Gubernur Lemhannas RI Melakukan Kunjungan Kerja ke Rusia

“Adikuasa dunia selanjutnya adalah konektivitas,” kata Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhannas RI) Andi Widjajanto. Hal tersebut disampaikan Gubernur Lemhannas RI saat menghadiri pembukaan The 19th Annual Meeting of the Valdai Discussion Club and Presentation of the Valdai Club Report “A World Without Superpowers”, pada Senin, 24 Oktober 2022 bertempat di Moskow, Rusia.

Sebagai informasi, Gubernur Lemhannas RI melakukan kunjungan kerja ke Rusia selama empat hari, yakni sejak Senin, 24 Oktober 2022 sampai Kamis, 27 Oktober 2022 guna menghadiri The 19th Annual Meeting of the Valdai Disussion Club 2022 yang mengusung tema “A Post-Hegemonic World: Justice and Security for Everyone”.

Mengawali paparannya pada sesi Presentation of the Valdai Club Report “A World Without Superpowers”, Gubernur Lemhannas RI menyampaikan bahwa saat ini dunia memasuki evolusi Geopolitik V. Era Geopolitik V merupakan era konektivitas global, era rantai pasok global. Pada era ini, sumber konflik lebih berkaitan dengan sumber-sumber strategis seperti kemampuan untuk mengembangkan teknologi baru dan kapasitas untuk membangun jaringan global.

Terkait hal tersebut, saat ini sudah terlihat beberapa inisiasi global yang mencoba menciptakan konektivitas global. Inisiasi global sudah mulai berkembang sejak abad ke-20 dengan kerangka globalisasi perdagangan bebas. Melalui proyek tersebut, para inisiator mencoba menciptakan sebuah desa global dan sekarang diikuti oleh beberapa inisiasi. Pertama, Belt and Road Initiative dari Tiongkok yang ditantang oleh Indo-Pacific Economic Framework yang diusulkan oleh Amerika Serikat pada November 2021. Selain itu ada inisiasi dari Rusia untuk mengamankan rantai pasok pangan dan energi dengan membangun The International North-South Transport Corridor. Inisiasi terbaru saat ini adalah Global Development Initiative dan Global Security Initiative yang diusulkan oleh Presiden Tiongkok Xi Jinping pada Agustus 2022.

Namun, konektivitas global ini menimbulkan perselisihan dan pemisahan dunia. Gubernur Lemhannas RI memandang hal tersebut sebagai teka-teki yang harus dipecahkan. “Proyek konektivitas global menimbulkan kekacauan rantai pasok. Fraktur ini bisa dilihat pada persaingan teknologi antara Amerika dan Tiongkok yang meningkat menjadi perang perdagangan. Ketegangan wilayah antara Rusia dan Barat di Krimea, Georgia, dan Ukraina, meningkatnya ketegangan antara Amerika dan Tiongkok atas Taiwan, dan akhirnya kekacauan energi di Eropa,” ujar Gubernur Lemhannas RI.

Fraktur yang terjadi juga dinilai dapat meningkatkan risiko pada domain maritim. Menurut Gubernur Lemhannas RI, perlu adanya jaminan kebebasan navigasi. “Kita harus melindungi aliran bebas perdagangan, rantai global pada choke point maritim global,” tutur Gubernur Lemhannas RI. Seperti diketahui, beberapa choke point maritim global berada di lautan Indonesia.

Sumber lain fraktur global saat ini bisa dilihat pada domain teknologi. Inti dari konektivitas global adalah kemajuan teknologi baru, khususnya pengawasan maritim, ruang angkasa, siber, dan kecerdasan buatan. Pada domain geo-tech juga bisa terlihat persaingan yang sengit antara beberapa negara di dunia.

Mencermati fraktur yang terjadi di atas, Gubernur Lemhannas RI menyampaikan rekomendasi skenario terbaik. “Skenario terbaik tentunya adalah kolaborasi global,” kata Gubernur Lemhannas RI. Pada era rantai pasok global saat ini, proyek infrastruktur global menimbulkan kekacauan rantai pasok. Proyeksi kekuatan dari kekuatan besar juga menunjukkan peningkatan persaingan global yang menyebabkan resesi ekonomi global.

Gubernur Lemhannas RI menyadari bahwa Indonesia perlu melakukan transformasi ekonomi. “Indonesia harus bergerak maju untuk menyesuaikan kerangka baru ekonomi hijau dan ekonomi biru digital. Indonesia juga harus menyelesaikan proses politik konsolidasi demokrasi dengan melaksanakan dua pemilihan umum pada tahun 2024 dan 2029,” ujar Gubernur Lemhannas RI. Guna mencapai tujuan tersebut, yang dibutuhkan oleh Indonesia bukan tekanan adikuasa, bukan proyeksi kekuatan dari kekuatan hegemoni, bukan penyebaran kapal selam nuklir di perairan Indonesia.

Namun, yang dibutuhkan adalah kolaborasi global untuk pulih lebih cepat, bangkit lebih kuat, baik dari resesi ekonomi maupun pandemi Covid-19. Oleh karena itu, perlu dirancang solusi jangka pendek untuk memitigasi tiga potensi krisis, yakni krisis energi, krisis pangan, dan krisis finansial. “Kita perlu menginisiasi sebuah proyek global yang menghubungkan semua proyek infrastruktur global yang saat ini memisahkan dunia. Kita perlu menciptakan rantai pasok global yang lebih kuat. Kita perlu menciptakan jaringan global yang lebih kuat. Jadi, adikuasa dunia selanjutnya adalah konektivitas,” pungkas Gubernur Lemhannas RI. (NA/CL)



Hak cipta © 2024 Lembaga Ketahanan Nasional RI. Semua Hak Dilindungi.
Jl. Medan Merdeka Selatan No. 10 Jakarta 10110
Telp. (021) 3451926 Fax. (021) 3847749