Cetak

Karakter Peserta Lemhannas RI Ditekankan Menjadi Pembuat Kebijakan

“Lemhannas RI ini lembaga pendidikan yang karakternya lebih kepada policy maker, daripada karakter akademik,” kata Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhannas RI) Andi Widjajanto. Hal tersebut disampaikan saat Gubernur Lemhannas RI memberikan pengarahan kepada Peserta PPRA 64 pada Selasa, 22 Maret 2022.

Berbeda dengan Peserta PPRA 63 yang dibebaskan memilih isu kajian, Peserta PPRA 64 diberikan 5 (lima) isu yang menjadi pilihan untuk dikaji, yakni Ekonomi Hijau, Ekonomi Biru, Transformasi Digital, Ketahanan IKN, dan Konsolidasi Demokrasi. Gubernur menekankan bahwa selama pendidikan di Lemhannas RI, Peserta PPRA 64 akan mendalami 5 (lima) isu strategis tersebut yang dianalisis dengan 7 (tujuh) kerangka analisis. Tujuh kerangka analisis tersebut terdiri dari gatra-gatra pada ketahanan nasional, paradigma tertentu, skenario dua angsa, memperhatikan level strategis, lingkaran geopolitik, metodologi, dan kerangka kerja institusi.

“Salah satu ciri khas karakteristik utama Lemhannas RI adalah penguasaan Trigatra dengan Pancagatra,” ujar Gubernur Lemhannas RI. Oleh karena itu, Gubernur Lemhannas RI menegaskan setiap peserta harus memahami tentang Trigatra dan Pancagatra. Menurut Gubernur Lemhannas RI jika gatra-gatra tersebut tidak dipahami maka tidak akan terasa karakter Lemhannas RI.

Dalam kerangka analisis paradigma, menurut Gubernur Lemhannas RI, setiap orang mempunyai paradigm masing-masing. “Setiap orang di level Bapak dan Ibu (peserta) sudah punya kecenderungan bagaimana menyelesaikan masalah. Setiap bidang keilmuan, setiap isu punya paradigmanya sendiri-sendiri,” ucap Gubernur Lemhannas RI. Lebih lanjut Gubernur Lemhannas RI mempersilakan para peserta untuk memiliki paradigma dan isu masing-masing namun harus menyadari variasi dan keterbatasan paradigma dan isu yang diambil.

Selanjutnya Gubernur Lemhannas RI menjelaskan mengenai skenario dua angsa. “Pasti kita akan menghadapi krisis kalau terjadi pendadakan strategis,” kata Gubernur Lemhannas RI. Pendadakan strategis adalah suatu kondisi di mana sudah dilakukan pengumpulan data, pembuatan kajian, dan penyiapan program, tetapi tiba-tiba muncul faktor X yang tidak dapat dihindari.

Dalam terminologi analogi hewan, faktor X dikatakan sebagai gagak putih dan keadaan pendadakan strategis dianalogikan sebagai terbangnya gagak putih. “Kalau gagak putih terbang, sejago apapun kita melakukan kajian, selengkap apapun data kita, tetap terjadi pendadakan strategis,” tutur Gubernur Lemhannas RI. Menurut Gubernur Lemhannas RI, pendadakan strategis tidak dapat dimitigasi dengan langkah-langkah normal dan membutuhkan mitigasi khusus.

Gubernur Lemhannas RI menyoroti terjadinya pandemi Covid-19 sebagai pendadakan strategis. Maka cara memitigasinya adalah dengan menciptakan manajemen, tim darurat, dan langkah-langkah untuk membunuh gagak putih yang dalam hal ini adalah virus corona. Beberapa hal yang dapat dilakukan seperti merombak APBN dan membangun pemulihan ekonomi nasional yang baru.

Di sisi lain, jika tidak ada pendadakan strategis dan kondisi berjalan normal, maka yang akan disusun adalah pembuatan skenario. “Di Lemhannas RI, yang dunianya adalah pertahanan, kemanan, penegakan hukum, skenario yang harus selalu menjadi prioritas perhatian pertama adalah skenario terburuk,” kata Gubernur Lemhannas RI. Dalam terminologi analogi hewan, skenario terburuk digambarkan dengan angsa hitam, sedangkan skenario terbaik adalah angsa putih.

Kemudian Gubernur Lemhannas RI menjelaskan mengenai level strategi yang terdiri dari 5 level, yakni teknis, taktis, operasional, strategi, dan strategi raya. Gubernur Lemhannas RI menjelaskan bahwa di Lemhannas RI levelnya sudah berada di level strategi dan strategi raya karena hubungan yang dijalin sudah lintas kelembagaan. “Di Lemhannas RI ini levelnya sudah level lintas kelembagaan,” jelas Gubernur Lemhannas RI.

Dalam kerangka analisis lingkaran geopolitik, Gubernur Lemhannas RI menjelaskan bahwa ada tiga level lingkaran geopolitik, yaitu nasional, regional, dan global. Diharapkan secara geopolitik pergerakannya akan bergerak keluar, yakni dari level nasional memiliki poengaruh di level regional dan global.

“Lemhannas RI itu policy oriented praksis, sehingga metodologi-metodologinya cari yang metodologi terapan,” kata Gubernur Lemhannas RI menjelaskan mengenai kerangka analisis metodologi. Namun, bukan berarti kajian yang sifatnya ilmu murni, teoritik, dan kesejarahan itu tidak penting. Gubernur Lemhannas RI menyampaikan bahwa kajian seperti tersebut penting, tetapi tidak tepat di Lemhannas RI.

Pada kerangka kerja institusi, Gubernur Lemhannas RI mengimbau setiap peserta untuk berpikir secara lengkap. Berpikir secara lengkap yang dimaksud adalah berpikir mulai dari doktrin, regulasi, kepemimpinan strategis, kebijakan, gelar operasional, alokasi sumber daya, siklus politik anggaran, sampai adopsi teknologi mengenai isu yang dikaji. “Kalau diminta membuat kajian tentang suatu isu, berpikirlah lengkap,” pungkas Gubernur Lemhannas RI. (NA/CHP)