Agus Widjojo: Apapun yang Dilaksanakan Hendaknya Mendidik dan Mencerahkan Bangsa

Gubernur Lemhannas RI Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo menerima kunjungan Tim Peneliti Fakultas Psikologi Universitas Padjajaran (Unpad) pada Rabu, (13/11). Kunjungan tersebut merupakan Audiensi mengenai Penelitian tentang Ketahanan Bangsa yang sedang dilakukan oleh Tim Peneliti Fakultas Psikologi Unpad. Hadir pula dalam Audiensi tersebut Wakil Gubernur Lemhannas RI Marsdya TNI Wieko Syofyan, Tenaga Profesional Bidang SKA (Sumber Kekayaan Alam) dan Tannas Prof. Dr. Ir. Dadan Umar Daihani, D.E.A., Kepala Pusat Laboratorium Marsma TNI Ade Dian Suryacandra, dan Kepala Biro Humas Brigjen TNI Sugeng Santoso.

Tim Peneliti Fakultas Psikologi Unpad, yang dipimpin oleh Guru Besar Fakultas Psikologi Unpad Prof. Dr. Zulrizka Iskandar, M. Sc., menjelaskan bahwa latar belakang penelitian tersebut adalah timbulnya rasa gelisah dan prihatin dengan kondisi bangsa dan negara. “Pada 2014 ada rasa gelisah dan prihatin dengan kondisi bangsa dan negara, karena pada saat itu banyak sekali terjadi konflik, korupsi meningkat dan berbagai masalah yang merugikan,” ujar Zulrizka. Masalah merugikan yang dimaksud adalah merugikan dalam hal pembangunan karena pembangunan membutuhkan sinergi yang baik dan jika terus terjadi konflik akan ada kesulitan dalam pembangunan.

“Kami mencoba melakukan suatu diagnosa dalam penelitian ini mengenai bagaimana kondisi bangsa ini,” tegas Zulrizka. Kemudian Zulrizka menjelaskan bahwa tujuan penelitian ini adalah untuk menyatukan bangsa. “Supaya kita solid betul dan bisa maju bersama,” jelas Zulrizka. Penelitian ini juga bertujuan untuk menyiapkan generasi berikutnya, oleh sebab itu sampel penelitian ini adalah masyarakat yang berumur 15 sampai 35 tahun. Zulrizka menjelaskan bahwa penelitian tersebut berbasis pada disiplin ilmu. Penelitian ini akan mendiagnosa masalah disuatu daerah dan nantinya akan mencari jalan keluar atas masalah tersebut.

Zulrizka menyampaikan bahwa maksud audiensi dengan Gubernur Lemhannas RI adalah untuk meminta pandangan situasi dan kondisi bangsa yang mungkin akan digunakan dalam penelitian tersebut. Tidak menutup kemungkinan bahwa setelah audiensi, tim peneliti akan melakukan tinjauan ulang atas proposal yang sudah disusun apakah sudah sesuai atau masih terdapat kekeliruan. “Ini adalah satu studi yang direncanakan untuk 5 tahun ke depan,” ujar Zulrizka.

Pada kesempatan tersebut Gubernur Lemhannas RI Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo menjelaskan bahwa dalam masyarakat sebenarnya ada beberapa transisi yang terjadi dalam waktu bersamaan. Salah satunya adalah transisi politik yang struktural dan jelas terlihat berubah dari otoritarian menuju demokrasi. Tetapi sebenarnya di dalamnya terkandung tantangan transisi kultural karena budaya kultural paternalisitik. Masyarakat sekarang adalah masyarakat yang tidak bisa hidup tanpa pemimpin dan cenderung mendukung pemimpin secara fanatik. Masyarakat sekarang juga cenderung melepas hak dan tanggung jawab pada pemimpin dan menyalahkan pemimpin jika terjadi hal yang tidak diinginkan. “Kita terkecoh untuk mencari pemimpin yang sempurna,” kata Agus.

Lebih lanjut Agus menjelaskan bahwa masyarakat masih mengharapkan demokrasi menjanjikan pemimpin yang sempurna, padahal demokrasi tidak pernah menjanjikan hal tersebut. “Demokrasi tidak pernah menjanjikan pemimpin yang sempurna, yang dijanjikan adalah pemimpin yang sah berkata saya mewakili suara rakyat,” ujar Agus. Menurut Agus, demokrasi pada dasarnya adalah kedaulatan rakyat.

Kemudian Agus menjelaskan bahwa tantangan terbesar dari penelitian tersebut adalah untuk masuk pada makna dari data-data yang diperoleh. “Apa arti dari data tersebut? Mengapa data tersebut terjadi? Bagaimana supaya membuat data tersebut menjadi lebih baik? Hal tersebutlah yang menjadi tantangan untuk menggunakan disiplin ilmu,” tegas Agus. Kemudian Agus menegaskan bahwa setelah hal tersebut, yang selanjutnya harus dipecahkan adalah bagaimana mengatasi keadaan yang terjadi, bukan sekedar menentukan bagaimana kondisi bangsa namun juga untuk menyelami dan membongkar mengapa kondisi tersebut terjadi.

“Penelitian apapun yang dilakukan harus selalu berorientasi untuk menuju pada masa depan, jangan terbelenggu oleh kebesaran masa lalu,” lanjut Agus. Selanjutnya Agus memberikan suatu contoh yakni Indonesia memiliki gatra yaitu aspek. Tiap-tiap aspek memiliki nilai yang nantinya akan dikumulatifkan dan menghasilkan nilai ketahanan nasional. Dari hal tersebut dapat disimpulkan bahwa ketahanan nasional bukan disiplin ilmu tersendiri, melainkan merupakan hasil dari nilai beberapa gatra. Tidak lupa Agus mengingatkan bahwa apapun penelitian yang akan dilaksanakan hendaknya punya karakteristik untuk mendidik dan mencerahkan bangsa untuk merangkul masa depan.

“Saya harap penelitian tersebut menelurkan temuan-temuan konkret dan bermanfaat untuk membawa bangsa ke masa depan,” harap Agus.



Hak cipta © 2024 Lembaga Ketahanan Nasional RI. Semua Hak Dilindungi.
Jl. Medan Merdeka Selatan No. 10 Jakarta 10110
Telp. (021) 3451926 Fax. (021) 3847749