Cetak

Agus Widjojo: Bela Negara Beririsan dengan Efektivitas Fungsi Penyelenggaraan Pemerintahan dalam “Whole Of Government Approach”

Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhannas RI) menghadiri Peresmian Pendirian AB Susanto Center untuk Pusat Internalisasi dan Penggerak Manajemen Bela Negara Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta (UPN VJ), Rabu (09/10). Dalam kesempatan tersebut Gubernur Lemhannas RI Letjen TNI (Purn.) Agus Widjojo melakukan pengguntingan pita dan penandatanganan prasasti.

Dikutip dari upnvj.ac.id, tujuan pendirian AB Susanto Center tidak menekankan pembuatan kajian. Namun, untuk menginternalisasi dan menggerakkan bela negara berdasarkan konsep ketahanan nasional yang telah disusun oleh Lemhannas RI, menginternalisasi konsep bela negara berdasarkan penjabaran dari konsep ketahanan nasional dalam menghadapi tantangan dan ancaman di masa kini dan pada masa mendatang, memformulasi strategi bela negara bagi bangsa dan negara Indonesia, dan merumuskan langkah-langkah implementasi strategi bela negara.

“Peresmian ini menandai bertemunya dua elemen strategis yang akan saling bersinergi,” kata Gubernur Lemhannas RI Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo. Dua elemen yang dimaksud adalah nama AB Susanto yang telah memiliki reputasi sebagai pakar dalam manajemen strategis yang kemudian dikenakan pada sebuah lembaga yang mengandung peran strategis dalam menyelenggarakan fungsi manajemen bela negara. Agus yakin bahwa kedua elemen tersebut akan bersinergi untuk saling mengisi dan memperkuat guna mendasari kinerja AB Susanto Center untuk bela negara ini ke masa depan.

Kemudian Agus mengingatkan bahwa adanya AB Susanto Center bagi UPN VJ akan menambah kredensial UPN VJ yang memang sudah dikenal sebagai kampus bela negara. Namun, penambahan tersebut juga dibarengi dengan tugas dan tantangan bagi UPN VJ dalam mengisi melalui peran yang substantif. Peran substantif yang dimaksud bukan hanya dalam bentuk pelaksanaan program saja, tetapi masih banyak fungsi-fungsi penataan baik struktur maupun sistem yang harus diselesaikan karena wujud dan sistem bela negara belum sampai kepada keadaan final.

Merujuk pada keputusan menteri, hanya satu dari lima elemen dalam spektrum bela negara yang berbentuk latihan keprajuritan yaitu pembentukan kemampuan awal pertahanan, yang telah memasuki wilayah hard power keterampilan kemiliteran yang bermuara pada pembentukan komponen cadangan kekuatan pertahanan. Empat elemen lainnya berbentuk soft power dalam spektrum bela negara, mulai dari rasa cinta tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara, yakin pada Pancasila dan rela berkorban.

“Untuk meletakkan bela negara berdasarkan konsep ketahanan nasional, hendaknya tidak kita abaikan bahwa ketahanan nasional merupakan agregat dari ketahanan gatra yang menjadi dasar analisis di Lemhannas RI,” kata Agus. Gatra yang dimaksud terdiri dari Tri Gatra yang cenderung bersifat statis, yakni gatra geografi, gatra sumber kekayaan alam, dan gatra demografi dan Panca Gatra yang cenderung bersifat demografi, yaitu gatra ideologi, gatra politik, gatra ekonomi, gatra sosial budaya serta gatra pertahanan keamanan.

Kemudian Agus menjelaskan bahwa kondisi ketahanan nasional akan baik apabila ketahanan setiap gatra kondisinya baik. Ketahanan gatra dibangun dengan mengaplikasikan kerangka teoritis dari ilmu pengetahuan masing-masing disiplin ilmu gatra. Oleh karena itu, tidak ada implementasi kebijakan publik yang tidak dikaitkan dengan ilmu pengetahuan. “Tidak ada satu aspek fungsi dapat kita bangun yang tidak terkait secara interaktif dengan fungsi dalam aspek-aspek lainnya,” tutur Agus.

Agus menegaskan bahwa pada akhirnya keseluruhan fungsi secara sektoral tidak dapat dibangun secara terpisah dari aspek fungsi pemerintahan lainnya. Begitu pun dengan bela negara yang mempunyai irisan dengan efektivitas fungsi penyelenggaraan pemerintahan secara koheren dalam “whole of government approach”. Semua itu harus terpadu dalam fungsi pemerintah antara satu aspek dengan aspek lainnya. Melihat hal tersebut, Agus menyampaikan bahwa banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh AB Susanto Center, lebih daripada hanya  sekedar menyusun program.

“Saya berharap AB Susanto Center ini akan menjadi pusat rujukan tentang segala sesuatu yang menyangkut manajemen bela negara. Sehingga nantinya menjadi centre of excellence untuk manajemen bela negara: pusat internalisasi dan penggerak manajemen bela negara,” kata Agus menutup sambutannya.

Bertepatan dengan Peresmian AB Susanto Center, Gubernur Lemhannas RI turut menghadiri Bedah Buku Manajemen Bela Negara: Pendekatan Modern Menjadi Bangsa Yang Besar karya Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta (UPN VJ).

“Sebetulnya bela negara ini merupakan kepentingan nasional, seyogyanya memang lahir dari sebuah lembaga pada tingkat nasional yang bersifat strategis dan dijabarkan menurut fungsi masing-masing atau kepada instansi fungsional,” ujar Agus dalam sambutannya pada kegiatan Bedah Buku. Oleh karena itu, Agus mendorong agar aplikasi, implementasi dari gagasan bela negara bisa semakin diimbangi dengan peran-peran non TNI dan non Polri. Menurut Agus, ada kesinambungan yang dapat dijalin, yakni kepada lembaga-lembaga TNI dan Polri bisa berkontribusi memberikan pelatihan dalam bidang-bidang yang diperlukan seperti pelatihan membangun disiplin.