Agus Widjojo: Pengetahuan dan Wawasan Jangan Sampai Mengarah Pada Kesombongan

Gubernur Lemhannas RI Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo menghadiri acara peresmian Gedung Tri Gatra Astha Hannas di Lembaga Pendidikan dan Pelatihan (Lemdiklat) Kampus Revolusi Mental Pembangunan Karakter Bangsa Indonesia, Senin (29/7). “Saya meyakini berdirinya Gedung Tri Gatra Astha Hannas menjadi titik awal untuk mendorong laju pendidikan nasional dalam memantapkan kualitas sumber daya manusia yang unggul, berintegritas dan berkarakter kebangsaan,” ujar Agus dalam sambutannya.

 

Menurut Agus, Lemdiklat Kampus Revolusi Mental Pembangunan Karakter Bangsa memiliki peran untuk melaksanakan berbagai program pendidikan dan pelatihan revolusi mental. Program tersebut fokus pada kegiatan pembangunan karakter bangsa dan kader pemimipin bangsa, hal ini menjadi sangat penting untuk menggali dan menumbuhkembangkan wawasan kebangsaan. Memenuhi tuntutan tersebut Kampus Revolusi Mental Pembangunan Karakter Bangsa melakukan upaya peningkatan kualitas pendidikan secara terus menerus di berbagai komponen pendidikan, salah satunya adalah menambah fasilitas pendidikan Gedung Tri Gatra Astha Hannas.

 

Berbagai fasilitas yang berada dalam Gedung Tri Gatra Astha Hannas akan sangat bermanfaat dalam mendukung proses belajar mengajar, pengembangan ilmu dan berbagai kegiatan pendidikan karakter. “Oleh karena itu sudah sepantasnya kita bersama-sama dapat menjaga dan memelihara gedung ini dengan sebaik-baiknya agar dapat terus memberikan manfaaat yang sebesar-besarnya,” kata Agus.

 

“Saya ingin berpesan kepada seluruh Praja Sekolah Tinggi Ilmu Pemerintahan Abdi Negara (STIPAN) serta Taruna dan Taruni SMA Plus Astha Hannas untuk mempergunakan kesempatan belajar dengan sebaik-baiknya dan pengetahuan serta wawasan yang di dapat jangan mengarah pada kesombongan namun jadikan sebagai modal untuk menjadi teladan dan agen perubahan ditengah masyarakat,” pesan Agus. Lebih lanjut Agus mengatakan bahwa keberhasilan STIPAN dan SMA Plus Astha Hannas tidak hanya sebatas banyaknya alumni, namun seberapa luas dampak yang dihasilkan oleh alumni STIPAN dan SMA Plus Astha Hannas dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

 

Selanjutnya Agus menjelaskan mengenai Empat Konsensus Dasar Bangsa yang berkaitan erat dengan pengetahuan dan wawasan yang diterima oleh Praja STIPAN serta Taruna dan Taruni SMA Plus Astha Hannas selama mengenyam pendidikan. “Bangsa ini dibangun atas dasar konsensus yang diberikan untuk hidup ditengah-tengah masyarakat saudara sebangsa yang mempunyai perbedaan agama, suku, etnik dan bahasa,” kata Agus. Lebih lanjut Agus menjelaskan bahwa dari konsensus kebangsaan tersebut diturunkan menjadi paradigma nasional yang sebagai implementasinya yaitu ketahanan nasional untuk mengahadapi setiap ancaman, gangguan, tantangan dan hambatan dengan kemampuan sendiri.

 

Ketahanan nasional adalah ketika masyarakat dengan dasar Pancasila harus mampu menghadapi ancaman, gangguan, tantangan dan hambatan serta mempertahankan nilai-nilai dasar Pancasila. Sedangkan makna wawasan nusantara adalah sebuah cara pandang tunggal yaitu Nusantara, baik itu cara pandang ideologi, cara pandang politik, cara pandang ekonomi, cara pandang sosial-budaya, serta cara pandang pertahanan dan keamanan. “Indonesia menganut kesatuan NKRI, maka sebagai doktrin Nasional perairan bukan dianggap sebagai pemisah antar pulau yang dihuni tetapi justru menyatukan berbagai pulau yang dihuni,” kata Agus.

 

Kemudian Agus menegaskan bahwa akan selalu terkandung tiga dimensi waktu, yaitu masa lalu, masa hari ini, dan masa depan. Dimensi masa lalu adalah aspek sejarah. Dalam aspek sejarah yang terpenting bukanlah menghafal, namun untuk bisa mengambil pelajaran mengapa hal tersebut terjadi dan apa dampaknya bagi kehidupan Bangsa Indonesia. Lalu selanjutnya adalah masa hari ini, “Hari ini sangat relevan dengan keberadaan para seluruh Praja STIPAN serta Taruna dan Taruni SMA Plus Astha Hannas sebagai persiapan untuk bisa memberikan darmabakti dalam wujud konkret bagi kehidupan Bangsa,” jelas Agus. Menurut Agus apapun yang dilakukan masa kini harus berorientasi pada masa depan. Jika dilihat dari sejarah, banyak doktrin-doktrin yang diberikan oleh para pendahulu Bangsa dan sampai sekarang masih digunakan. Namun hal tersebut bukan berarti Indonesia harus terpaku pada implementasi yang sama dengan masa lalu, generasi kini harus mampu mencari bentuk implementasi yang sesuai dengan keadaan Indonesia sekarang. “Apapun yang dipikirkan untuk menjadi sumbangan darmabakti harus memberi manfaat bagi Indonesia,” kata Agus.



Hak cipta © 2024 Lembaga Ketahanan Nasional RI. Semua Hak Dilindungi.
Jl. Medan Merdeka Selatan No. 10 Jakarta 10110
Telp. (021) 3451926 Fax. (021) 3847749