Gubernur Lemhannas RI Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo menandatangani Nota Kesepahaman antara Lemhannas RI dengan The Korea National Defense University (KNDU) bertempat di Ruang Tamu Gubernur, Senin (18/11). Nota kesepahaman tersebut sebelumnya sudah ditandatangani Presiden The Korea National Defense University Letnan General Lee Seok Gu dan dibawa oleh pihak KNDU Prof. Son Kyengho dan Oh Jung Min ke Indonesia.

Dalam nota kesepahaman tersebut tertulis bahwa Lemhannas RI dan KNDU menginginkan peningkatan hubungan persahabatan kedua belah pihak dan selalu memperhatikan kepentingan kedua belah pihak dalam bidang-bidang terkait. Selanjutnya juga tertulis bahwa kedua belah pihak sepakat menyadari bahwa hubungan yang lebih erat diantara para peserta akan bermanfaat untuk studi dan penelitian akademik. Kesepahaman yang terakhir adalah menyatakan kerja sama dalam nota kesepahaman tersebut sesuai dengan kebijakan hukum dan aturan masing-masing pihak.

“Saya yakin ini akan menjadi peluang besar bagi hubungan kedua institusi,” ujar Agus Widjojo. Selanjutnya Agus menjelaskan bahwa Lemhannas RI mengharapkan Korea untuk mengirimkan peserta untuk mengenyam pendidikan di Lemhannas RI. Hal tersebut mendapat respon postif dari perwakilan KNDU. “Kami akan mengusahakan mengirim partisipan pendidikan dalam kesempatan berikutnya,” kata Prof. Son Kyengho menanggapi harapan Lemhannas RI.


Gubernur Lemhannas RI Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo menerima kunjungan Tim Peneliti Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran (Unpad) pada Rabu, (13/11). Kunjungan tersebut merupakan Audiensi mengenai Penelitian tentang Ketahanan Bangsa yang sedang dilakukan oleh Tim Peneliti Fakultas Psikologi Unpad. Hadir pula dalam Audiensi tersebut Wakil Gubernur Lemhannas RI Marsdya TNI Wieko Syofyan, Tenaga Profesional Bidang SKA (Sumber Kekayaan Alam) dan Tannas Prof. Dr. Ir. Dadan Umar Daihani, D.E.A., Kepala Pusat Laboratorium Marsma TNI Ade Dian Suryacandra, dan Kepala Biro Humas Brigjen TNI Sugeng Santoso.

Tim Peneliti Fakultas Psikologi Unpad, yang dipimpin oleh Guru Besar Fakultas Psikologi Unpad Prof. Dr. Zulrizka Iskandar, M. Sc., menjelaskan bahwa latar belakang penelitian tersebut adalah timbulnya rasa gelisah dan prihatin dengan kondisi bangsa dan negara. “Pada 2014 ada rasa gelisah dan prihatin dengan kondisi bangsa dan negara, karena pada saat itu banyak sekali terjadi konflik, korupsi meningkat dan berbagai masalah yang merugikan,” ujar Zulrizka. Masalah merugikan yang dimaksud adalah merugikan dalam hal pembangunan karena pembangunan membutuhkan sinergi yang baik dan jika terus terjadi konflik akan ada kesulitan dalam pembangunan.

“Kami mencoba melakukan suatu diagnosa dalam penelitian ini mengenai bagaimana kondisi bangsa ini,” tegas Zulrizka. Kemudian Zulrizka menjelaskan bahwa tujuan penelitian ini adalah untuk menyatukan bangsa. “Supaya kita solid betul dan bisa maju bersama,” jelas Zulrizka. Penelitian ini juga bertujuan untuk menyiapkan generasi berikutnya, oleh sebab itu sampel penelitian ini adalah masyarakat yang berumur 15 sampai 35 tahun. Zulrizka menjelaskan bahwa penelitian tersebut berbasis pada disiplin ilmu. Penelitian ini akan mendiagnosa masalah disuatu daerah dan nantinya akan mencari jalan keluar atas masalah tersebut.

Zulrizka menyampaikan bahwa maksud audiensi dengan Gubernur Lemhannas RI adalah untuk meminta pandangan situasi dan kondisi bangsa yang mungkin akan digunakan dalam penelitian tersebut. Tidak menutup kemungkinan bahwa setelah audiensi, tim peneliti akan melakukan tinjauan ulang atas proposal yang sudah disusun apakah sudah sesuai atau masih terdapat kekeliruan. “Ini adalah satu studi yang direncanakan untuk 5 tahun ke depan,” ujar Zulrizka.

Pada kesempatan tersebut Gubernur Lemhannas RI Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo menjelaskan bahwa dalam masyarakat sebenarnya ada beberapa transisi yang terjadi dalam waktu bersamaan. Salah satunya adalah transisi politik yang struktural dan jelas terlihat berubah dari otoritarian menuju demokrasi. Tetapi sebenarnya di dalamnya terkandung tantangan transisi kultural karena budaya kultural paternalisitik. Masyarakat sekarang adalah masyarakat yang tidak bisa hidup tanpa pemimpin dan cenderung mendukung pemimpin secara fanatik. Masyarakat sekarang juga cenderung melepas hak dan tanggung jawab pada pemimpin dan menyalahkan pemimpin jika terjadi hal yang tidak diinginkan. “Kita terkecoh untuk mencari pemimpin yang sempurna,” kata Agus.

Lebih lanjut Agus menjelaskan bahwa masyarakat masih mengharapkan demokrasi menjanjikan pemimpin yang sempurna, padahal demokrasi tidak pernah menjanjikan hal tersebut. “Demokrasi tidak pernah menjanjikan pemimpin yang sempurna, yang dijanjikan adalah pemimpin yang sah berkata saya mewakili suara rakyat,” ujar Agus. Menurut Agus, demokrasi pada dasarnya adalah kedaulatan rakyat.

Kemudian Agus menjelaskan bahwa tantangan terbesar dari penelitian tersebut adalah untuk masuk pada makna dari data-data yang diperoleh. “Apa arti dari data tersebut? Mengapa data tersebut terjadi? Bagaimana supaya membuat data tersebut menjadi lebih baik? Hal tersebutlah yang menjadi tantangan untuk menggunakan disiplin ilmu,” tegas Agus. Kemudian Agus menegaskan bahwa setelah hal tersebut, yang selanjutnya harus dipecahkan adalah bagaimana mengatasi keadaan yang terjadi, bukan sekedar menentukan bagaimana kondisi bangsa namun juga untuk menyelami dan membongkar mengapa kondisi tersebut terjadi.

“Penelitian apapun yang dilakukan harus selalu berorientasi untuk menuju pada masa depan, jangan terbelenggu oleh kebesaran masa lalu,” lanjut Agus. Selanjutnya Agus memberikan suatu contoh yakni Indonesia memiliki gatra yaitu aspek. Tiap-tiap aspek memiliki nilai yang nantinya akan dikumulatifkan dan menghasilkan nilai ketahanan nasional. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa ketahanan nasional bukan disiplin ilmu tersendiri, melainkan merupakan hasil dari nilai beberapa gatra. Tidak lupa Agus mengingatkan bahwa apapun penelitian yang akan dilaksanakan hendaknya punya karakteristik untuk mendidik dan mencerahkan bangsa untuk merangkul masa depan.

“Saya harap penelitian tersebut menelurkan temuan-temuan konkret dan bermanfaat untuk membawa bangsa ke masa depan,” harap Agus.


Sebanyak 92 anggota Reformed Center for Religion and Society (RCRS) mengikuti pemantapan nilai-nilai kebangsaan yang dibuka oleh Gubernur Lemhannas RI Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo bertempat di Ruang Pancasila Gedung Trigatra Lemhannas RI, Senin (11/11). Kegiatan ini berlangsung selama 7 hari, yakni mulai Senin (11/11) sampai Minggu (18/11). Kegiatan tersebut akan diisi dengan ceramah dan tanya jawab, diskusi kelompok dan antarkelompok, pembinaan peserta, serta outbound

Hasil yang ingin dicapai dari kegiatan tersebut adalah meningkatkan pemahaman dan pengetahuan peserta tentang nilai-nilai kebangsaan yang bersumber pada 4 konsensus dasar bangsa yaitu Pancasila, UUD 1945, Bhinneka Tunggal Ika, dan NKRI. Selanjutnya adalah untuk meningkatkan pemahaman dan pengetahuan peserta tentang konsepsi wawasan nusantara, ketahanan nasional, kewaspadaan nasional, dan kepemimpinan nasional. Kemudian untuk menciptakan peserta agar dapat menjadi agen perubahan untuk mengimplementasikan sekaligus menyebarluaskan nilai-nilai kebangsaan.

Direktur RCRS Tandean Rustandy dalam sambutannya menyatakan bahwa sebagai warga negara Indonesia dan juga anggota RCRS sangat penting untuk mengerti seberapa pentingnya untuk hidup berbangsa dan bernegara yang baik. Menurut Tandean, sebagai warga Indonesia bukan saja harus menguasai tentang takut kepada Tuhan, tetapi harus bisa menjadi terang dan garam dalam masyarakat. “Kita harus sangat bersyukur karena para pendahulu memiliki fundamental dan cara berpikir yang sangat luar biasa maka kita bisa memiliki Pancasila dan UUD 1945,” kata Tandean.

Pada kesempatan yang sama Gubernur Lemhannas RI Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo mengajak seluruh peserta untuk memanfaatkan kegiatan pemantapan nilai-nilai kebangsaan di Lemhannas RI. “Saya ingin mengajak seluruh peserta untuk memanfaatkan kesempatan ini sebagai momentum perenungan dan introspeksi diri terhadap kualitas wawasan kebangsaan guna merefleksikan kesadaran bahwa nilai-nilai kebangsaan yang telah dimiliki sangat penting untuk dijaga keberadaannya,” ujar Agus.

Berbicara mengenai misi RCRS yakni mendorong peran sosial agama dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara juga berbicara mengenai kebebasan beragama. Menurut Agus hal kebebasan beragama mencakup kebebasan memeluk agama dan kebebasan menjalankan ajaran agama. Lebih lanjut Agus menjelaskan bahwa RCRS terpanggil mempersiapkan pemimpin bangsa yang bermoral dan beretika, serta berdedikasi tinggi melalui program-programnya. “RCRS mempersiapkan kader generasi penerus dengan menggali potensi dan talenta yang masih terpendam, penanaman arti kepemimpinan sebagai penatalayan, serta memberikan wawasan kebangsaan untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur,” lanjut Agus.

Agus menjelaskan bahwa seorang penatalayan diharapkan dapat memberikan kontribusi secara langsung dalam membangun tata nilai budaya yang memancarkan ciri-ciri khas kepribadian dan nilai-nilai kebangsaan bangsa Indonesia yang kelak mempercepat terciptanya kehidupan berbangsa dan bernegara yang berdaulat, bersatu, adil dan makmur. Selain hal tersebut, seorang penatalayan diharapkan memiliki wawasan kebangsaan agar mampu mengedepankan kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi maupun kelompok.

“Saya berharap agar kesempatan ini dapat dimanfaatkan sebaik mungkin dengan melakukan tukar pendapat dan diskusi secara komprehensif terkait berbagai permasalahan, sehingga para peserta semakin memiliki wawasan luas dalam mengimplementasikan nilai-nilai kebangsaan,” tutup Agus.


Seiring berakhirnya Program Pemantapan Pimpinan Daerah Angkatan (P3DA) X, Lemhannas RI mengadakan penataran bagi istri/suami Peserta P3DA X. Diikuti sebanyak 36 peserta, penataran tersebut akan berlangsung selama 6 hari yakni mulai Selasa (12/11) sampai Selasa (19/11).

Dalam laporannya, Deputi Pendidikan Pimpinan Tingkat Nasional Mayjen TNI Karsiyanto menyatakan bahwa tujuan dari penataran tersebut adalah untuk membekali dan memantapkan para istri/suami dalam peranannya sebagai pendamping pimpinan tingkat nasional di daerah dan meningkatkan wawasan tentang etika yang dapat menjadi teladan bagi keluarga besar unit kerja maupun masyarakat.

Acara kemudian dilanjutkan dengan pembacaan sambutan oleh Gubernur Lemhannas RI Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo. “Melalui penataran ini hendaknya dapat dipahami makna moral dan etika kebangsaan yang selanjutnya dapat diimplementasikan dalam pola pikir, pola sikap dan pola tindak dalam kehidupan sehari-hari,” ujar Agus dalam sambutannya. Lebih lanjut Agus mengatakan bahwa hakikat penataran ini adalah untuk menyiapkan para istri/suami agar lebih memantapkan peranan dalam membantu istri/suami baik dalam hubungan kedinasan maupun dalam kehidupan keluarga dan bermasyarakat.

Agus juga berharap bahwa penataran ini dapat berjalan dengan lancar dan mencapai sasaran yang diinginkan. “Diperlukan kesungguhan dan kerja sama yang lebih erat antara penyelenggara, pemberi ceramah, wakil ketua dan pengurus perista di lingkungan Lemhannas RI dan para peserta penataran,” imbau Agus.



Hak cipta © 2024 Lembaga Ketahanan Nasional RI. Semua Hak Dilindungi.
Jl. Medan Merdeka Selatan No. 10 Jakarta 10110
Telp. (021) 3451926 Fax. (021) 3847749