Direktorat Pengkajian Ideologi dan Politik Lemhannas RI menyelenggarakan Round Table Discussion (RTD) yang berjudul “Skenario Potensi Konflik Taiwan dan Mitigasi Bagi Indonesia” bertempat di Ruang Kresna, pada Rabu (7/8). Acara tersebut dipimpin langsung oleh Deputi Pengkajian Strategik Lemhannas RI Prof. Dr. Ir. Reni Mayerni, M.P.
“Diskusi ini memiliki relevansi yang sangat tinggi mengingat dinamika geopolitik di kawasan Selat Taiwan yang semakin kompleks,” kata Deputi Pengkajian Strategik Lemhannas RI mengawali sambutannya. Disampaikan oleh Deputi Pengkajian Strategik Lemhannas RI bahwa sejarah ketegangan Selat Taiwan yang melibatkan berbagai aktor negara sejak krisis Selat Taiwan pada pertengahan abad ke-20 hingga meningkatnya persaingan Tiongkok-Amerika Serikat baru-baru ini, harus membuat bangsa Indonesia lebih waspada dan siap menghadapi semua kemungkinan yang bisa terjadi di masa depan.
Lebih lanjut, Deputi Pengkajian Strategik Lemhannas RI menyampaikan dalam laporan Economist Intelligence Unit “Risk Outlook 2024: Ten Critical Risk Scenarios Facing The Global Economy” telah mengindikasikan potensi aneksasi militer oleh Tiongkok terhadap Taiwan yang meskipun dengan probabilitas rendah tapi bisa memiliki dampak yang sangat besar. Selain itu, terpilihnya kandidat pro-kemerdekaan Taiwan, Lai Ching-Te dari Democratic Progressive Party (DPP) dan pernyataan Presiden Xi Jinping Tentang Reunifikasi Taiwan yang tak terhindarkan, juga memperkuat urgensi bangsa Indonesia untuk mendalami dan memitigasi risiko yang mungkin akan timbul.
“Indonesia yang secara geografis dekat dengan Selat Taiwan, harus memperhatikan dampak dari skenario-skenario yang ada, termasuk skenario status quo, reunifikasi damai, maupun konflik bersenjata,” ujar Deputi Pengkajian Strategik Lemhannas RI. Hal tersebut dikarenakan setiap skenario memiliki konsekuensi tersendiri bagi politik luar negeri, pertahanan-keamanan, perdagangan, serta kondisi sosial dan ekonomi nasional.
Dalam antisipasi potensi risiko tersebut, Lemhannas RI telah melakukan serangkaian kegiatan, termasuk Focus Group Discussion (FGD) dan pengumpulan data dari berbagai lokus untuk menyusun rekomendasi kebijakan yang komprehensif. Kegiatan tersebut bertujuan untuk mempersiapkan Indonesia dalam menghadapi segala kemungkinan yang mungkin terjadi di Selat Taiwan.
RTD yang difasilitatori oleh Tenaga Profesional Bidang Hubungan Internasional dan Diplomasi Lemhannas RI Edy Prasetyono, S.Sos., M.I.S., Ph.D menghadirkan berbagai narasumber. Sekretaris Direktorat Jenderal Strategi Pertahanan (Ditjen Strahan) Kementerian Pertahanan RI Brigjen TNI Dr. Oktaheroe Ramsi, S.I.P., M.Sc bertindak sebagai salah satu narasumber dalam RTD tersebut.
Mengawali paparannya, Sekretaris Ditjen Strahan Kementerian Pertahanan RI menyampaikan perkembangan lingkungan strategis. Pada lingkungan global, dijelaskan oleh Sekretaris Ditjen Strahan Kementerian Pertahanan RI bahwa geopolitik dunia masih dihadapkan pada persaingan kekuatan negara-negara besar dan perkembangan politik serta keamanan di kawasan Timur Tengah.
Pada lingkungan nasional, perkembangan yang terjadi masih adanya potensi ancaman militer, non militer, dan ancaman dalam negeri. Sedangkan pada lingkungan regional masih terjadinya instabilitas pada kawasan-kawasan tertentu.
Tentang mitigasi konflik Cina dan Taiwan, Sekretaris Ditjen Strahan Kementerian Pertahanan RI menjabarkannya ke dalam empat hal, yakni diplomasi aktif, penguatan ekonomi, kerja sama regional, dan penguatan militer. Pada diplomasi aktif, mitigasi yang diperlukan adalah menjaga hubungan bilateral yang seimbang dengan Cina dan Taiwan, lalu menjadi mediator/penengah konflik keduanya, dan mendukung penyelesaian damai.
Lalu pada mitigasi penguatan militer, disampaikan bahwa modernisasi alutsista dan latihan militer bersama perlu dilakukan. Selanjutnya, kerja sama regional seperti ASEAN dan forum regional lainnya harus dipererat serta diversifikasi ekonomi dan peningkatan investasi perlu ditingkatkan dalam rangka memperkuat ekonomi domestik.
RTD tersebut turut mengundang beberapa narasumber lainnya, yakni Perwira Staf Ahli Tk.III Bidang Polkamnas Panglima TNI Mayor Jenderal TNI (Mar) Siswoto, M.Tr. Opsla, Deputi Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian RI Raden Edi Prio Pambudi, Direktur Pertahanan dan Keamanan Deputi Bidang Polhukam Kementerian PPN/Bappenas RI Erik Amundito, S.T., M.T., Ph.D., Kepala Biro Perencanaan dan Kerja Sama Badan Nasional Pengelola Perbatasan Kementerian Dalam Negeri RI Dra. Farida Kurnianingrum, M.M., dan Ketua Program Studi Pascasarjana Hubungan Internasional Universitas Indonesia Broto Wardoyo, Ph.D. (SP/CHP)