Cetak

Prof. Dr. Ir. Dadan Umar Daihani, D.E.A.: Pandemi Covid-19 Tidak Meredam Optimisme Kemanusiaan

“Forum ini sepakat bahwa keberadaan manusia harus mendorong yang disebut dengan ‘memanusiakan manusia’,” kata Tenaga Profesional Bidang Sumber Kekayaan Alam dan Ketahanan Nasional Lemhannas RI Prof. Dr. Ir. Dadan Umar Daihani, D.E.A. saat memberikan kesimpulan pada Jakarta Geopolitical Forum V/2021 (JGF V/2021) “Culture and Civilization: Humanity at the Crossroads”.

Kemudian Dadan menyampaikan beberapa catatannya dalam pelaksanaan JGF V/2021 yang telah dilaksanakan selama dua hari, yakni Kamis dan Jumat, 21 dan 22 Oktober 2021. Saat ini manusia dihadapkan pada dua game changers pada saat bersamaan, yaitu kemajuan teknologi yang sangat pesat dan pandemi Covid-19 yang telah mengacaukan dan menghancurkan dunia. Pada bidang teknologi, saat ini manusia berada di era digital yang telah mengubah tatanan kehidupan manusia.  Digitalisasi di berbagai bidang tidak hanya mempengaruhi cara manusia bekerja, namun juga mempengaruhi cara berpikir manusia. “Teknologi memiliki sifat seperti pedang bermata dua,” kata Dadan mengingat teknologi mempunyai dampak positif dan negatif.

Selanjutnya pandemi Covid1-19 telah mengacaukan tatanan dunia. Pandemi Covid-19 membuat ultranasionalisme terbatas semakin meningkat lintas negara, sikap curiga satu sama lain seakan-akan dunia terbagi menjadi ‘duniaku’ dan ‘duniamu’ sementara alam semesta menjadi milik bersama. “Dunia diselimuti ketakutan,” ujar Dadan. Pandemi juga memaksa manusia untuk mengubah perilaku dan gaya hidup manusia, salah satunya adalah pembatasan interaksi manusia melalui jarak dan bantuan teknologi. Untuk bertahan hidup setelah pandemi, dibutuhkan penerapan tatanan normal baru. Oleh karena itu, manusia harus menjadi semakin bijaksana.

Namun, merebaknya pandemi Covid-19 dan mutasi virus tidak meredam optimisme kemanusiaan setelah dibekali dengan pengetahuan. Kemanusiaan semakin maju dan memiliki kapasitas untuk mengendalikan risiko pandemi. Vaksin, penemuan obat baru, dan pengetahuan tentang karakter virus berkontribusi terhadap titik balik dari bencana pandemi Covid-19. “Ilmu pengetahuan menjadi senjata utama kemanusiaan untuk mempertahankan kelangsungan hidup bahkan saat peradaban berubah,” ujar Dadan.

Dadan juga menegaskan bahwa perubahan merupakan hal yang tidak dapat dihindari, satu-satunya hal yang konstan di dunia adalah perubahan. Akibatnya, perbedaan peradaban menjadi semakin terlihat di era teknologi global yang dapat menembus batas ruang. Faktanya peradaban besar saat ini merupakan sinergi antara budaya dan peradaban telah ada.  “Fokus utama kita mengenai peradaban terkait dengan bidang kesehatan, lingkungan, dan pertumbuhan populasi. Namun, kemampuan manusia dari berbagai latar belakang peradaban dapat bergabung bersama dalam sinergi peradaban yang merupakan secercah cahaya,” tutur Dadan.

Dadan memandang Indonesia berkontribusi secara signifikan dalam sinergi peradaban karena Indonesia adalah sebuah negara yang menakjubkan dengan berbagai macam perbedaan. Perbedaan agama, etnis, budaya, dan bahkan perbedaan penguasaan teknologi ada. Indonesia menjalankan demokrasi dengan karakter, nilai-nilai, dan peradaban Indonesia. “Hal ini menunjukkan bahwa demokrasi cocok dengan berbagai agama dan warisan peradaban. Namun, harmoni juga membutuhkan persiapan dan tradisi hukum yang konsisten dengan tradisi agama nasional dan juga ucapan terima kasih,” tutur Dadan. Walaupun begitu, Dadan mengingatkan untuk terus waspada dengan perubahan demografi di daerah multi agama dan jangan biarkan suatu institusi atau agama berubah menjadi pembela keadilan sosial, kecuali memang memiliki mandat demokratik yang kuat. 

Dadan menegaskan bahwa harus mencoba menciptakan keseimbangan baru dan berkompromi antara sikap mudah beradaptasi terhadap perubahan dan bertahan untuk tidak berubah. Tidak ada seorangpun yang dapat memperkirakan yang akan terjadi di masa depan, tetapi harus terus berjuang untuk hidup yang lebih bermartabat. “Kita harus sadar akan banyaknya pemikiran-pemikiran yang hebat dari para profesional yang tidak kita sadari. Saya berharap, hal ini akan menjadi bagian dari tugas kita yang harus kita amati. Roda harus terus berputar dan hidup harus terus bermakna. Sebagai seorang manusia, mari kita bangun masyarakat yang beradab,” pungkas Dadan di akhir paparannya.