Cetak

Agus Widjojo: Ketahanan Keluarga Merupakan Fondasi Ketahanan Nasional

“Ketahanan nasional itu sebenarnya bukanlah suatu ilmu tersendiri, tetapi ketahanan nasional itu adalah sebuah bentuk akhir,” kata Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhannas RI) Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo pada Webinar “Membangun Negara dan Bangsa Melalui Penguatan Ketahanan Nasional yang Bersumber dari Ketahanan Keluarga Menuju Indonesia Emas 2045” yang diselenggarakan oleh  Southeast Asian Ministers of Education Organization Regional Center for Early Childhood Care Education and Parenting (SEAMEO CECCEP), Selasa (18/08).

Lebih lanjut Agus menjelaskan bahwa ketahanan nasional dapat diraih melalui pendekatan gatra, yakni gatra ideologi, gatra ekonomi, gatra politik, gatra sosial budaya, gatra pertahanan dan keamanan, serta gatra spasial geografis melalui keadaan masing-masing provinsi. Apabila ketahanan tiap-tiap gatra tercapai dengan baik, maka ketahanan nasional bisa dikatakan dalam situasi baik. Namun sebaliknya, jika ada salah satu gatra yang kondisinya lemah maka akan mempengaruhi kondisi ketahanan nasional.

Pendekatan gatra tersebut harus didasarkan pada disiplin ilmu masing-masing gatra yang diwujudkan dalam bentuk kebijakan sehingga dapat dirasakan oleh masyarakat serta efektivitasnya dapat diukur. Oleh karena itu, pejabat yang berwenang dalam merumuskan kebijakan masing-masing aspek harus mempunyai landasan pengetahuan dan kompetensi untuk merumuskan sebuah kebijakan.

“Ketahanan keluarga berada pada ketahanan sosial budaya,” ujar Agus. Selanjutnya Agus menyampaikan bahwa elemen dasar dalam sebuah keluarga adalah adanya pemenuhan persyaratan pada kesehatan, kebugaran jasmani dan intelektual para anggota keluarga. Hubungan dalam keluarga akan dimaknai dari hubungan antaranggota keluarga. Kemampuan memadukan kapasitas individual dari anggota keluarga menjadi sebuah kapasitas yang terintegrasi secara komprehensif dalam kesatuan hukum keluarga. Agus juga menegaskan bahwa pembentukan karakter seorang manusia secara individu, bukan karena pengembangan alamiah atau karena pendidikan formal, tetapi terbentuk juga melalui pendidikan informal dari keluarga, kerabat, teman, dan lingkungan sosial.

Terwujudnya ketahanan nasional tidak terlepas dari peran keluarga, karena keluarga merupakan pilar pertama dan utama dalam membangun bangsa dan merupakan unit terkecil yang menentukan bangsa. Keluarga memiliki peran langsung untuk bisa mewujudkan sikap atau fungsi asah, asih, dan asuh serta merupakan tumpuan untuk menumbuhkembangkan dan menyalurkan potensi setiap anggota keluarga.

Sejalan dengan hal tersebut, keluarga sebagai wahana pembelajaran dan pembiasaan yang dilakukan oleh orang tua terhadap anak, menjadikan keluarga sebagai satuan kelompok yang sangat rentan jika hubungan emosional antara orang tua dan anak tidak dikelola dengan baik dan tidak dijalin dalam sebuah interaktif yang positif. Pembentukan karakter individu bergantung pada karakter keluarga yang berkembang menjadi karakter suatu bangsa, baik buruknya karakter bangsa ditentukan pada karakter keluarga yang menentukan ketahanan nasional. “Memperkuat ketahanan keluarga berarti memperkuat ketahanan nasional,” tutur Agus.

Selanjutnya Agus menyatakan bahwa pembagian peran, fungsi, dan tugas masing-masing anggota keluarga sangat penting bagi ketahanan keluarga. Oleh karena itu, dibutuhkan kebijakan makro yang dapat membuat keluarga menjalankan peran fungsi dan tugas dengan tepat. Namun, sekuat apa pun pemerintah tidak akan mungkin bertindak sendiri dalam menghadapi masalah-masalah yang menghambat terciptanya keluarga yang sejahtera. Menurut Agus, sangat penting untuk mencurahkan perhatian terhadap pembangunan keluarga di Indonesia karena keluarga merupakan sistem mikro yang mempengaruhi sistem yang lebih besar yang ada. “Ketahanan keluarga merupakan fondasi ketahanan nasional,” tutur Agus.

Agus menegaskan bahwa bentuk dan corak keluarga yang membangun karakter bangsa adalah keluarga yang berkualitas dari sisi kesehatan, pengetahuan, pendidikan serta diperkuat dengan keteraturan dan norma sosial yang tertanam di dalamnya, dan keluarga yang menanamkan nilai etika sosial dengan praktik nyata dalam hubungan antarsesama tanpa melalui cara-cara penanaman doktrin yang sifatnya instruksional.