Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhannas RI) Andi Widjajanto menjadi narasumber dalam Musyawarah Nasional Badan Koordinasi Mubaligh Indonesia (Bakomubin) bertempat di Hotel Aryaduta pada Sabtu, 26 Februari 2022.
Di hadapan para Mubaligh, Gubernur Lemhannas menyoroti mengenai antisipasi perang di masa depan serta mewaspadai konflik di kawasan manapun. “Konflik di kawasan manapun akan berdampak ke Indonesia. Untuk Indonesia, kita tidak bisa lagi mengatakan apa yang terjadi di kawasan lain tidak ada pengaruhnya ke Indonesia,” jelas Gubernur Lemhannas RI. Sebagai contoh konflik antara Rusia dan Ukraina, jika berkepanjangan maka dapat berpengaruh pada harga BBM di Indonesia.
Pada pada 5 Oktober 2020 -saat peringatan 75 Tahun TNI- Presiden RI mengingatkan Kemenhan RI dan TNI untuk bersiap mengantisipasi perang masa depan. Mengutip Presiden RI, perang masa depan akan berkarakter teknologi karena teknologi sudah berkembang sangat pesat.
“Perang yang berkarakter teknologi diperkirakan memang hanya memakan waktu singkat, tapi memiliki daya hancur yang luar biasa. Dinilai perang juga akan semakin kompleks dan mengarah ke perang hibrida,” kata Gubernur Andi.
Untuk menuju Indonesia 2045, Gubernur Lemhannas menyampaikan, sinergi dan peran para mubaligh sangat dibutuhkan untuk ikut memikirkan masa depan bangsa ini. Peran para Mubaligh akan menjadi sangat relevan untuk masuk dalam beberapa variabel seperti dalam berpikir tentang demokrasi, berpikir tentang ekonomi, berpikir tentang infrastruktur, berpikir tentang demografi, berpikir tentang pertahanan, dan berpikir tentang budaya strategis. “Antara lain melalui Nilai-Nilai Kebangsaan yang sejalan, bahkan diperkuat, dengan nilai-nilai agama,” kata Gubernur Lemhannas RI.
Masalah Utama Indonesia : Separatisme dan Ideologi Radikal
Pada kesempatan tersebut, Gubernur Lemhannas RI juga menyampaikan dua masalah utama yang dihadapi di Indonesia, yakni separatisme dan masalah ideologi radikal yang memunculkan aksi teror. Gubernur Lemhannas RI menjelaskan mengenai aksi teror, dimana aksi teror tidak identik dengan agama tertentu.
“Aksi teror itu muncul karena ada kelompok eksklusif yang berusaha memonopoli kebenaran dan tidak ragu-ragu melakukan aksi kekerasan yang menimbulkan rasa takut untuk mencapai tujuan. Itulah teror dan bisa dilakukan oleh beragam kelompok,” tutur Gubernur Lemhannas RI.
Menurut Gubernur Lemhannas RI, menjadi tugas bersama untuk mengatasi center of gravity terror. Dalam kajian teror, center of gravity terror bukanlah organisasinya dan juga bukan pemimpinnya karena walaupun organisasinya berubah dan kepemimpinannya berganti, aksi teror akan tetap ada. “Center of gravity terror adalah keyakinan ideologis, monopoli kebenaran yang kemudian mengesahkan kekerasan untuk menyebarkan ketakutan,” ujar Gubernur Lemhannas RI. Selama center of gravity terror tidak bisa diatasi, maka selama itu juga aksi teror akan terus berlanjut. Gubernur Lemhannas RI menekankan bahwa dalam hal tersebut peran dari para Mubaligh dan pemuka agama sangat besar.