Setelah dibuka pada 14 April 2021, Program Pendidikan Singkat Angkatan (PPSA) 23 resmi ditutup oleh Gubernur Lemhannas RI Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo bertempat di Ruang Dwiwarna Purwa Lemhannas RI, Jakarta, pada Kamis, (14/10). Dalam kesempatan tersebut, Agus menekankan pentingnya para alumni dapat menerapkan ilmu yang didapat untuk mendarmabaktikan dirinya di masyarakat.

Agus menegaskan bahwa karya darmabakti sesungguhnya menjadi konkret ketika para alumni bertugas di lapangan dalam jabatan masing-masing. “Bukan tanpa maksud, di negara barat wisuda disebut sebagai ‘commencement day’ yang berarti awal darmabakti, dibandingkan dengan nomenklatur ‘wisuda’ yang sering kita maknakan sebagai akhir masa pendidikan,” kata Agus di hadapan para alumni.

Lebih lanjut Agus menyampaikan bahwa sebagai sebuah investasi bagi perseorangan dan institusi, masa pendidikan merupakan masa persiapan membaktikan diri ke masa depan. “Titik berat dari marwah nomenklatur ‘commencement’ adalah berorientasi ke masa depan dalam darmabakti yang sudah efektif secara operasional. Masa pendidikan adalah masa investasi sebagai persiapan darmabakti,” ucap Agus.

Agus menyampaikan kepada para alumni akan pentingnya prestasi yang didapat dengan darmabakti yang disumbangkan kepada masyarakat. Agus menyampaikan bahwa semakin tinggi nilai prestasi belajar, maka semakin besar harapan negara terhadap pengembalian darmabakti. Refleksi hasil proses belajar-mengajar yang didapat, serta pelajaran, dan pengalaman selama mengikuti PPSA 23 diharapkan nantinya dapat alumni kembangkan di tempat kerja masing-masing.

Pada kesempatan tersebut, ada empat pesan yang ditekankan Agus kepada para Alumni PPSA 23. Pertama, para alumni PPSA 23 yang merupakan kader pimpinan tingkat nasional, harus mampu menjadi contoh, panutan, serta teladan bagi masyarakat dengan pola pikir, pola sikap dan pola tindak yang konsisten dan selaras dengan Konsensus Dasar Bangsa. Kedua, tingkatkan kepekaan dan kepedulian terhadap perkembangan kondisi sosial kemasyarakatan di lingkungan masing-masing dengan tetap berpedoman pada enam bidang studi inti Lemhannas RI.

Ketiga, jaga nama baik almamater. Kebanggaan almamater hanya terletak pada karya alumninya bagi pembangunan bangsa dan negara. Lembaga berharap tali silaturahmi antara para alumni dan lembaga tetap dijaga karena hanya dengan mendapat masukan dari para alumni, lembaga dapat selalu menyesuaikan diri dengan perkembangan yang terjadi dalam masyarakat. Keempat, dengan adanya pandemi Covid-19 seluruh alumni tetap menjalankan protokol kesehatan untuk memotong mata rantai penyebaran virus corona.

Agus juga menyampaikan apresiasi atas capaian dari hasil dan proses yang dijalani oleh para peserta pendidikan PPSA 23. “PPSA 23 telah sukses memaparkan pemikirannya di hadapan Presiden RI,” kata Agus Widjojo. Sebelumnya, para Alumni PPSA 23 telah menyumbangkan pemikirannya melalui seminar dengan judul “Roadmap Sistem Pendidikan Alternatif Dalam Pusaran Pandemi dan Perkembangan Teknologi Menyambut Indonesia Emas 2045”. Melalui seminar tersebut para Alumni PPSA 23 telah merumuskan konsepsi pemikirannya terkait sebuah roadmap sistem pendidikan alternatif yang dihadapkan dalam kondisi pusaran pandemi dan perkembangan teknologi menyambut Indonesia Emas 2045.

Deputi Pendidikan Pimpinan Tingkat Nasional Lemhannas RI, Mayjen TNI Sugeng Santoso, S.I.P. dalam laporannya kepada Gubernur Lemhannas RI menyampaikan bahwa pelaksanaan pendidikan PPSA 23 telah berjalan dengan lancar. Berdasarkan hasil sidang Dewan Penilai yang dipimpin oleh Gubernur Lemhannas RI pada Jumat, 8 Oktober 2021, telah diputuskan dan ditetapkan bahwa 60 orang peserta PPSA 23 dinyatakan lulus dan berhak menerima ijazah.

Dalam upacara penutupan tersebut juga disampaikan dua peserta terbaik atas kategori Predikat Akademik Terbaik dan Predikat Taskap Terbaik dari PPSA 23, yaitu Komjen Pol Drs. Purwadi Arianto, M.Si. dari Polri atas Predikat Akademik Terbaik dan Brigjen Pol Tonny Hermawan Rustandi., S.I.K., M.Sos. dari Polri Atas Predikat Taskap Terbaik.

Sebelum benar-benar meninggalkan Lemhannas RI dan kembali bertugas di instansi masing-masing, Alumni PPSA 23 memberikan aplikasi Lemhannas Digital Library kepada Perpustakaan Lemhannas RI. Aplikasi tersebut dirancang untuk mendukung proses pembelajaran atau pelatihan serta menciptakan kenyamanan dan kemudahan pengguna. Pemberian aplikasi tersebut bertujuan untuk meningkatkan literasi di era disrupsi teknologi, meningkatkan budaya baca, mengembangkan layanan perpustakaan yang berbasis teknologi, dan memberikan kemudahan akses informasi diri dan untuk masyarakat yang dinamis. Saat ini aplikasi tersebut sudah tersedia dan dapat diunduh di playstore.


Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhannas RI) Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo, menyampaikan pembulatan di hadapan para peserta  Program Pendidikan Singkat Angkatan (PPSA) 23 Lemhannas RI di Auditorium Gadjah Mada Lemhannas RI pada Selasa (12/10). Pembulatan pemahaman diberikan kepada para peserta menjelang berakhirnya program pendidikan.

Mengawali ceramahnya, Agus menyampaikan harapannya kepada para peserta terkait materi pembelajaran yang telah diajarkan sesuai kurikulum di Lemhannas RI. Ia berharap materi yang disampaikan dalam kurikulum berguna untuk memahami keadaan yang terus berkembang. “Dimaksudkan kurikulum itu bukan hanya untuk di kelas saja, tapi kurikulum itu sebetulnya harus terkait dengan perkembangan di luar sehingga kita pun memahami juga tentang perkembangan di luar.”

“Bagaimana kita melihat jembatannya antara kerangka teoretis dengan implementasinya dalam konteks sebuah fenomena atau peristiwa,” kata Agus menyamakan pemahaman para peserta. Ia berharap melalui pembulatan ini para peserta memiliki pengetahuan yang utuh agar mereka siap menerapkannya di luar kelas.

Agus kemudian secara singkat mengulas beberapa pokok bahasan. Ia berharap para peserta tidak hanya memahami apa yang telah dipelajari, namun juga dapat menerapkannya dalam konteks peristiwa di kehidupan nyata.


Seluruh Alumni Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) 62 dan Program Pendidikan Singkat Angkatan (PPSA) 23 Tahun 2021 Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhannas RI) menerima Pengarahan Presiden Republik Indonesia Ir. H. Joko Widodo pada Rabu, 13 Oktober 2021. Pada kesempatan tersebut, beberapa perwakilan pejabat Lemhannas RI, Alumni PPRA 62, dan Peserta PPSA 23 hadir langsung di Istana Negara dengan melaksanakan protokol kesehatan, sedangkan yang lainnya mengikuti secara virtual.

“Untuk menambah wawasan yang telah diterima selama pendidikan di Lemhannas RI dan mendapatkan penjelasan tentang kebijakan nasional, kami mohon dengan hormat kepada bapak Presiden Republik Indonesia berkenan memberikan arahan dan pembekalan kepada para Alumni PPRA 62 dan Peserta PPSA 23 Tahun 2021 Lemhannas RI,” kata Gubernur Lemhannas RI Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo dalam laporannya kepada Presiden RI.

Pada kesempatan tersebut, Gubernur Lemhannas RI juga menyampaikan bahwa Alumni PPRA 62 telah melaksanakan Seminar dengan judul “Modal Sosial dan Budaya Menjadi Kekuatan Nasional dalam Pemulihan Ekonomi di Tengah Pandemi Covid-19” dan Peserta PPSA 23 telah melaksanakan Seminar dengan judul “Roadmap Sistem Pendidikan Alternatif dalam Pusaran Pandemi dan Perkembangan Teknologi Menyambut Indonesia Emas 2045”. Dalam kesempatan tersebut juga disampaikan buku hasil Seminar Alumni PPRA 62 dan Peserta PPSA 23.

Lebih lanjut Gubernur Lemhannas RI juga melaporkan mengenai hasil kajian Lemhannas RI tentang “Hilirisasi Mineral Strategis dan Logam Tanah Jarang Guna Mendukung Pertumbuhan Ekonomi Nasional”. Dalam kajian tersebut ada 5 jenis mineral strategis yang menjadi kajian utama karena keterdapatannya di nusantara, yaitu nikel, bauksit, tembaga, timah, dan besi. Jika mineral strategis tersebut dikembangkan, dimungkinkan akan mampu menopang kebutuhan industri dalam negeri, sehingga Indonesia tidak tergantung pada mineral dari luar negeri. Gubernur Lemhannas RI juga menjelaskan bahwa peta lokasi pesebaran sumber daya mineral tersebut tersebar di wilayah Indonesia.

“Negara kita memiliki cadangan nikel terbesar di dunia. Dengan potensi yang luar biasa itu kami yakin dalam 3 sampai 4 tahun ke depan, melalui manajemen yang baik, manajemen pengelolaan yang baik, Indonesia akan menjadi produsen utama produk-produk barang jadi berbasis nikel, seperti baterai listrik dan baterai kendaraan listrik,” kata Gubernur Lemhannas RI. Hilirisasi industri nikel tersebut dinilai akan meningkatkan nilai tambah bijih nikel secara signifikan yang jika diolah menjadi sel baterai, nilainya bisa meningkat 6 sampai 7 kali lipat dan jika menjadi mobil listrik akan meningkat lebih besar lagi nilai tambahnya, yaitu 11 kali lipat.

“Logam tanah jarang adalah salah satu grup unsur yang dinilai sangat strategis karena merupakan unsur logam yang sangat penting untuk pengembangan material berteknologi tinggi, juga teknologi pertahanan, dan tidak tergantikan,” kata Gubernur Lemhannas RI. Logam tanah jarang juga dapat mendukung pengembangan green energy industry utamanya solar cell dan windmill.

Agus juga menyampaikan rekomendasi hasil kajian yang membuahkan 5 variabel utama pendorong tercapainya hilirisasi mineral strategis dan logam tanah jarang yang lebih optimal, yakni kegiatan eksplorasi mineral dan inventarisasi termasuk integrasi data sumber kekayaan mineral, keselarasan regulasi antarkementerian atau instansi terkait dan penegakan hukum, ketersediaan energi murah utamanya energi hijau, pengendalian ekspor mineral, serta penguasaan teknologi pengolahan baik pyrometallurgy yang optimal dan hidrometalurgi. Pada kesempatan tersebut, Lemhannas RI juga menyerahkan buku kajian Sumber Kekayaan Alam.

Pada kesempatan  yang sama, Alumni PPRA 62 dan Peserta PPSA 23 berkesempatan menyampaikan hasil seminar PPRA 62. Perwakilan Alumni PPRA 62 Kolonel Pnb Aldrin P. Mongan mengatakan bahwa pandemi Covid-19 telah menimbulkan efek negatif pada kondisi ekonomi di Indonesia. Namun, tindakan dan kebijakan yang dibuat oleh Presiden RI Joko Widodo mulai menggerakkan kondisi perekonomian di Indonesia. Dari hasil seminar yang dilaksanakan, peserta PPRA 62 Lemhannas RI menemukan hal menarik untuk mendorong pemulihan ekonomi nasional, yaitu melalui kekuatan modal sosial budaya.

“Kalau kita melihat bahwa seluruh negara akan berusaha mengapitalisasi modal sosial modal budaya menjadi suatu produk. Untuk negara-negara miskin tentu berusaha bagaimana caranya, sehingga itu akan menjadi sebuah produk kreatif yang akan mendorong perekonomian,” kata Kolonel Pnb Aldrin P. Mongan.

Lebih lanjut Kolonel Pnb Aldrin P. Mongan menyampaikan data UNESCO pada tahun 2018 yang mencatat kapitalisasi dari culture values atau modal kapital dari modal sosial budaya sebanyak $2.250 milyar. Sedangkan PDB industri kreatif di Indonesia pada tahun 2020 sebanyak Rp1.134 trilyun, dengan modal sosial budaya kuliner sebesar 41% atau Rp.455,44 trilyun, nilai ekspor produk kelapa sebanyak $1.032 juta, serta nilai ekspor rempah dan herbal sebanyak $9.64 juta.

Komodifikasi modal sosial budaya dinilai dapat meningkatkan ekonomi kerakyatan, khususnya pada sektor pariwisata, yakni dengan melakukan pengembangan produk dan pasar, inovasi, pemberdayaan masyarakat, digitalisasi, dan dukungan regulasi.

Dari seminar yang dilaksanakan Alumni PPRA 62, ada empat rekomendasi yang disampaikan kepada Presiden terkait pemulihan ekonomi sosial melalui modal sosial budaya. Pertama, membentuk lembaga khusus untuk mengkaji, mengembangkan, memberdayakan, menyiapkan infrastruktur, mempromosikan secara luas hasil modal sosial dan budaya. Kedua, membuat regulasi yang mendorong peningkatan modal sosial dan budaya beserta ekosistemnya. Ketiga, mengintegrasikan dan memfasilitasi semua kegiatan yang menggerakkan ekonomi kerakyatan dan akan membangkitkan sektor pariwisata. Keempat, melakukan mapping culture-based economic untuk menjadi acuan tambahan dalam perencanaan pembangunan di pusat dan di daerah, dan menjadikannya new pathway pembangunan ekonomi Indonesia untuk mencapai Indonesia Emas 2045 sejalan dengan pathway lainnya seperti low carbon development dan mainstream development pathway.

Perwakilan Peserta PPSA 23 Prof. Dr. Agus Surono juga berkesempatan menyampaikan hasil seminar PPSA 23 dengan judul “Roadmap Sistem Pendidikan Alternatif dalam Pusaran Pandemi dan Perkembangan Teknologi untuk Menyambut Indonesia 2045”. Prof. Dr. Agus Surono menyampaikan bahwa kondisi disrupsi di Indonesia terjadi karena adanya pandemi Covid-19 dan perkembangan teknologi yang cepat. “Kondisi disrupsi terjadi karena beberapa hal, di antaranya adalah karena adanya pandemi dan yang kedua karena adanya perkembangan teknologi yang sangat cepat, yang sangat dinamis sehingga memerlukan suatu langkah-langkah antisipatif dengan inovasi, inovatif, dan kreatif,” kata Prof. Dr. Agus Surono.

Berdasarkan hasil seminar yang dilaksanakan PPSA 23, ditemukan tiga strategi dalam peta jalan sistem pendidikan alternatif, yaitu tahap pemberdayaan, peningkatan kapasitas guru dan dosen, serta tahap pengembangan dan penguatan. Rekomendasi yang disampaikan kepada Presiden dibagi menjadi dua, yakni rekomendasi secara umum dan rekomendasi secara khusus. Rekomendasi secara umum terdiri dari, pendidikan karakter, penyiapan nilai karakter, rencana aksi nasional tentang nilai-nilai karakter, dan harmonisasi sinkronisasi.

Kemudian rekomendasi secara khusus terdiri dari enam hal. Pertama, undang-undang sistem Pendidikan nasional yang komprehensif. Kedua, perubahan konseptual jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. Ketiga, perubahan pendanaan pendidikan, difokuskan ke dalam peningkatan kapasitas guru dan dosen. Keempat, perubahan konseptual kurikulum menuju proses belajar yang aktif, kreatif, dan inovatif. Kelima, perubahan pendidikan vokasi dalam sistem Pendidikan nasional agar sesuai Kompetensi Kerangka Kualifikasi Indonesia (KKNI). Keenam, penerapan pendidikan karakter secara utuh pada semua jenjang pendidikan, melalui integrasi dan implementasi, pendalaman, serta penguatan.

“Saya ucapkan terima kasih atas pemikiran dan masukan dari Lemhannas tadi yang telah dipaparkan mengenai SDA, mengenai modal sosial kita, juga mengenai dunia pendidikan kita,” kata Presiden Republik Indonesia Ir. H. Joko Widodo.

Pada kesempatan tersebut, Presiden menyampaikan bahwa kekayaan Sumber Daya Alam adalah anugerah, tetapi jika tidak dikelola dengan baik dapat menjadi musibah. Oleh karena itu, kelestarian dan keberlanjutan harus diseimbangkan antara beragam kepentingan. Namun, selain itu juga diperlukan peningkatan nilai tambah yang maksimal untuk kepentingan nasional, untuk kepentingan negeri, untuk kepentingan rakyat. “Itulah mengapa kepemilikan beberapa perusahaan asing kita ambil alih,” kata Presiden. Beberapa perusahaan asing yang berhasil diambil alih diantaranya adalah Freeport-Mcmoran (51%), Blok Mahakam Total (100%), dan Blok Rokan Chevron (100%).

“Kita harus menghasilkan produk yang mempunyai nilai tambah tinggi, yang mengombinasikan antara pemanfaatan kekayaan alam dengan kearifan dan teknologi yang melestarikan,” ujar Presiden. Dalam kesempatan tersebut, Presiden mengingatkan pentingnya melakukan hilirisasi, tidak bisa lagi melakukan ekspor dalam bentuk bahan mentah yang tidak memiliki nilai tambah. Presiden menegaskan prinsip ekonomi berkelanjutan yang harus dipegang teguh adalah green economy dan blue economy. “Semua komoditas yang ada harus kita dorong hilirisasi, kita dorong industrialisasinya,” kata Presiden.

“Revolusi Indutri 4.0, disrupsi teknologi, kemudian pandemi ini yang mempercepat gelombang perubahan di dunia. Dunia sekarang ini betul-betul berubahnya cepat sekali, sehingga menimbulkan juga ketidakpastian yang tinggi,” tutur Presiden. Oleh karena itu, sangat dibutuhkan ilmu pengetahuan dan teknologi, setiap aspek harus semakin arif dalam mengembangkan teknologi, dan mengakuisisi teknologi-teknologi baru. Sumber Daya Manusia harus menjadi fokus seluruh lapisan.

Guna menciptakan Sumber Daya Manusia yang berkualitas, pendidikan tinggi harus memfasilitasi mahasiswa untuk mengembangkan talenta yang dimiliki, jangan memagari dengan program-program yang membelenggu. Perguruan Tinggi diharapkan tidak membiarkan mahasiswa hanya menjalankan rutinitas, monoton, dan tidak berani mencoba hal-hal baru. Sebaliknya, Perguruan Tinggi harus mendorong mahasiswa untuk belajar di mana saja dan dengan siapa saja. “Kita sendiri, dan anak-anak kita, mahasiswa-mahasiswa kita harus disiapkan untuk strong, siap belajar, siap menghadapi perubahan,” kata Presiden.

Turut hadir dalam pengarahan tersebut Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI Prof. Dr. Muhadjir Effendy, M.A.P, Wakil Gubernur Lemhannas RI Marsdya TNI Wieko Syofyan, Deputi Pendidikan Tingkat Nasional Lemhannas RI Mayjen TNI Sugeng Santoso, S.I.P., Deputi Pengkajian Strategik Lemhannas RI Prof. Dr. Ir. Reni Mayerni, MP, dan Deputi Pemantapan Nilai-Nilai Kebangsaan Laksda TNI Prasetya Nugraha, S.T., M.Sc., serta perwakilan Tenaga Profesional Lemhannas RI.

 

Foto: Kris, BPMI Sekretariat Presiden


Penataran Istri/Suami peserta PPSA 23 yang dibuka pada 4 Oktober 2021 lalu resmi ditutup pada Senin, 11 Oktober 2021. Kegiatan yang diikuti oleh 56 orang istri dan 1 orang suami itu telah berjalan dengan baik dan lancar sesuai dengan rencana. Deputi Bidang Pendidikan Pimpinan Tingkat Nasional Lemhannas RI Mayjen TNI Sugeng Santoso, S.I.P. dalam laporannya menyampaikan bahwa walaupun pelaksanaan pembelajaran dilaksanakan secara daring, namun peserta penataran tetap menunjukkan antusiasme yang tinggi dengan menunjukan semangat. Hal tersebut dapat dilihat dari peran aktif peserta selama proses belajar.

“Melalui Penataran Istri/Suami Peserta PPSA 23 Tahun 2021 Lemhannas RI, diharapkan istri/suami peserta akan semakin meningkat wawasan pengetahuannya dan paham tentang peranan istri/suami sebagai pendamping kader pimpinan tingkat nasional dan menjadi panutan bagi keluarga besar unit kerja dan masyarakat,” kata Sugeng.

“Saya menyampaikan apresiasi kepada seluruh peserta penataran yang telah mengikuti berbagai rangkaian kegiatan dengan keseriusan dan kesungguhan hati, sehingga kegiatan penataran dapat terselenggara dengan baik dan lancar,” kata Gubernur Lemhannas RI Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo. Lebih lanjut Agus menyampaikan harapannya bahwa materi-materi yang diberikan selama penataran mampu membangkitkan kesadaran untuk memotivasi diri sebagai pendamping sekaligus sebagai agen-agen kebangsaan di lingkungan masing-masing.

Pada kesempatan tersebut, Agus menyampaikan beberapa hal terkait peran para peserta penataran dalam menyikapi dinamika kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang berkembang saat ini, khususnya perkembangan dinamika kehidupan sosial budaya. Agus menyampaikan bahwa bangsa Indonesia sungguh beruntung memiliki nilai-nilai luhur, budaya, dengan 4 Konsensus Dasar Bangsa (Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika). Dengan empat Konsensus Dasar Bangsa, bangsa Indonesia diharapkan mampu menjaga keutuhan bangsa serta mencegah sikap intoleran dalam membangun karakter dan dapat memajukan bangsa indonesia di masa mendatang.

Selanjutnya Agus menyampaikan bahwa karakter yang baik dan kuat dapat dibangun dari keluarga karena keluarga adalah kunci utama dan pertama dalam membangun karakter bangsa. Menurut Agus, keluarga dapat menyukseskan kebijakan pemerintah tentang revolusi mental, yakni membangun keluarga berkualitas, tangguh, dan tidak bergantung pada orang lain. Diharapkan ke depannya keluarga semakin dapat mendukung terciptanya SDM yang bermanfaat bagi pembangunan nasional.

“Saya ingin mengajak Ibu dan Bapak sekalian memotivasi diri menjadi teladan bagi diri sendiri, keluarga, dan bagi lingkungan di sekitarnya. Saudara–saudara harus mampu menjadi pendamping-pendamping yang bersahaja dan mengayomi di mana Suami/Istri Peserta PPSA 23 bertugas,” tutup Agus.



Hak cipta © 2024 Lembaga Ketahanan Nasional RI. Semua Hak Dilindungi.
Jl. Medan Merdeka Selatan No. 10 Jakarta 10110
Telp. (021) 3451926 Fax. (021) 3847749