerintah dan industri yaitu penyediaan kesempatan magang sehingga tercetak SDM yang terampil. Tidak hanya itu tetapi diperlukan juga kombinasi beberapa kebijakan untuk mendukung kegiatan ekonomi agar berkembang dengan baik. Kebijakan tersebut adalah dengan membuat sistem perizinan digital yaitu sistem online single submission dimana para pelaku usaha dalam mengurus perizininan bisa melalui sistem digital dan tidak memakan waktu yang lama.

Sementara itu, Jose Tavares menjelaskan kendala ekspor saat ini adalah komposisi ekspor masih didominasi komoditas baku bahkan angkanya mencapai lebih dari 50%. Selain hal tersebut lambatnya diversifikasi produk yang bernilai tambah dan lemahnya daya saing Indonesia juga menjadi kendala yang dihadapi saat ini. Hal tersebut bisa dilihat dari Indonesia yang sebenarnya mempunyai kemampuan ekspor bahan baku namun belum berinovasi. Untuk menyelesaikan kendala-kendala tersebut, salah satu hal yang dapat dilakukan adalah diplomasi ekonomi. Langkah-langkah dalam meningkatkan diplomasi ekonomi adalah dengan melebarkan sayap ke berbagai negara di dunia melalui kantor-kantor perwakilan di negara lain, melanjutkan perjanjian-perjanjian yang sudah ada, dan mengatasi sengketa dagang. 

Meluruskan pernyataan Jose mengenai ekspor komoditas baku mencapai angka 50%, Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan Kementerian Perdagangan RI Dr. Ir. Kasan, M.M. menjelaskan bahwa angka tersebut muncul karena ada klasifikasi produk, karena berdasarkan pada data BPS angka industri pengolahan sudah mencapai 75%. Selanjutnya Kasan menjelaskan bahwa kondisi saat ini terjadi penurunan perekonomian global dan perdagangan global, yang berdampak pada kinerja ekspor dan impor Indonesia. Hal tersebut terjadi sebagai akibat dari tantangan yang dihadapi yaitu isu proteksionisme yang dipicu oleh adanya kebijakan Amerika Serikat yang terus bereskalasi hingga sekarang dan lebih dari sekedar perang tarif.

Sofian Lusa S.E. sebagai narasumber terakhir mengungkapkan, “Kita perlu untuk memahami bersama bahwa yang menjadi motor penggerak dari detail ekonomi di Indonesia atau di dunia ini sebenarnya adalah adanya fenomena mengenai revolusi industri”. Lebih lanjut Sofian menjelaskan perubahan dari revolusi industri pertama yaitu teknologi berdampak pada GDP dan pertumbuhan populasi memakan waktu satu abad lebih. Kemudian revolusi industri kedua memakan waktu dibawah satu abad yaitu sekitar 80 tahun dan revolusi industri ketiga memakan waktu sekitar 50 tahun. Kini  revolusi industri keempat sudah memasuki satuan waktu dekade. Hal tersebut menjadi distruktor terhadap bisnis model disemua industri. Teknologi yang didasari oleh industri 4.0 kata kuncinya adalah memberi kesempatan yang sama, yaitu berarti setiap orang memiliki kesempatan yang sama apapun latar belakangnya. Disisi lain adanya teknologi juga menjadi dilema bagi pelaku usaha, apakah harus berinovasi pada industri yang sama atau berpindah dan memulai bidang yang baru.



Hak cipta © 2024 Lembaga Ketahanan Nasional RI. Semua Hak Dilindungi.
Jl. Medan Merdeka Selatan No. 10 Jakarta 10110
Telp. (021) 3451926 Fax. (021) 3847749