Direktorat Pengkajian Ekonomi dan Sumber Kekayaan Alam Lemhannas RI menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) Kajian Urgent dan Cepat (Jurpat) yang berjudul “Risiko Krisis Ekonomi Global Semester I Tahun 2024” bertempat di Ruang Kresna, pada Senin (1/7). Acara tersebut dipimpin langsung oleh Deputi Pengkajian Strategik Prof. Dr. Ir. Reni Mayerni, M.P.
Dalam sambutannya, Reni Mayerni menyampaikan bahwa ancaman krisis ekonomi global yang diprediksi akan terjadi pada tahun 2024 menjadi aspek yang mengkhawatirkan bagi negara-negara di dunia. Setelah pandemi COVID-19 menyebar di seluruh dunia, terjadi penurunan ekonomi di seluruh dunia selama empat tahun. Akibatnya, ketidakstabilan geopolitik global telah menjadi ancaman bagi pertumbuhan ekonomi global dalam jangka menengah. Indonesia adalah salah satu negara yang paling banyak terkena dampak pandemi, perang dan juga fenomena higher for longer Bank Pusat Amerika Serikat.
Menurut Global Risk Report dari World Economic Forum (WEF) pada Januari 2024, disampaikan bahwa risiko global pertama adalah terkait dengan cuaca ekstrem. Risiko kedua, terkait dengan disinformasi dan misinformasi yang dihasilkan oleh artificial intelligence. Lalu, risiko ketiga, terkait dengan risiko sosial dan polarisasi, serta selanjutnya adalah risiko biaya hidup dan cyber attacks.
Dari sisi kebijakan fiskal, mengutip pertanyaan Menteri Keuangan RI pada 21 Juni 2024 dikatakan bahwa APBN sebagai instrumen kebijakan untuk menjaga stabilitas perekonomian nasional. Sedangkan dari sisi kebijakan moneter, pihak Bank Indonesia akan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah melalui tiga instrumen, yakni instrumen intervensi, Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), dan jika diperlukan, akan menaikkan rateBank Indonesia. “Kajian jurpat ini dilakukan untuk memberikan masukan terhadap poin-poin risiko krisis ekonomi global semester I,” ujar Reni Mayerni.
Acara tersebut difasilitatori oleh Tenaga Profesional Bidang Ekonomi Lemhannas RI Dr. K.P. Suharyono Soemarwoto Hadiningrat. Salah satu narasumber yang hadir dalam FGD tersebut adalah Kepala Badan Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan KADIN Prof. Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro, S.E., M.U.P., Ph.D.
Pada kesempatan tersebut, Bambang Brodjonegoro menyampaikan bahwa perekonomian global diperkirakan sudah menunjukkan recovery, yang dimungkinkan terjadi dalam kondisi paling buruknya pada tahun 2023 ketika semua mengalami tingkat bunga tinggi yang menimbulkan ketidakpastian. “Dari satu sisi juga yang menimbulkan outflow dari pasar modal dan pasar sektor keuangan Indonesia,” kata Bambang Brodjonegoro.
Bambang Brodjonegoro melanjutkan, sesuai perkiraan International Monetary Fund (IMF) pertumbuhan ekonomi global diperkirakan mencapai lebih dari 3%. Namun, poin terpentingnya adalah menunggu The Federal Reserve System (The Fed) menurunkan suku bunga. Secara global, inflasi sudah menurun di Amerika Serikat, namun masih belum pada target yang diharapkan mengingat AS dan negara maju bergantung pada interested policy dari Central Bank dalam menggunakan instrumen untuk meredam inflasi.
Lebih lanjut, Bambang Brodjonegoro menyampaikan potensi geopolitik yang harus diwaspadai adalah perang Rusia dan Ukraine, konflik Israel dan Palestina, serta risiko global yang paling relevan dengan perekonomian, yaitu “rivalry” antara AS dan Cina.
Kemudian, Bambang Brodjonegoro juga menyampaikan strategi dunia usaha dalam menghadapi ketidakpastian global tahun 2024, yakni diversifikasi pasar dan produk, peningkatan efisiensi operasional, manajemen risiko yang efektif, inovasi dan investasi dalam research and development (R&D), pengelolaan keuangan yang bijak serta hedging valuta asing.
Adapun narasumber lain yang hadir dalam FGD tersebut, yaitu Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter Bank Indonesia Firman Mochtar, Ekonom Citi Helmi Arman, S.E., dan Asdep Ekonomi Makro, Perencanaan Pembangunan,dan Pengembangan Iklim Usaha, Kedeputian Perekonomian Sekretariat Kabinet RI Roby Arya Brata, S.H., LL.M., MPP., Ph.D. (SP/CHP)
