PPRA LVII Belajar Analisis Ancaman Ketahanan Nasional Hingga Tahun 2045

Dewan Analis Strategis Badan Intelijen Negara (BIN) Letjen TNI (Purn) Muhammad Munir memberikan ceramah yang dilanjutkan dengan kegiatan diskusi tanya jawab terkait Ancaman Militer dan Nir Militer terhadap Keamanan Nasional Indonesia dengan mengangkat fokus judul Perspektif Ancaman Menuju Indonesia 2045, kepada para peserta PPRA LVII di ruang NKRI Gd. Pancagatra Lemhannas RI, Kamis (3/5) pagi selama kurang lebih dua jam.

 

Berbicara mengenai ancaman, memang sudah menjadi domain BIN sebagai strata tertinggi di Indonesia. “BIN itu sebagai mata dan telinganya negara, kami melakukan deteksi dini terhadap potensi yang mungkin terkandung di setiap dinamika lingkungan, baik global, regional maupun nasional,” ujar Munir.

 

Pada ceramahnya kali ini, lelaki yang juga Alumni PPSA XVIII Lemhannas RI ini mengajak para peserta untuk berpikir kedepan dan selalu waspada terhadap berbagai potensi ancaman yang bisa terjadi kapan saja.

 

“Saya mengingatkan kalian yang nantinya akan menduduki jabatan strategis sebagai kader negarawan, agar informasi yang saya sampaikan bisa menjadi bahan perenungan. Karena yang namanya memprediksi sesuatu yang akan terjadi itu tidak mudah, dan hanya Tuhan yang mengetahui. Namun kita dalam hal ini BIN selalu membuat analisa setiap dinamika perkembangan untuk memformulasikan kira-kira apa ancaman yang berpotensi mungkin akan terjadi,” ujarnya.

 

Menurut teori ancaman dibedakan menjadi dua, yakni ancaman Militer dan ancaman Nir Militer. Yang dimaksud dengan ancaman militer yaitu ketika musuh melakukan strategi teknik dan taktik secara militeristik.

 

“Menurut analisa kita, ancaman militer Indonesia dalam waktu dekat kemungkinan terjadi sangat kecil. Jangka waktu sedang juga masih kecil, dan jangka panjang lebih dari 10 tahun keatas juga masih belum terlihat. Tetapi bukan berarti ancaman militer itu tidak ada,” katanya.

 

Sedangkan yang dimaksud dengan ancaman Nir Militer, seperti core Lemhannas yakni yang termasuk dalam Delapan Gatra (Ipoleksosbud Hankam). Munir memaparkan beberapa faktor yang dinilai memiliki pengaruh dominan terhadap ketahanan nasional Indonesia seperti, Lingkungan Strategis dimana selalu terjadi dinamika geopolitik baik lingkup global, regional maupun nasional, lalu perkembangan cyberspace, salah satu dampak dari perkembangan Tekonologi Komunikasi dan Komunikasi adalah Revolusi Industri 4.0.

 

Keamanan dalam negeri seperti human security juga menjadi salah satu faktor, lalu Pembangunan kekuatan Militer, Paradigma Pengelolaan SDA, Pertumbuhan Ekonomi, Gatra Sosial Budaya fenomena post-truth society, hingga Konsolidasi Demokrasi dan Diplomasi antar negara.


Munir juga berbicara terkait beberapa isu strategis lingkup global, regional maupun nasional. Dimana isu global meningkatkan ketidakpastian perekonomian dan kondisi politik antar negara, seperti efek terpilihnya Donald Trump, Konflik Suriah, Imigran di Eropa, Nuklir di Korea Utara hingga gerakan ISIS. Sedangkan isu regional seperti kebangkitan China sebagai kekuatan baru dunia, konflik klaim China atas sebagian besar Laut China Selatan, posisi Indonesia dalam ASEAN dan tekanan Melanesian Sparehead Group (MSG) terkait Papua.

 

“Isu nasional, seperti isu SARA, kita menyadari negara ini dengan penduduk yang majemuk dimana potensi konflik horizontal itu mungkin saja bermunculan. Saya ingatkan kepada para peserta PPRA LVII yang nantinya akan menduduki jabatan strategis, jangan lupa menjadi seorang pemimpin yang nasionalis, karena SARA ini dampaknya sangat besar sekali,” tegasnya.


BIN sejauh ini telah membuat matriks ancaman yang diprediksi hingga tahun 2045, di antaranya intervensi asing berupa kontrol sumber daya dan ekonomi, perebutan sumber daya alam, terorisme, intervensi dalam sistem demokrasi, serta serbuan teknologi asing. Sedangkan dalam bentuk sumber daya seperti terjadi lonjakan penduduk, tingginya jumlah pengangguran, terjadi krisis energi, arus tenaga kerja ASEAN, ketersediaan pangan, minimnya kreativitas dan inovasi di daerah pedesaan, terjadinya salah arah dalam investasi SDM hingga ketimpangan ekonomi.

 

Kemudian dari aspek ideologi dan politik seperti dijelaskan oleh Munir di antaranya terdapat beberapa ancaman seperti individualisme atau selfisme, paham radikalisme hingga rasialisme, SARA, komodifikasi keagamaan, sifat apatisme, separatisme, populisme agama hingga yang terdekat yakni penyelenggaraan Pilpres 2019.

 

“Pilpres 2019 akan menonjolkan politik identitas, dimana kelompok-kelompok tertentu akan mengusung jargon-jargon yang bersifat politik identitas. Pilpres 2019 juga berpotensi menjadi ancaman, sejauh tidak ditunggangi oleh kepentingan dari luar, masih bisa terukur, tetapi kalau sudah ditunggangi oleh kepentingan dari luar untuk masuk, bisa menjadi ancaman yang paling kritis,” kata Munir.



Hak cipta © 2024 Lembaga Ketahanan Nasional RI. Semua Hak Dilindungi.
Jl. Medan Merdeka Selatan No. 10 Jakarta 10110
Telp. (021) 3451926 Fax. (021) 3847749