Cetak

Personel Lemhannas RI Maknai Peringatan Isra Mi'raj secara Mendalam

Peringatan Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW 1439 H yang diselenggarakan Lemhannas RI berlangsung khidmat dengan menghadirkan penceramah Prof. Dr.K.H. Nasaruddin Umar, M.A. Imam Besar Masjid Istiqlal, di Auditorium Gadjah Mada, Gd. Pancagatra Lemhannas RI (18/4). Kegiatan ini dihadiri oleh Gubernur Lemhannas RI Letjen (TNI) Purn Agus Widjojo, didampingi Wagub, Sestama dan Deputi Pendidikan Tingkat Nasional, Peserta PPRA LVII, serta seluruh personel Lemhannas RI. Mengangkat tema “Perjalanan Agung Rasulullah SAW yang Penuh Makna”, para peserta diajak untuk mengingat kembali peristiwa penting ketika Rasulullah SAW menerima perintah dari Allah SWT untuk melakukan salat lima waktu.  


Agus Widjojo dalam sambutannya mengatakan bahwa Isra dan Mi'raj merupakan dua peristiwa yang sesungguhnya berbeda namun sering kali dianggap sama. "Isra adalah peristiwa diberangkatkannya Rasulullah dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa, sedangkan Mi'raj adalah peristiwa pada saat Rasulullah dinaikkan langit sampai ke Sidratul Muntaha," ujar Agus Widjojo.  Disamping itu Agus Widjojo juga berpesan kepada para peserta ceramah agar dapat menjadikan kemajemukan yang ada di Indonesia untuk dikelola dengan baik dan dijadikan sebagai pemersatu. "Dalam membangun kehidupan bermasyarakat, saya mengajak untuk menjunjung tinggi kemajemukan, yang ditafsirkan atas nilai persaudaraan dan menghormati antar sesama sebagai modal utama membangun persaudaraan," ujarnya.  


Menurut Ustad Nasaruddin istilah Isra bermakna perjalanan horizontal, dan Mi'raj berarti perjalanan vertikal. Hal tersebut seperti yang terkandung dalam surah Al-Isra yang diawali dengan kata Subhanna yang berarti Maha Suci, dan terdapat sesuatu yang tidak bisa dicerna secara akal, melainkan perlu keyakinan dalam mencernanya. "Asra dalam bahasa Arab artinya memperjalankan atau diperjalankan, bukan atas kehendak Nabi sendiri.  Asra disini undangan Allah, dan  Nabi diundang oleh Allah untuk Miraj keatas," jelasnya.  


Ustad Nasaruddin menjelaskan bahwa di dalam Al-Quran peristiwa yang menggambarkan Isra Mi'raj terletak di dalam surah Al-Isra yang diapit oleh dua surah yakni An-Nahl dan Al-Kahfi.  "Isra Mi'Raj dalam Al-Quran tertulis dalam surah Al-Isra yang bermakna puncang gunung, dan diapit oleh dua surah yakni An-Nahl yang isinya berbicara tentang kecerdasan intelektual dan surah Al-Kahfi yang berbicara mengenai kecerdasan spiritual. Penempatan surah dalam Al-Quran sangat sistematis dalam psikologis intelektual," ujarnya. Selain itu Ia juga mengungkapkan fakta menarik tentang surah-surah yang terdapat dalam Al-Quran yang penamaannya didominasi oleh nama-nama hewan betina maupun hal-hal yang bersifat feminim. "Ada keunikan dalam Al-Quran yang banyak tidak orang tahu,  kenapa yang dijdikan nama surah yaitu binatang-binatang betina? Di dalam Al-Quran juga melukiskan bahwa kekuatan itu terletak pada feminim. Tidak harus berjenis kelamin perempuan,  ada laki-laki tapi lebih tampil feminim daripada perempuan itu sendiri. Yang dimaksud feminim disini adalah kelembutan dan bukan feminis," tegasnya.  


Ia mengungkapkan sebuat kalimat menarik yakni the feminim is the super power, bahwa jika seseorang ingin mencapai puncak bukan dengan cara-cara yang jantan melainkan dengan kelembutan. "Yang menghiasi Al-Quran itu nama-nama kelembutan. Rasulullah pernah berkata contohlah ahlaq Allah SWT yang lebih menonjol sebagai Yang Maha Lembut. Selain itu setiap surah selalu diawali dengan Bismillahirahmannirahim (Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang)," ujarnya.  Solat itu sesungguhnya merupakan Mi'rajnya orang-orang beriman, dan seorang hamba yang beriman juga bisa melakukan Miraj. "Pada saat kita solat, kita menjadi feminim. Dirikanlah solat untuk mengingat Aku,  ketahuilah ketika kalian mengingat Aku maka hati kalian akan menjadi tenang,  tentram," ujar Ustad Nasaruddin sembari membacakan makna surat Al-Isra.