Wakil Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhannas RI) Marsdya TNI Wieko Syofyan didampingi Tenaga Profesional Bidang SKA dan Ketahanan Nasional Lemhannas RI Prof. Dr. Ir. Dadan Umar Daihani, D.E.A. dan Kepala Biro Kerja Sama dan Hukum Lemhannas RI Laksma TNI Sri Widodo, S.T., CHRMP serta Perencana Ahli Madya Direktorat Pertahanan Keamanan Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Firdini melakukan audiensi dengan Lembaga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP) bertempat di Gedung Arimurti, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan (BPPK) Purnawarman, Jakarta, Jumat (7/5). Dalam kesempatan tersebut, LPDP dipimpin langsung oleh Direktur Utama LPDP Andin Hadiyanto yang didampingi oleh Direktur Keuangan dan Umum LPDP Emmanuel Agust Hartono dan Direktur Beasiswa LPDP Dwi Larso.

Mengawali audiensi, Wakil Gubernur Lemhannas RI Marsdya TNI Wieko Syofyan menyampaikan ucapan terima kasih atas kesempatan audiensi yang diberikan. Selanjutnya, Wieko menjelaskan bahwa Lemhannas RI di samping merupakan suatu Lembaga Pemerintah Non Kementerian yang berada langsung di bawah Presiden, memiliki tugas sebagai lembaga pendidikan untuk calon-calon pimpinan bangsa. “Dapat dikatakan bahwa Lemhannas RI menjadi salah satu lembaga yang memiliki tanggung jawab untuk membentuk karakter seorang pemimpin nasional. Oleh karena itu, Lemhannas RI berharap dapat semakin memaksimalkan program Lemhannas-Inter Universities Network (L-IUN),” ujar Wieko.

“Kami mendapat informasi bahwa ini semua sudah diarahkan ke LPDP untuk kegiatan beasiswa pasca sarjana S2. Kami juga membuat komunikasi dengan pihak Bappenas, bahwa kegiatan kerja sama program pasca sarjana S2 untuk ketahanan nasional di Bappenas merupakan satu prioritas,” ujar Wieko.

“Kami di Bappenas mendukung Lemhannas RI, melalui L-IUNnya, untuk bisa mendapatkan dukungan pembiayaan menggunakan mekanisme LPDP,” kata Perencana Ahli Madya Direktorat Pertahanan Keamanan Kementerian PPN/Bappenas Firdini. Lebih lanjut Firdini menyampaikan bahwa program tersebut berhubungan dengan Prioritas Nasional nomor tiga, yakni pembangunan Sumber Daya Manusia yang berkualitas dan berdaya saing. Firdini berpendapat bahwa pembangunan Sumber Daya Manusia yang memiliki pemahaman substansi terkait ketahanan nasional sangat dibutuhkan.

Direktur Beasiswa LPDP Dwi Larso dalam kesempatan tersebut menjelaskan bahwa LPDP menyelenggarakan 3 jenis beasiswa. Pertama untuk publik yang terbuka untuk umum di mana setiap warga negara boleh mengikuti seleksi dan akan diarahkan kepada universitas-universitas terbaik di dunia maupun di Indonesia. Kedua adalah jenis dengan target yang mengarah kepada area-area yang dianggap memberikan dampak langsung bagi pembangunan bangsa, seperti profesi PNS, TNI, Polri, dan pelaku-pelaku kewirausahaan. “Saya pikir ini nanti programnya Lemhannas RI saat ini masuk juga di area-area seperti ini, di mana kita menarget spesifik sasaran kemudian memberikan pengayaan,” kata Dwi.

Menurut Dwi, Lemhannas RI dapat memberikan pengayaan tentang ketahanan nasional yang berbeda dengan siswa-siswa yang reguler sehingga ada pengayaan silang antaruniversitas. “Ini menurut saya program-program yang memang harus kita arahkan untuk prioritas,” ujar Dwi. Jenis beasiswa ketiga adalah jenis afirmasi yang terdiri dari difabel, prasejahtera, dan daerah-daerah yang perlu diafirmasi untuk mengurangi kesenjangan.

Pada kesempatan tersebut Direktur Keuangan dan Umum LPDP Emmanuel Agust Hartono menyampaikan beberapa catatan agar program tersebut dapat sejalan dengan skema LPDP, seperti apakah program ini akan terbuka untuk umum atau kekhususan dengan membutuhkan persetujuan dari dewan penyantun dan hal lainnya. Emmanuel juga menyampaikan bahwa agar data-data dapat disusun lebih dalam sehingga tercipta konsep yang tepat.


Founder of Foreign Policy Community of Indonesia (FPCI) Dr. Dino Patti Djalal memberikan ceramah kepada peserta Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) 62, Rabu (5/5). Pada kesempatan tersebut, Dino mengangkat topik Indonesia dan Keamanan Global: Mengarungi Dunia Sarat Ancaman dan Peluang.

Memulai paparannya, Dino menyampaikan bahwa saat ini dunia masuk dalam masa yang dinamakan perang dingin kedua atau bisa juga disebut sebagai hot peace. “Tidak sama dengan perang dingin dulu, tapi tetap saja diwarnai oleh rivalitas,” kata Dino. Beberapa ciri hot peace adalah adanya pergeseran kekuatan, rivalitas strategis, persaingan pengaruh politik, zero sum mindset, dan proxy war (perang proksi). Satu hal yang menonjol adalah perang proksi yang saat ini lebih marak dibanding perang konvensional.

“Sekarang ini ancaman non-tradisional itu lebih menonjol dari ancaman konvensional,” ujar Dino. Hal yang lebih mengancam saat ini adalah health security, environmental security, climate security, dan cyber security. Menurut Dino, ancaman non-tradisional sudah dibicarakan sebelumnya, tapi lebih sebagai teoretis dan konseptual. Pandemi Covid-19 membuktikan bahwa ancaman non-tradisional lebih dominan dan perlu dijadikan refleksi untuk mengkaji apa lagi ancaman tradisional yang akan muncul. “Kita perlu suatu kemampuan untuk benar-benar mengkaji kembali konsep pertahanan kita, keamanan kita, agar bisa lebih adaptif terhadap ancaman-ancaman baru dan real ini,” ujar Dino.

“Ancaman yang kita hadapi sebagian besar adalah ancaman di mana pengalaman kita masih minim dan belum sepenuhnya siap untuk menghadapinya,” ujar Dino. Dino berpendapat bahwa pandemi Covid-19 adalah salah satu contoh terbaik. Ancaman tersebut jelas, sangat nyata, dan menjadi pandemi. Namun, ancaman tidak hanya datang dari pandemi Covid-19 saja, tapi juga masalah siber dan ancaman iklim juga harus diwaspadai. Bahkan Dino berpendapat bahwa ancaman iklim adalah ancaman terbesar bagi bangsa Indonesia sepanjang sejarah dan ancaman bagi seluruh umat manusia. Namun, pemerintah dirasa belum sadar sepenuhnya atas hal tersebut. “Susah kita membayangkan keamanan, ketahanan, dan keselamatan bangsa Indonesia kalau kita menganggap remeh apalagi tidak memedulikan masalah climate security, yang merupakan biang dari segala masalah,” ujar Dino.

Lebih lanjut Dino menjelaskan nasionalisme Indonesia terbentuk karena harus melawan penjajah yang merupakan musuh.  Namun, realita saat ini Indonesia tidak mempunyai musuh bahkan dipandang sebagai strategic prize. Karena negara mana pun yang berseteru, posisi Indonesia tidak dianggap sebagai negara yang perlu ditaklukkan, tapi dianggap sebagai negara yang harus dirangkul agar bisa berhubungan baik. “Posisi strategis kita perlu dipahami dengan jelas sekali,” kata Dino.

Dino berpendapat bahwa hal tersebut merupakan perkembangan strategik yang paling penting dalam beberapa dekade terakhir. “Posisi kita adalah posisi ideal sekarang,” ujar Dino. Oleh karena itu, politik bebas aktif menjadi sangat penting. Menurut Dino, saat kehilangan politik bebas aktif, Indonesia akan kehilangan strategic prize yang sangat unggul dan menguntungkan Indonesia. “Intinya adalah kita harus cerdik sekarang,” ujar Dino.


Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhannas RI) melaksanakan Upacara Ziarah Rombongan dalam rangka Hari Ulang Tahun ke-56 Lemhannas RI bertempat di Taman Makam Pahlawan Nasional Utama Kalibata, Rabu, (5/3). Dilaksanakan ditengah pandemi Covid-19, kegiatan tersebut hanya dihadiri oleh perwakilan pimpinan Lemhannas RI, perwakilan personel Lemhannas RI, dan perwakilan pengurus Persatuan Istri Anggota (Perista) Lemhannas RI.

Upacara Ziarah Rombongan tersebut dipimpin langsung oleh Gubernur Lemhannas RI Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo. Dalam upacara tersebut, dilakukan penghormatan kepada arwah pahlawan, mengheningkan cipta, dan peletakan karangan bunga.

Setelah upacara selesai, Gubernur Lemhannas RI Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo didampingi oleh Wakil Gubernur Lemhannas RI Marsdya TNI Wieko Syofyan serta sejumlah Pejabat Tinggi Lemhannas RI melakukan doa dan tabur bunga ke beberapa makam pahlawan, di antaranya adalah A. Yani, RD. Suprapto, M.T. Harjono, S. Parman, dan Gubernur Lemhannas pada masa Kabinet Dwikora I R. Wilujo Puspojudo. Pada waktu bersamaan, perwakilan pengurus Perista Lemhannas RI juga melakukan doa dan tabur bunga ke makam Ibu Negara periode 1998-1999 Hasri Ainun Habibie. Setelah itu, rombongan perwakilan pimpinan dan perwakilan pengurus Perista Lemhannas RI bertolak ke TPU Tanah Kusir guna melakukan doa dan tabur bunga di makam Ibu Ninik Agus Widjojo.


Direktur Pengkajian Ideologi dan Politik Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhannas RI) Drs. Berlian Helmy, M.Ec. menjadi pembicara dalam Seminar “Nasionalisme, Semangat Kebangsaan, Pertahanan dan Gotong Royong dalam Membangun Negeri” yang diselenggarakan oleh Podomoro University, Selasa, 4 Mei 2021.

“Negara kita sedang memerlukan perubahan mental dalam pemikiran kita, dalam wawasan kita, untuk bisa bertransformasi diri menuju sebuah bangsa yang unggul” kata Berlian. Lebih lanjut Berlian menjelaskan pentingnya menjadi bangsa yang unggul, karena saat ini peta persaingan global sangat deras dan kompleks, sehingga jika tidak melakukan perubahan mental maka akan tergerus dengan bangsa-bangsa lain. Oleh karena itu, Berlian menyampaikan bahwa bangsa Indonesia harus pandai, cerdas, cermat dan cerdik dalam merespons dinamika perubahan lingkungan eksternal secara lebih sistematis dan lebih intelektual.

Pada kesempatan tersebut, Berlian juga menyampaikan bahwa dalam era kekinian, nasionalisme tidak bisa hanya dipandang sebagai nasionalisme sempit yang menutup diri dan mengasingkan diri. Berlian menjelaskan bahwa nasionalisme dalam era kini secara pikiran lebih terbuka dan memperkaya diri terhadap nilai-nilai luar yang memperkaya khazanah nilai-nilai kebangsaan dan menambah pengembangan diri dalam nilai-nilai peradaban sehingga menjadikan bangsa nasionalis yang maju ke depan dan unggul dalam segala hal. “Oleh karena itu nasionalisme tidak hanya cukup jika wujud pemikiran dan jiwa nasionalis kita tidak didukung semata-mata dengan dasar semangat kebangsaan,” ujar Berlian.

Menurut Berlian jiwa semangat nasionalisme yang tinggi jika tidak diimbangi dengan rasa nilai kebangsaan yang seimbang hanya akan menghasilkan nasionalisme semu dan nasionalisme fiktif yang hanya ada dalam angan-angan dan tidak menjiwai ke dalam jiwa. Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa nasionalisme dan kebangsaan adalah dua hal yang saling berkaitan satu sama lain.

Berlian berpendapat bahwa sebagai generasi penerus, mahasiswa yang menjadi peserta dalam seminar tersebut harus cerdas, cermat, dan cerdik dalam membaca situasi ke depan. Apalagi dalam menghadapi kompleksitas global di tengah situasi geopolitik dan geoekonomi yang semakin tidak menentu. “Kita harus pandai-pandai dalam mengambil langkah strategis dalam mengukur diri kita, dalam mengukur diri kemampuan kita, untuk sanggup atau tidak menghadapi ancaman yang sangat kompleks dan sangat berisiko,” tutur Berlian.

Oleh karena itu, modal nasionalisme dan kebangsaan saja tidak cukup, tetapi perlu juga diperkuat dan didukung dengan benteng pertahanan negara yang semesta, yang perlu diperkuat dan dibangun dari asas gotong royong. “Jadi keterkaitan nasionalisme, kebangsaan, pertahanan, dan gotong royong, itu saling kait mengkait satu sama lain, karena merupakan salah satu mata rantai yang memperkuat eksistensi bangsa dalam menghadapi gelombang ketidakpastian global yang semakin nyata,” kata Berlian.

Dalam kesempatan tersebut, Berlian juga menyampaikan harapannya kepada mahasiswa dalam belajar dalam dunia kampus nanti dapat berpikir lebih transformasional dan informatif dalam membuat rancangan strategi ke depan bagi bangsa agar unggul dalam persaingan yang semakin ketat. Berlian berpendapat bahwa kampus adalah salah satu benteng penumbuhan nasionalisme, kebangsaan, dan gotong royong. Berlian menegaskan bahwa jika mahasiswa mempunyai modal nasionalisme yang kuat dan sadar akan rasa kebangsaan serta didukung dengan gotong royong yang masif dengan pemikiran yang berlandaskan semangat Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, Indonesia akan berada dalam posisi lebih atas dibandingkan negara berkembang lainnya.



Hak cipta © 2024 Lembaga Ketahanan Nasional RI. Semua Hak Dilindungi.
Jl. Medan Merdeka Selatan No. 10 Jakarta 10110
Telp. (021) 3451926 Fax. (021) 3847749