Direktorat Program Pengembangan Pengkajian Kedeputian Pengkajian Lemhannas RI kembali menyelenggarakan diskusi tentang “Forum Komunikasi Ketahanan Nasional” pada Selasa (30/4), di Ruang Kresna, Gedung Astagatra Lantai 4, Lemhannas RI. Diskusi tersebut merupakan tindak lanjut dari diskusi Forum Komunikasi (Forkom) Ketahanan Nasional pada bulan Maret lalu.
Dalam laporannya, Direktur Program Pengembangan Pengkajian Lemhannas RI Brigjen TNI Mohamad Rohadi, S.Sos menyampaikan diskusi kali ini difokuskan kepada akomodasi nomenklatur program studi ketahanan nasional di Pendidikan Tinggi (DIKTI) dan peluang kerja sama dengan Lemhannas RI untuk kurikulum merdeka bagi Perguruan Tinggi. Diskusi kali ini juga diselenggarakan dalam rangka mendorong pemberdayaan lulusan ketahanan nasional.
Forkom Ketahanan Nasional tersebut dibuka langsung oleh Deputi Bidang Pengkajian Strategik Prof. Dr. Ir. Reni Mayerni, M.P. Perlu diketahui bahwa di Indonesia perkembangan studi ketahanan nasional terwadahi dalam beberapa lembaga Perguruan Tinggi, seperti di Universitas Indonesia, Universitas Gadjah Mada dan menghasilkan lebih dari 2000 lulusan magister dan doctor di bidang ilmu ketahanan nasional, termasuk Universitas Andalas dan Universitas Hasanudin yang segera mendirikan program studi kajian ketahanan nasional.
Dalam sambutannya, Prof. Reni Mayerni menyampaikan bahwa hasil dari Forkom Ketahanan Nasional pada Maret lalu sudah ditindaklanjuti dengan pertemuan dengan Bagian Penjaminan Mutu DIKTI di Universitas Indonesia. Harapannya dengan tindak lanjut tersebut algoritma ketahanan nasional akan semakin tinggi.
Lemhannas RI juga mendorong perlunya diakomodasi lulusan ketahanan nasional dalam formasi penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) dan Aparatur Sipil Negara (ASN) sehingga lulusan studi ketahanan nasional semakin diberdayakan dan dapat dimasukkan dalam Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) untuk memenuhi kebutuhan SDM aparatur Negara di Indonesia.
“Melalui forum ketahanan nasional, kedepan Lemhannas RI dapat memberikan penguatan karakter wawasan kebangsaan sebagai bagian dari kurikulum merdeka serta mendorong kompetensi ketahanan nasional dalam penguatan SDM aparatur negara,” kata Prof. Reni Mayerni.
Diskusi yang difasilitatori oleh Tenaga Profesional Bidang Ketahanan Nasional Lemhannas RI Dr. Margaretha Hanita, S.H., M.Si. menghadirkan narasumber pertama yaitu Dosen Program Studi Kajian Ketahanan Nasional Universitas Indonesia Laksamana Muda TNI Dr. Ir. Abdul Rivai Ras, M.M., M.S., M.Si.
Mengawali paparannya, Abdul Rivai menyampaikan bahwa ilmu pengetahuan tidak muncul secara mendadak, melainkan hadir melalui proses mulai dari pengetahuan sehari-hari, melalui pengujian secara cermat dan pembuktian dengan teliti, dan pengujian suatu teori bisa berulang/siklus hingga babak terakhir.
Disampaikan juga oleh Abdul Rivai bahwa kajian ketahanan nasional mengalami fluktuasi sampai hari ini karena persoalan akademik itu merupakan persoalan otoritas kekuasaan, yang artinya sesuatu yang bukan akademik bisa menjadi sesuatu yang akademik dan dilembagakan dalam suatu keputusan politik menjadi suatu disiplin ilmu karena otoritas politik.
Lebih lanjut, Abdul Rivai menyampaikan asal dari ilmu strategik dimulai dari political science, international relations, security studies, strategic studies, hingga menjadi national resilience studies. “Kita harapkan kedepan studi ketahanan nasional itu bisa menjadi ilmu tersendiri,” ujarnya. Hal tersebut dimaksudkan pada studi ketahanan nasional akan digabungkan dengan sejumlah disiplin ilmu yang mencakup semua ilmu-ilmu didalamnya.
Kemudian, Abdul Rivai turut menyampaikan tradisi dan konseptualisasi ketahanan nasional yang bisa diletakkan pada tiga tradisi, yakni tradisi realistic (konsep yang berpusat pada negara ketahanan nasional), tradisi revolutionary (ketahanan individu dan global pada konteks manusia dan keamanan komunitas dunia), dan tradisi rasionalistik (posisi diantara negara menciptakan kerangka hubungan sebagai sumber konflik atau sumber keamanan kerja sama dan rezim).
Diskusi forum ketahanan nasional tersebut juga menghadirkan narasumber lain, yakni Kepala BNN RI, Mantan Kepala Densus 88, Alumni Pendidikan Lemhannas RI dan Alumni S2 Ketahanan Nasional UI Komjen Pol. Dr. Marthinus Hukom, M.Si., Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Hasanuddin Prof. Sukri Palutturi, SKM, M.Kes., MSc.PH, Ph.D., Direktur PAM Jaya DKI Jakarta (Alumni S2 Ketahanan Nasional UI) Bapak Arief Nasrudin, M.Si., Guru Besar Universitas Andalas Prof. Nursyirwan Effendi, Dr.rer.soz., dan Komite Guru Besar UI Prof Dr. Lydia Freyani Hawadi. (SP/BIA)