Perlunya Pendidikan Berkualitas untuk Nikmati Bonus Demografi

Deputi Bidang Pendidikan dan Agama Kemenko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI Prof. Dr. R. Agus Sartono, M.B.A. menyatakan bonus demografi yang akan didapat Indonesia pada tahun 2028-2031 hanya dapat dinikmati jika Indonesia mempunya SDM yang berkualitas. Hal tersebut Agus sampaikan ketika memberikan kuliah umum kepada peserta PPRA 59 dan PPSA 22 bertempat di Auditorium Gadjah Mada Gedung Pancagatra Lantai 3 Lemhannas RI, Jumat (19/7). Mewakili Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Puan Maharani, Agus Sartono membawakan topik “Reformasi Pendidikan Guna Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia dan Ketahanan Nasional”.

 

Seperti dilansir UN Population Project, data perhitungan proyeksi penduduk Indonesia 2010-2045 menunjukkan bahwa rasio ketergantungan demografi Indonesia akan mencapai titik terendah pada periode 2028-2031 dan mencapai angka 46,9%, sehingga menciptakan peluang bonus demografi. “Syarat agar kita bisa menikmati bonus demografi adalah Indonesia harus memiliki SDM yang berkualitas,” ujar Agus. Namun Agus juga mengakui bahwa struktur pendidikan saat ini masih terbilang kurang baik. Maka untuk mengatasi hal tersebut rencana kerja pemerintah 2020 adalah Peningkatan Sumber Daya Manusia untuk Pertumbuhan Kualitas.

 

Dalam menjalankan rencana kerja tersebut, pemerintah mengambil kebijakan strategis yang terkait dengan pendidikan vokasi dan menitikberatkan pada pemerataan layanan pendidikan yang berkualitas untuk semua penduduk dan peningkatan kualitas tenaga kerja yang berdaya saing. Kemudian penajaman program pendidikan vokasi akan diarahkan pada peningkatan produktivitas tenaga kerja dan penciptaan lapangan kerja yang meliputi peningkatan peran dan kerja sama dengan dunia usaha, peningkatan kualitas penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan vokasi, peningkatan sertifikasi kompetensi dan peningkatan tata kelola pendidikan dan pelatihan vokasi. “Kita perlu penataan kembali melalui revitalisasi pendidikan dan pelatihan vokasi,” kata Agus.

 

Tantangan pasar kerja yang dihadapi adalah setiap tahunnya pasar kerja dimasuki oleh lulusan dari perguruan tinggi dan ditambah lulusan SMK yang tidak tertampung di perguruan tinggi. Maka upaya yang dilakukan adalah mencoba memperbesar kapasitas serta meningkatkan kualitas SDM dengan pengembangan pendidikan yang terintegerasi antara SMK, politeknik, dan sekolah vokasi.

 

Data Kementerian Perindustrian pada Mei 2019 sebanyak 2.388 SMK sudah mengikuti program link and match dengan berbagai industri, namun angka ini masih harus ditingkatkan dan target pada 2020 sebanyak 5.000 SMK sudah mengikuti program link and match dengan industri. Kemudian pada jenjang politeknik akan membangun politeknik baru di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) dan Kawasan Industri Baru (KIB) untuk menjamin ketersediaan lahan, akses magang, serta akses tenaga ahli dan instruktur. Lalu juga akan membuat kelas pagi dan sore sehingga bisa menggandakan jumlah lulusan dari yang ada saat ini. Selanjutnya di bidang vokasi akan dilakukan peningkatan daya tampung, peningkatan kualitas sarana dan prasarana, kerja sama dengan industri untuk ketersediaan magang dan lapangan kerja, penajaman kurikulum, meningkatkan ketersediaan guru dan dosen produktif, sertifikasi kompetensi, dan peningkatan akreditasi.



Hak cipta © 2024 Lembaga Ketahanan Nasional RI. Semua Hak Dilindungi.
Jl. Medan Merdeka Selatan No. 10 Jakarta 10110
Telp. (021) 3451926 Fax. (021) 3847749