Cetak

Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo: Pancasila Lahir Melalui Proses Penggalian Mutiara Bangsa

Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhannas RI) Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo menjadi narasumber dalam Webinar Dewan Guru Besar (DGB) Universitas Gadjah Mada (UGM), Jumat, (03/07). “Kalau bicara tentang Pancasila, kita harus tahu dulu Pancasila itu apa. Bukan untuk menghafal sila-silanya dan isinya, tetapi bagaimana di dalam proses berbangsa dan bernegara,” kata Agus dalam Webinar yang mengangkat tema “Kembali Pancasila: Jati Diri Bangsa” tersebut.

Kemudian Agus menyampaikan pelajaran yang dapat ditarik dari perumusan Pancasila, yakni Pancasila lahir melalui berbagai proses penggalian mutiara bangsa dan merupakan kumpulan gagasan dan cara pikir beberapa pendiri bangsa. Pancasila, lanjut Agus, lahir melalui proses musyawarah dan toleransi menerima sikap bhinneka bangsa Indonesia. Proses tersebut, yakni 1 Juni 1945 saat pidato Bung Karno, 22 Juni saat munculnya konsep Piagam Jakarta, dan 18 Agustus ketika ditetapkan sebagai dasar negara. “Inilah warisan terbesar dari proses perumusan Pancasila yang harus kita hayati dan selanjutnya kita pegang di dalam menjaga kelangsungan hidup di Negara Kesatuan Republik Indonesia,” ujar Agus.

Selanjutnya Agus menjelaskan bahwa Pancasila akan kokoh apabila ketahanan nasional dapat diwujudkan. Menurut Agus, ketahanan nasional adalah sebuah prasyarat dalam menjaga kelangsungan hidup bangsa. Indonesia sebagai negara yang beragam, harus menjadikan 4 Konsensus Dasar Bangsa, yakni Pancasila, NKRI, Bhinneka Tunggal Ika, dan UUD 1945, sebagai pijakan dalam perbedaan. “Setiap perbedaan, walaupun atas nama demokrasi, tidak boleh lepas dari konsensus dasar kebangsaan kita. Sebagaimana diletakkan oleh para pendiri bangsa pada tahun 1945,” tutur Agus.

Kemudian Agus menyampaikan tantangan bagi Pancasila, yaitu untuk memiliki daya saing sehingga dapat disandingkan dengan ideologi lain, Menurut Agus, Pancasila harus memiliki nilai arahan konkret sehingga dapat dirasakan kehadirannya, dan perlu dibangun nilai instrumental implementatif sesuai dengan kondisi zaman. Dengan adanya pembangunan nilai instrumental tersebut, Pancasila dirasakan mempunyai daya guna konkret sehingga seluruh masyarakat akan mempunyai rasa memiliki akan Pancasila dan tidak menyerahkan Pancasila hanya kepada pemerintah saja. “Bagaimana Pancasila bisa diimplementasikan, bagaimana Pancasila bisa menjadi sakti menduduki posisi yang dominan di dalam budaya bangsa, akan sangat bergantung kepada apa yang kita lakukan semua di dalam fungsi masing-masing” ujar Agus.