Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhannas RI) Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo menerima audiensi Pengurus Pusat Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung (IA ITB), Rabu (23/06). Pengurus Pusat IA ITB hadir dipimpin langsung oleh Ketua Umum IA ITB Gembong Primadjaja, Ketua Alumni IA ITB Elfi Malano, Ketua Alumni IA ITB Lemhannas RI Angkatan I Agung, Ketua Staf Khusus IA ITB Adrian Tisna, dan Staf Khusus Bidang Antar Alumni IA ITB Gilang Hamzah.

Pada kesempatan tersebut, Ketua Umum IA ITB Gembong Primadjaja mengucapkan terima kasih atas terselenggaranya kegiatan Pemantapan Nilai-Nilai Kebangsaan (Taplai) Virtual bagi IA ITB pada bulan Februari lalu. Lebih lanjut Gembong menyampaikan harapannya agar pelaksanaan Taplai Virtual bagi IA ITB dapat berlanjut terus ke depannya. “Terus terang saja, Alumni ITB ini ternyata minatnya cukup tinggi untuk lebih memperdalam rasa wawasan kebangsaan mereka tentang berbagai macam hal,” kata Agung.

Agung merasa bahwa program Taplai merupakan program yang menarik dan membanggakan, sehingga pelaksanaan di angkatan kedua direncanakan akan diikuti oleh peserta yang lebih banyak. “Kami ingin menyatukan semua Alumni ITB dan menyamakan persepsi tentang wawasan kebangsaan dan cinta kepada NKRI,” ujar Agung. Lebih lanjut, Agung juga menyampaikan rencana pembuatan satu program atau webinar wawasan kebangsaan untuk mahasiswa baru ITB.

Gubernur Lemhannas RI Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo menyambut baik dan mendukung rencana-rencana yang disampaikan. Agus berpendapat bahwa rencana tersebut adalah hal yang baik. Kemudian Agus menyampaikan bahwa rencana-rencana tersebut baiknya dikoordinasikan antara 2 instansi sehingga dapat diketahui harapan dari ITB dan kemampuan Lemhannas RI. “Dikoordinasikan dengan kalibrasi teknisnya dari ITB bagaimana keinginannya dan dari Lemhannas RI bagaimana kemampuannya,” kata Agus.


Kepala Pusat Laboratorium Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Kapuslab Lemhannas RI) Marsma TNI Suroto, S.T., M.A.P. bersama sejumlah personel melakukan Workshop Pengukuran Kepemimpinan Nasional dengan Pusat Pelatihan Kepemimpinan Wikasatrian, Selasa, 22 Juni 2021. Pada workshop tersebut, pihak Wikasatrian dipimpin langsung oleh Pamong Utama Wikasatrian Pusat Kepemimpinan WIKA Tonny Warsono.

Workshop tersebut merupakan salah satu langkah dalam rangka mendukung tugas pokok Pusat Laboratorium Lemhannas RI, di mana Bidang Kepemimpinan Nasional (Bidpimnas) Puslab akan membangun sistem statik dan dinamik pengukuran kepemimpinan nasional. Dalam perumusan pengukuran kepemimpinan tersebut diperlukan penetapan aspek-aspek, variabel, dan indikator yang akan digunakan untuk mengukurnya. Oleh karena itu, sebagai usaha memperkaya dan mempertajam konsep-konsep aspek, variabel, dan indikator tersebut, maka dilaksanakan Workshop Pengukuran Kepemimpinan Nasional dengan Pusat Pelatihan Kepemimpinan Wikasatrian.

Pusat Pelatihan Kepemimpinan Wikasatrian dipilih karena salah satu tugasnya sebagai tempat pelatihan kepemimpinan yang menggunakan konsep kearifan lokal. “Kami ingin mendapatkan data dan masukan dari Wikasatrian tentang kepemimpinan nasional yang memiliki pengaruh signifikan dalam meningkatkan pembangunan nasional,” kata Kapuslab Lemhannas RI Marsma TNI Suroto, S.T., M.A.P. Diharapkan data dan masukan dari Wikasatrian tentang kepemimpinan nasional mampu mengawal amanat konstitusi negara dan bangsa Indonesia dengan baik dan kepemimpinan yang memiliki pengaruh signifikan dalam meningkatkan pembangunan nasional.

Dalam paparannya, Suroto menyampaikan bahwa tujuan workshop ke Pusat Pelatihan Kepemimpinan Wikasatrian adalah guna mendukung pembangunan sistem statik dan dinamik pengukuran kepemimpinan nasional serta perumusan instrumen pengukuran kepemimpinan nasional seperti perumusan aspek, variabel, indikator, dan kuesioner. Lebih lanjut Suroto menyampaikan beberapa manfaat pengukuran kepemimpinan nasional, yakni menghasilkan data penilaian pimpinan nasional yang terukur secara objektif dan komprehensif serta dapat dipertanggungjawabkan, identifikasi dan self control kondisi pimpinan nasional, memetakan potret Pimnas seperti wilayah mana yang sudah atau belum baik, mendiagnosa problematika pimpinan nasional, bahan koreksi, evaluasi dan edukasi pemimpin nasional, mendukung penelitian dan pengembangan pimpinan nasional, serta mewujudkan good governance and clean government serta memperkuat ketahanan nasional.

Suroto juga menyampaikan mengenai Struktur Instrumen Pengukuran Basis Data Nasional Konstitusi UUD NRI 1945. Pertama, melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia yang bertujuan menciptakan keselamatan dan keamanan bangsa dan negara Indonesia. Variabel dari aspek keselamatan dan keamanan bangsa dan negara Indonesia di antaranya adalah penanggulangan ancaman perang, penanggulangan bencana, serta kondisi keamanan wilayah laut, udara, dan darat. Kedua, memajukan kesejahteraan umum yang bertujuan mencapai kesejahteraan bangsa Indonesia. Variabel dari aspek kesejahteraan bangsa Indonesia di antaranya adalah pertumbuhan ekonomi, ketersediaan infrastruktur, stabilitas mata uang, stabilitas harga barang, serta ketercukupan air, pangan, dan energi.

Ketiga, mencerdaskan kehidupan bangsa dengan tujuan tercapainya kecerdasan bangsa Indonesia. Variabel dari aspek kecerdasan bangsa Indonesia adalah cerdas ber-Pancasila serta cerdas menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Keempat, ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial dengan tujuan menciptakan ketertiban dan perdamaian lokal, nasional, regional, dan global. Variabel dari aspek ketertiban dan perdamaian lokal, nasional, regional, dan global di antaranya adalah memelihara hubungan bilateral dan multilateral serta berperan di regional ASEAN, ASIA dan Indopasifik, dan tingkat PBB.

Pada kesempatan tersebut, Pamong Utama Wikasatrian Pusat Kepemimpinan WIKA Tonny Warsono menyampaikan bahwa Wikasatrian adalah persembahan PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk. untuk bangsa Indonesia melalui Pembelajaran Kepemimpinan Berbasis Kearifan Lokal. Tujuan Program Kepemimpinan Wikasatrian dihadirkan untuk menjadi pusat pembelajaran kepemimpinan, baik intern maupun ekstern, untuk menjadikan pemimpin yang efektif, inspirator, dan panutan agar Indonesia lebih baik.

Kemudian Tony menyampaikan bahwa program kepemimpinan di Wikasatrian dilandasi oleh sudut pandang bahwa peserta pembelajaran adalah subjek yang memiliki nilai luhur dan kekuatan yang ditumbuh kembangkan atas pilihan sendiri. Pemimpin diharapkan efektif, berkontribusi, dan mewariskan karya terbaik dari diri dan organisasinya. Karena pemimpin sebagai pandu Indonesia dalam menggunakan keunggulan komparatif Indonesia menjadi keunggulan kompetitif.

Tonny juga menyampaikan hasil riset tentang konsep kepemimpinan berbasis lokal-nasional dan disimpulkan konsep kepemimpinan berbasis atas Ketuhanan-Kemanusiaan-Alam yang dilaksanakan melalui transformasi dengan luwes untuk menemukan pencerahan budi luhur. Silabus yang terkait dengan Ketuhanan diaplikasikan melalui syukur dan ikhlas. Silabus yang terkait dengan Kemanusiaan diaplikasikan melalui bahagia dan melayani. Silabus yang terkait dengan Alam diaplikasikan melalui lintas budaya dan pelestarian alam.


Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhannas RI) Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo menerima audiensi dari Mahasiswa Program Doktor Fakultas Hukum Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Semarang, Selasa, 22 Juni 2021. Audiensi tersebut merupakan rangkaian dari perencanaan Webinar Nasional “Penegakan Hukum Menuju Peradilan yang Humanis dalam Perspektif Kebangsaan yang Berkeadilan” yang akan diselenggarakan oleh Mahasiswa Program Doktor Fakultas Hukum Untag pada Senin (28/06). Rombongan Mahasiswa Program Doktor Fakultas Hukum Untag dipimpin langsung Ketua Panitia Webinar Bambang Herry Purnomo. S.H,.M.H, Wakil Ketua I Didin R. Dinovan SH,.M.M, Wakil Ketua II Dr. Ani Purwati S.H,.M.H, dan Wakil Sekretaris I Toga Hamonangan Nadeak S.H,.M.H.

“Kami harapkan Lemhannas RI menjadi salah satu yang bisa mendukung kami,” kata Ketua Panitia Webinar Bambang Herry Purnomo. S.H,. M.H. Kemudian Bambang menjelaskan bahwa tema yang diangkat terinspirasi dari pernyataan yang pernah disampaikan Kapolri bahwa penegakan hukum harus tegas, namun humanis. Maka pertanyaan yang ingin dipecahkan adalah seperti apa humanis yang dimaksud. Lebih lanjut Bambang menyampaikan harapannya bahwa Gubernur Lemhannas RI dapat menjadi salah satu narasumber pada webinar tersebut dan dapat menyampaikan paparan terkait tema tersebut dalam perspektif kebangsaan. Selanjutnya Bambang juga meminta saran dari Gubernur Lemhannas RI terkait peran serta yang dapat dilakukan panitia untuk menjadi pintu pendobrak pendekatan humanis berdasarkan kebangsaan.

“Laksanakan terus pemurnian pembangunan bangsa ini berdasarkan sistem nasional,” kata Gubernur Lemhannas RI Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo. Kemudian Agus menyampaikan bahwa semua pihak harus yakin kepada sistem, karena sistem adalah kesepakatan. Agus berpendapat bahwa jika dirasa ada yang kurang tepat, maka harusnya adalah dicari di mana letak kesalahannya dan diperbaiki merujuk kepada sistem yang sudah dibangun.

Agus juga berpesan kepada panitia bahwa dunia akademik harus jadi pilar karena pendidikan adalah satu-satunya yang dapat percaya berdasarkan logika. Lebih spesifik Agus menyampaikan hukum diperlukan karena hukum adalah pilar dalam demokrasi. “Hukum merupakan pilar kita di dalam berdemokrasi. Oleh karena itu, semua harus memahami hukum dan kita semua harus menyadari untuk menegakkan hukum, mematuhi hukum,” tegas Agus. Tidak ada yang bisa menegakkan hukum kecuali apabila semua pihak mematuhi hukum.

“Karena hukum itu adalah pilar demokrasi dan kesemuanya itu adalah dalam rangka pembangunan sistem nasional, mari kita mulai bangun dan tegakan, konsekuen, konsisten untuk melaksanakan,” ujar Agus.


“Tujuan akhir atau wujud dari hal yang ingin dicapai setelah mengikuti pelatihan ini adalah bukan hafalnya tentang suatu definisi, bukan hafalnya tentang suatu gagasan, tetapi adalah tentang sikap dan perilaku yang ada pada peserta apabila telah selesai mengikuti pembekalan ini,” kata Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhannas RI) Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo pada saat memberikan pengantar kepada peserta Pelatihan untuk Pelatih Virtual Angkatan I, Senin (21/06). Pada kesempatan tersebut, Agus juga menyampaikan bahwa fungsi pelatih atau pengajar, yakni sebagai pelaksana pembentukan agen perubahan.

Agus menegaskan bahwa setelah para peserta selesai mengikuti kegiatan tersebut kemudian menjadi alumni dan kembali ke tugas semula, alumni harus dapat memberikan pemahaman atas pentingnya materi yang sudah didapatkan. “Pada saat peserta sudah menjadi alumni, lalu memberikan pembekalan kepada peserta-pesertanya, tentu akan disampaikan mengapa materi itu dan substansi itu penting untuk dipahami,” ujar Agus.

“Kita tidak mengharuskan dan mengharapkan bahwa setiap lulusan itu akan lancar menghafal dari semua ajaran-ajaran yang kita berikan, tapi semua kita harapkan terpatri dalam perilaku yang mencerminkan komitmen yang konsisten,” kata Agus menyampaikan kriteria yang diharapkan dari alumni Lemhannas RI. Lebih dalam Agus menjelaskan kompetensi dan komitmen yang diharapkan dalam konsensus dasar kebangsaan. Pertama, pada Pancasila diharapkan ada kompetensi andal dari komitmen untuk memegang teguh ideologi bangsa Pancasila dan berkomitmen mengimplementasikannya. Kedua, pada UUD 1945 diharapkan komitmen untuk senantiasa berpegang teguh menerapkan pasal-pasal yang terkandung dalam konstitusi Negara Republik Indonesia.

Ketiga, pada NKRI diharapkan para alumni memiliki kompetensi dan komitmen mengutamakan kepentingan nasional, bangsa, dan negara dengan menjaga keutuhan dan kesatuan wilayah. Keempat, pada Bhinneka Tunggal Ika diharapkan kompetensi dan komitmen untuk senantiasa menghargai dan menghormati perbedaan ragam budaya, agama, etnik, bahasa, dan golongan. “Kata dasarnya adalah kompetensi, setelah memiliki kompetensi itu dipraktikkan dalam komitmen yang konsekuen,” tegas Agus.

Kemudian Agus menyampaikan bahwa saat para pendiri bangsa sudah berhasil menemukan Indonesia, para pendiri bangsa tidak hanya menerima dan mengikuti arus yang ada. Namun, para pendiri bangsa merundingkan apa arti wadah NKRI bagi sebuah bangsa dan bersepakat bahwa sebuah bangsa harus memiliki cita-cita dan cita-cita tersebut dituangkan ke dalam dasar negara, yang kemudian jadi Pancasila. Selanjutnya cita-cita tersebut juga dijabarkan pada konstitusi dalam sebuah dokumen hukum yang bersifat mengikat, yakni UUD 1945 yang dalam pembukaannya tertulis melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, mewujudkan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial.

Pada kesempatan tersebut, Agus juga menjelaskan mengenai memahami Indonesia. Agus berpendapat bahwa Indonesia sekarang ada pada kondisi dinamis yang penuh dengan kebijakan nasional dan sedang menghadapi perkembangan lingkungan strategis internasional. Jika dalam perjalanannya memerlukan pertimbangan, maka Indonesia dapat merujuk pada 3 hal, yakni kesepakatan bangsa, perjalanan sejarah, serta budaya dan peradaban. Pada kesepakatan bangsa, Indonesia bisa merujuk kepada konsensus dasar dan nilai-nilai kebangsaan. Jika kesepakatan bangsa belum cukup, maka Indonesia bisa merujuk pada perjalanan sejarah. Perjalanan sejarah meninggalkan tapak dan perubahan dari masa lalu ke masa sekarang, perubahan tersebut tentunya tidak dilakukan secara drastis dan melalui transisi.

Menurut Agus, perjalanan sejarah yang sudah berlangsung lama itu akan meninggalkan bekas pada perilaku masyarakat dan perilaku masyarakat yang sifatnya kolektif akan membentuk budaya yang jika berlangsung dalam waktu yang sangat lama bisa membentuk peradaban. Oleh karena itu, apabila kesepakatan bangsa dan perjalanan sejarah belum cukup, maka bisa merujuk pada budaya dan peradaban.



Hak cipta © 2024 Lembaga Ketahanan Nasional RI. Semua Hak Dilindungi.
Jl. Medan Merdeka Selatan No. 10 Jakarta 10110
Telp. (021) 3451926 Fax. (021) 3847749