Prof. Dr. Robert W. Hefner: Indonesia Memiliki Peran yang Sangat Positif dalam Era Globalisasi

“Kita hidup di zaman tantangan yang luar biasa, tantangan yang mempertanyakan struktur dan kepentingan tatanan global yang ada,” kata Former Director of the Institute on Culture, Religion, and World Affairs (CURA), Universitas Boston Prof. Dr. Robert W. Hefner saat menjadi pembicara dalam Jakarta Geopolitical Forum V/2021 (JGF V/2021), Kamis, (21/10). JGF V/2021 dihelat dengan mengangkat tema “Culture and Civilization: Humanity at the Crossroads”. Diharapkan JGF V/2021 dapat menjawab berbagai tantangan dan pertanyaan yang terkait dengan bagaimana perilaku manusia agar tidak punah pada saat adanya proses perubahan peradaban.

Pada kesempatan tersebut, Hefner menyatakan penilaiannya terhadap Indonesia bahwa Indonesia adalah negara yang luar biasa. Lebih lanjut Hefner menyampaikan bahwa ada beberapa hal penting yang dapat dipelajari di Indonesia, bukan tentang kecerdasan buatan, tetapi mengenai kecerdasan sosial dan kecerdasan nasional. Beberapa di antaranya adalah budaya, wawasan, dan sejarah yang unik. Oleh sebab itu, Hefner menilai Indonesia memiliki peran yang sangat positif dalam era globalisasi.

“Saya rasa Indonesia sebagai negara yang sangat luar biasa dan memiliki banyak kelebihan, sehingga tesis Huntington itu salah,” kata Hefner. Menurut Hefner, Indonesia adalah negara yang luar biasa, tetapi sering diabaikan oleh bangsanya sendiri. Hal tersebut dikarenakan manusia hidup di dunia yang rumit, di mana orang-orang memiliki pemikiran sendiri-sendiri mengenai peradaban, seperti Samuel Huntington.

Hefner menjelaskan bahwa dalam tesis Samuel Huntington yang berjudul Clash of Civilization, peradaban digambarkan tidak memiliki sinergi lintas peradaban. Huntington mengasumsikan bahwa peradaban berkembang secara terpisah dan selamanya ditentukan oleh satu set nilai. Selain itu, peradaban digambarkan saling berdiri berlawanan satu sama lain. “Sudah lama terjadi bahwa peradaban barat, muslim, India, dan China telah menghasilkan pencapaian dalam bidang sains, matematika, kemanusiaan, dan filosofi. Pencapaian tersebut membuat peradaban manusia menjadi lebih baik dengan sinergi lintas peradaban,” ujar Hefner.

Analis politik barat, analis kebijakan barat, dan beberapa organisasi HAM berasumsi bahwa pemisahan antara negara dan agama haruslah menjadi model pemerintahan semua negara di dunia. “Asumsi kebijakan ini keliru,” kata Hefner. Tidak harus ada pemisahan antara negara dan agama untuk demokrasi tetap berkembang, hal ini dibuktikan oleh Indonesia. Sistem pemerintahan yang dijalankan tidak memisahkan antara agama dan negara, namun justru bekerja dengan baik melalui Pancasila dan Kebhinekaan.

Menurut Hefner, Indonesia memberikan contoh kolaborasi yang tepat dalam sistem pluralisme. Agama tidak hanya berkontribusi, melainkan meningkatkan dan menguatkan demokrasi, kerakyatan, dan kebhinekaan. Kontribusi kedua untuk sinergi peradaban berkaitan dengan efek demonstrasi. Terlepas dari tantangan yang dihadapi, Indonesia mampu menunjukkan bahwa demokrasi dan Islam dapat bergerak beriringan. Para cendekiawan muslim, pendidik, dan pemimpin politik juga sangat penting bagi keberhasilan peradaban manusia. “Indonesia tidak hanya mampu membuat demokrasi berfungsi, tetapi telah berbuat lebih banyak,” kata Hefner.

Hefner memandang demokrasi dapat berjalan lebih baik ketika dibangun melalui warisan sejarah dan budaya unik Indonesia, yaitu sopan santun. Hal inilah yang membuat Indonesia menjadi negara yang luar biasa. “Ini adalah pelajaran besar untuk seluruh dunia,” tutur Hefner.



Hak cipta © 2024 Lembaga Ketahanan Nasional RI. Semua Hak Dilindungi.
Jl. Medan Merdeka Selatan No. 10 Jakarta 10110
Telp. (021) 3451926 Fax. (021) 3847749