MEA: Forum Kerjasama Bukan Forum Bersaing

“Pada prinsipnya kerjasama tidak boleh ada yang dirugikan dan saling mengamankan konstitusi, kedaulatan, dan kepentingan nasional masing-masing negara karena makna kerjasama bukanlah ajang jual-beli kedaulatan. Maka dari itu insting mengenai persainganperlu disingkirkan” ujar  Guru Besar Ilmu Ekonomi FEUI Prof. Dr. Ir. Sri Eddy Swasono selaku pembicara dalam Round Table Discussion (RTD) kajian berlanjut I mengenai Strategi Indonesia Sebagai Driving Force Guna Pengimplementasian Asean Economic Community dalam Rangka Ketahanan Nasional di Ruang Kresna Lt.IV Gd Astagatra Lemhannas RI, Selasa (01/12).


 
Negara harus memajukan sistem kerjasama, menghindarkan terjadinya korban persaingan, dan sekaligus memajukan ataupun mengefisiensikan kerjasama menuju sinergi optimal. Saat ini, globalisasi ekonomi terwujud dalam bentuk persaingan. Persaingan di pasar-pasar bebas menggusur yang lemah dan memajukan yang kuat.
 
Sementara, perkembangan ekonomi Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini tidak begitu menggembirakan dan berpotensi membahayakan ketahanan nasional. Di sisi lain, rendahnya daya saing internasional di ASEAN membuat defisit neraca perdagangan terhadap Asean meningkat. Ke depan, kehadiran MEA (Masyarakat Ekonomi ASEAN, red) perlu dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas SDM dan daya saing internasional.
 
Bagi Indonesia, nawa cita merupakan landasan dalam membangun ekonomi bertumbuh, berdaya saing, adil, dan berdaulat serta berkelanjutan sehingga tercipta pembangunan ekonomi yang berkualitas. Untuk itu, pemerintah dituntut segera mempersiapkan langkah yang strategis menghadapi MEA dengan menyusun dan menata kembali kebijakan-kebijakan nasional yang sinergi agar dapat lebih mendorong dan meningkatkan daya saing (competitiveness) sumber daya manusia dan industri di Indonesia.

Pada diskusi ini,  Ketua Dewan Pertimbangan Presiden Prof. Dr. Sri Adiningsih mengatakan “We have serious problem, what would happen if we not changed, apakah Indonesia siap menghadapi MEA?”
 
Agar MEA tidak mengarah ke persaingan melainkan ke arah pertumbuhan bersama, prinsip kerjasama secara bilateral maupun multilateral dapat dilakukan dengan meningkatkan hubungan kerjasama di dalam negeri, menciptakan keunggulan komparatif baru untuk meningkatkan efisiensi lokal dan produktifitas nasional, mutualisme, sinergisme memajukan socio-economic complementarities , saling menghormati tradisi, budaya, kedaulatan masing-masing negara, dan tidak meninggalkan culture piece.
 
Selain masalah ekonomi, yang perlu diperhatikan dalam menghadapi MEA adalah peran media massa dalam mengedukasi masyarakat. “Peran media massa perlu ikut serta dalam mengedukasi masyarakat Indonesia tentang adanya MEA dan mengkampanyekan secara intensif untuk membekali masyarakat mengenai isu-isu strategis khususnya MEA”, tanggap  Asisten Presiden Direktur Metro TV Shanti Retno Ruwyastuti.



Hak cipta © 2024 Lembaga Ketahanan Nasional RI. Semua Hak Dilindungi.
Jl. Medan Merdeka Selatan No. 10 Jakarta 10110
Telp. (021) 3451926 Fax. (021) 3847749