Gita Wirjawan: Ada Kesempatan Emas untuk Indonesia Meningkatkan Jumlah Wisatawan Internasional

“Dunia sudah memiliki pola yang multipolar, dan menjadi dua polar, dan menjadi unipolar, dan menjadi multipolar lagi,” kata Menteri Perdagangan Republik Indonesia periode 2011-2014 Dr. Gita Wirjawan, B.B.A., M.B.A. Hal tersebut disampaikan saat Dr. Gita Wirjawan, B.B.A., M.B.A. memberikan ceramah kepada peserta Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) 63 pada Senin, 25 April 2022. Dalam kesempatan tersebut Dr. Gita Wirjawan, B.B.A., M.B.A. mengangkat topik mengenai Ekonomi Politik Global Kontemporer.

Lebih lanjut, Dr. Gita Wirjawan, B.B.A., M.B.A. menyampaikan bahwa multipolaritas yang terjadi sangat berpengaruh terhadap corak ekonomi secara keseluruhan dan secara kawasan. Terkait hal tersebut Dr. Gita Wirjawan, B.B.A., M.B.A. menyoroti beberapa disrupsi yang harus menjadi perhatian Indonesia. Pertama, disrupsi substansial di sektor energi yang diperkirakan nilainya berkisar 60 Miliar Dollar Per Tahun atau sekitar 5% dari PDB Indonesia. Kedua, disrupsi perumahan yakni belasan juta manusia belum memiliki rumah. Hal tersebut disebabkan karena belum terjadi disrupsi digital yang bisa menghubungkan pembeli dan penjual. “Ini sangat membutuhkan disrupsi,” kata Dr. Gita Wirjawan, B.B.A., M.B.A.

Ketiga, disrupsi pada sektor kesehatan yang belum berada pada skala yang diinginkan. Patut diakui memang sudah ada beberapa platform yang cukup disruptif, tapi belum mencapai nilai yang diinginkan. Keempat, disrupsi pada sektor jasa keuangan yang saat ini berkisar 40% dari PDB. Angka tersebut masih tertinggal jauh dari negara-negara lain. Jika melihat rasio jasa keuangan terhadap PDB negara lainnya, rata-rata sudah diatas angka 100% dari PDB negara tersebut. Indonesia perlu peningkatan yang sangat jauh dan merupakan angka yang sangat besar. “Saya melihat ini merupakan prospek yang sangat luar biasa bagi anak-anak muda untuk menggeluti bisnis di sektor keuangan,” ujar Dr. Gita Wirjawan, B.B.A., M.B.A.

Kelima dan keenam adalah sektor edukasi dan agrikultur yang keduanya masih sangat memerlukan peningkatan. Ketujuh adalah sektor pariwisata. Menyoroti jumlah wisatawan internasional, nilai kontribusi terhadap PDB Indonesia hanya sekitar 1%-1,5%/ Angka tersebut sangat kecil jika dibandingkan dengan negara lain. “Saya melihat ada kesempatan emas untuk Indonesia bisa mendatangkan wisatawan internasional jauh lebih tinggi daripada apa yang kita alami di tahun 2019. Tidak ada alasan untuk Indonesia tidak bisa mendatangkan 150 juta wisatawan internasional.”

Dr. Gita Wirjawan, B.B.A., M.B.A. mencermati dengan luas dan jumlah pulau Indonesia peningkatan jumlah wisatawan internasional sangat mungkin dilakukan. Kuncinya terletak pada bagaimana Indonesia bisa meningkatkan pembangunan infrastruktur dengan konektivitas dan bagaimana Indonesia bisa menarasikan keindahannya agar bisa menarik wisatawan, mendatangkan devisa, dan membuahkan lapangan kerja di sektor mikro UMKM. (NA/CHP)

 



Hak cipta © 2024 Lembaga Ketahanan Nasional RI. Semua Hak Dilindungi.
Jl. Medan Merdeka Selatan No. 10 Jakarta 10110
Telp. (021) 3451926 Fax. (021) 3847749