FGD Tentang Adaptasi Teknologi  dan Inovasi Guna Menghadapi Krisis Global

Melalui Direktorat Pengkajian Sosial Budaya dan Demografi, Lemhannas RI menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) yang mengangkat judul “Ketahanan Sosial Budaya dalam Adaptasi Teknologi dan Inovasi guna Menghadapi Krisis Global” pada Kamis (16/11) di Ruang Kresna, Gedung Astagatra Lantai 5, Lemhannas RI.

“Ketahanan sosial budaya itu tentunya mengacu kepada kemampuan suatu bangsa untuk bertahan dan beradaptasi dalam menghadapi tekanan, krisis, atau perubahan sosial dan budaya,” kata Plt. Gubernur Lemhannas RI Laksdya TNI Maman Firmansyah mengawali sambutannya.

Konsep yang dibahas menyoroti pentingnya memahami dan memperkuat faktor-faktor sosial dan budaya dalam rangka meningkatkan daya tahan masyarakat terhadap berbagai tantangan. Konsep ketahanan sosial dan budaya digunakan dalam berbagai situasi, seperti menghadapi bencana dunia atau mengatasi perubahan besar pada lingkungan.

Ketidakpastian global yang mengarah kepada krisis global mempunyai dampak yang signifikan di berbagai bidang, baik sosial maupun ekonomi, seperti harga energi dan inflasi yang meningkat di tahun 2023 sehingga berdampak besar pada anggaran rumah tangga dan belanja masyarakat.

Sejalan dengan tantangan tersebut, respon kebijakan strategis dan pelibatan banyak negara melalui kerja sama global perlu dilakukan. Maman Firmansyah menyampaikan perlunya peran dari pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil untuk mengatasi krisis global dan pengaruh negatif perkembangan teknologi yang semakin pesat. Kerja sama antara semua pihak dapat menjadi kunci untuk membangun ketahanan sosial budaya yang solid di era adaptasi teknologi dan inovasi.

FGD yang dimoderatori oleh Tenaga Profesional Bidang Sosial Budaya Lemhannas RI Dra. Dwi Hernuningsih, M.Si., salah satu narasumber yang hadir Analis Kebijakan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI Nuswardana Sarodja, B.Eng., M.M. menyampaikan tentang Gerakan Nasional Revolusi Mental (GNRM) melalui gerakan Indonesia bersatu sebagai ketahanan sosial budaya dalam adaptasi teknologi dan inovasi guna hadapi krisis global.

Tentang gerakan nasional revolusi mental, terdapat lima program gerakan para penyelenggara negara dan masyarakat sebagai strategi implementasi yang dilengkapi dengan value attack. Pertama adalah “Gerakan Indonesia Melayani” untuk meningkatkan perilaku pelayanan publik berintegritas agar negara hadir melindungi kepentingan warganya sesuai dengan Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945. Kedua adalah “Gerakan Indonesia Bersih” untuk mewujudkan perilaku hidup bersih dan sehat baik jasmani dan rohani pada semua simpul perubahan dan tingkatan kepemimpinan mengacu pada Pancasila dan UUD NRI Tahun 1945. 

Ketiga adalah “Gerakan Indonesia Tertib” untuk mewujudkan perilaku hidup tertib terutama di ruang publik mengacu kepada asas ketertiban umum. Keempat adalah “Gerakan Indonesia Mandiri” untuk mewujudkan perilaku kreatif, inovatif, dan beretos kerja tinggi untuk mewujudkan kemandirian di bidang pangan, energi, dan teknologi dalam menghadapi persaingan regional dan global. Lalu yang kelima adalah “Gerakan Indonesia Bersatu” untuk mewujudkan perilaku saling menghargai, dan gotong royong untuk memperkuat jati diri dan karakter bangsa berdasarkan Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI. 

Nuswardana Sarodja juga menyampaikan beberapa kontribusi strategis revolusi mental dalam upaya pembangunan karakter, ketahanan sosial budaya dalam adaptasi teknologi, dan inovasi yang dilakukan gerakan nasional revolusi mental, yakni melakukan pembinaan ideologi pancasila untuk memperkukuh ketahanan budaya bangsa dan membentuk mentalitas bangsa maju, modern, sejahtera, berkarakter, demokratis, lalu pada sistem sosial melakukan upaya pembangunan generasi berkualitas, keluarga dan masyarakat berkarakter pancasilais melalui pendidikan keluarga dan masyarakat.

Kontribusi lainnya diantaranya adalah aksi nyata “Gerakan Indonesia Bersatu: pada simpul-simpul pusat perubahan di daerah dan masyarakat untuk memperkokoh toleransi, kerukunan dalam kebhinnekaan, saling pengertian, dan memperkuat persatuan bangsa serta penguatan pendekatan multikulturalisme dan nilai-nilai pancasila untuk menciptakan harmoni dan kerukunan umat beragama guna membangun solidaritas sosial, toleransi, dan gotong royong.

FGD tersebut juga menghadirkan beberapa narasumber lain, yaitu SVP Dentsu Corporate Bapak Janoe Arijanto, Direktur Eksekutif Pusat Analis Jaringan Sosial Dr. Rendy Ananta Prasetya, S.Sos., M.H., CEO PT. EBDesk Indonesia Bapak Ridwan Prasetyarto, Dosen Sosiologi Universitas Negeri Jakarta Bapak Syarifuddin, M.Si dan Education For Sustainable Development Specialist Ibu Aulija Esti Widjiasih. (SP/BIA)



Hak cipta © 2024 Lembaga Ketahanan Nasional RI. Semua Hak Dilindungi.
Jl. Medan Merdeka Selatan No. 10 Jakarta 10110
Telp. (021) 3451926 Fax. (021) 3847749