Cetak

Lemhannas RI Selenggarakan FGD Jurpat Tentang Percepatan Penurunan Stunting

Guna mempercepat penurunan stunting, Lemhannas RI selenggarakan Focus Group Discussion (FGD) kajian urgen dan cepat (jurpat) yang membahas optimalisasi keterpaduan kebijakan dan implementasi program lintas pemangku kepentingan pada Rabu (7/6), di Ruang Kresna, Gedung Astagatra Lantai 4, Lemhannas RI.

Stunting atau gagal tumbuh masih menjadi masalah besar di Indonesia yang harus segera diselesaikan. Dampak stunting tidak hanya terkait dengan kondisi fisik anak, tetapi juga berdampak pada kualitas sumber daya manusia (SDM), kesehatan, dan kemampuan berpikir anak. Hal tersebut sangat menentukan kualitas generasi pemuda penerus bangsa.

Sejalan dengan hal tersebut, Presiden Joko Widodo menegaskan bahwa target penurunan angka stunting sebesar 14% harus dicapai pada tahun 2024 mendatang. Salah satu upaya yang dilakukan dalam percepatan penurunan stunting adalah peningkatan kualitas pelayanan kesehatan ibu hamil.

“Oleh karena itu, penting untuk meningkatkan program perawatan ibu hamil baik dalam penurunan angka kematian ibu maupun dalam upaya mengurangi stunting pada balita,” kata Deputi Bidang Pengkajian Strategik Lemhannas RI saat menyampaikan sambutannya.

Keterlibatan pemerintah pusat, pemerintah daerah, lembaga kesehatan, dunia usaha, masyarakat, akademisi, dan organisasi non-pemerintah sangat diperlukan untuk berkolaborasi dalam merancang kebijakan yang holistik dan terpadu. Koordinasi antar lembaga juga perlu ditingkatkan agar semua program dan kegiatan terkait penurunan stunting dapat berjalan secara harmonis.

Dalam kesempatan tersebut, Tenaga Profesional Bidang Sosial Budaya Lemhannas RI Dra. Dwi Hernuningsih, M.Si. selaku fasilitator FGD tersebut, menyampaikan bahwa stunting masih menjadi tugas besar khususnya dalam menuju Indonesia emas 2045. Dirinya menilai bahwa untuk menuju Indonesia emas 2045 diperlukan sumber daya manusia (SDM) unggul sesuai konteks dan tantangan yang nanti akan terjadi. “Tidak boleh ada tentu saja keluarga kita, anak kita yang tertinggal dan (agar) bisa berpartisipasi, berkontribusi besar dalam mewujudkan Indonesia emas 2045,” tegasnya.

FGD tersebut menghadirkan narasumber dari berbagai ahli, yakni Deputi Bidang Koordinasi Peningkatan Kualitas Kesehatan Dan Pembangunan Kependudukan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK) RI Ir. Yohanes Baptista Satya Sananugraha, M.Eng., Deputi Advokasi, Penggerakan, dan Informasi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) RI Drs. Sukaryo Teguh Santoso, M.Pd., PLT. Direktur Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kementerian Kesehatan RI dr. Lovely Daisy M.K.M., Direktur Sanitasi Ditjen Cipta Karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) RI Ir. Tanozisochi Lase, M.Sc., dan Tenaga Ahli Local Government Capacity Building For Acceleration of Stunting Reduction (LGCB-ASR) Bapak Widodo.

Pada kesempatan tersebut, Sukaryo Teguh Santoso menyampaikan lima pilar dalam strategi nasional percepatan penurunan stunting. Lima pilar tersebut adalah peningkatan komitmen dan visi kepemimpinan di kementerian/lembaga, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota, dan pemerintah desa, lalu peningkatan komunikasi perubahan perilaku (KPP) dan pemberdayaan masyarakat, kemudian peningkatan konvergensi intervensi spesifik dan intervensi sensitif di kementerian/ lembaga, pemerintah daerah provinsi, pemerintah daerah kabupaten/kota, dan pemerintah desa, lalu peningkatan ketahanan pangan dan gizi pada tingkat individu, keluarga, dan masyarakat serta penguatan dan pengembangan sistem, data, informasi, riset, dan inovasi.

Fokus pada pilar kedua yakni tentang peningkatan komunikasi perubahan perilaku (KPP) dan pemberdayaan masyarakat, Sukaryo Teguh Santoso membahas strategi peningkatannya, mulai dari melaksanakan kampanye dan komunikasi perubahan perilaku yang berkelanjutan, melakukan penguatan kapasitas institusi dalam komunikasi perubahan perilaku untuk penurunan stunting dan melakukan penguatan peran organisasi keagamaan dalam KPP.

Guna mendukung target penurunan angka stunting sebesar 14% yang harus dicapai pada tahun 2024 mendatang, Sukaryo Teguh Santoso menyampaikan tiga strategi yang dilakukan BKKBN RI, yakni meningkatkan pelaksanaan kampanye nasional stunting khususnya terkait ASI Eksklusif, stop buang air besar sembarangan (BABS), dan gerakan memasyarakatkan makan ikan (GEMARIKAN), lalu memastikan bantuan sosial tepat sasaran dan dikonsumsi oleh sasaran dengan memastikan pendampingan, serta memastikan pemberian makanan tambahan (PMT) dikonsumsi oleh keluarga berisiko stunting melalui dukungan pendanaan dari bantuan operasional Kesehatan, dana desa, program keluarga harapan (PKH), BAAS/bantuan sosial, dan pendampingan.

Narasumber lainnya dr. Lovely Daisy M.K.M. menyampaikan gerakan dan layanan yang dilakukan pencegahan stunting. Gerakan dan layanan pertama, yakni aksi bergizi yang sasarannya adalah remaja (siswa-siswi SMP/sederajat dan SMA/sederajat). Kegiatan yang dilakukan adalah screening anemia, olahraga pagi, sarapan bersama, dan mengonsumsi tablet tambah darah.

Gerakan dan layanan kedua, yaitu bumil sehat yang sasarannya adalah ibu hamil. Kegiatan yang dilakukan adalah pemeriksaan kehamilan, mengonsumsi tablet tambah darah, mengonsumsi makanan tambahan, dan mengadakan kelas ibu hamil. Lalu gerakan dan layanan ketiga adalah posyandu aktif yang sasarannya kader, balita, serta ibu dan keluarga balita. Kegiatan yang dilakukan adalah pembelian alat antropometri untuk posyandu, pelatihan kader, dan pemberian makanan tambahan yang kaya protein hewani.

Lebih lanjut dijelaskan Lovely Daisy, gerakan dan layanan keempat, yakni jambore kader yang sasarannya adalah kader kesehatan. Kegiatan yang dilakukan adalah jambore kader, lomba kader terampil dan lomba posyandu. Kemudian gerakan kelima, yakni cegah stunting itu penting yang sasarannya adalah semua kalangan. Kegiatan yang dilakukan adalah produksi konten, melakukan edukasi di berbagai platform (radio, televisi, media cetak, dan media sosial), talkshow, seminar, podcast, storyline film, dan penyuluhan.

Terakhir gerakan dan layanan keenam, yakni kampanye protein hewani cegah stunting yang sasarannya adalah ibu hamil, ibu menyusui, dan balita. Kegiatan yang dilakukan adalah cooking class menu kaya protein hewani untuk ibu hamil, ibu menyusui, dan makanan pendamping ASI (MPASI), lalu menyampaikan informasi pentingnya protein hewani setiap makan dan menyampaikan pedoman “Isi Piringku” yang kaya protein hewani. (SP/BIA)