Merespons Dinamika Geopolitik Dunia, Lemhannas RI Kembali Selenggarakan Jakarta Geopolitical Forum

Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhannas RI) mengadakan Jakarta Geopolitical Forum V/2021 (JGF V/2021) pada Kamis dan Jumat, 21 dan 22 Oktober 2021. JGF V Tahun 2021 mengangkat tema “Culture and Civilization: Humanity at the Crossroads” dengan pelaksanaan secara hybrid.

Pada hari pertama hadir Prof. Bambang Permadi Soemantri Brodjonegoro, Ph.D memberikan keynote address serta enam narasumber lainnya, yakni Mr. Rudy Breighton, M.B.A., M. Sc., CEO and Chairman of BR Strategic Seattle, Amerika Serikat; Prof. Dr. Robert W. Hefner, Former Director of the Institute on Culture, Religion, and World Affairs (CURA), Universitas Boston; Dr. Jean Couteau seorang Antropolog dan Budayawan dari Prancis; Prof. Dr. Komaruddin Hidayat, Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia; Dr. Robertus Robert, Sosiolog Universitas Negeri Jakarta; dan dr. Roslan Yusni Hasan, Sp.BS., atau lebih dikenal dengan dr. Ryu Hasan, seorang Pakar Neurosains dari Indonesia.

Kemudian pada hari kedua hadir empat pembicara, yakni Dr. Gita Wirjawan, yakni Patron and Advisory Board of the School of Government and Public Policy (SGPP) Indonesia; Prof. Donald K. Emmerson, Direktur Southeast Asia Forum (SEAF) di Shorenstein Asia-Pacific Research Center di Stanford University; Baskara Tulus Wardaya, Ph.D., seorang Sejarawan Indonesia, dan Dimas Oky Nugroho, Ph.D., seorang Cendekiawan Sosial-Politik dari Indonesia.

Gubernur Lemhannas RI Letjen TNI (Purn.) Agus Widjojo saat membuka JGF V/2021 mengingatkan perkembangan peradaban yang terjadi seharusnya tidak menghancurkan budaya dari peradaban atau bangsa mana pun. Meskipun akses budaya dari peradaban lain terbuka luas, tetapi suatu bangsa harus mampu membangun dan mempertahankan budaya yang telah dimiliki dari masa lalu. “Pemikiran-pemikiran mainstream juga dapat berujung pada musnahnya peradaban. Hal ini memerlukan adanya pengelolaan yang baik terhadap budaya bangsa dan menjadi paradoks bahwa suatu bangsa memiliki budaya yang kaya di masa lalu tetapi kemudian peradaban bisa hancur karena adanya budaya-budaya atau nilai-nilai yang dibawa oleh budaya atau peradaban lain,” kata Agus.

Lebih lanjut Agus menyampaikan bahwa saat ini masyarakat sedang berada di persimpangan jalan, karena dihadapkan antara nilai-nilai kemanusiaan dan manfaat dari teknologi. Peradaban yang terjadi saat ini membuat manusia lebih menikmati hak-hak politik maupun manfaat sosial. Namun, juga membawa ketidakstabilan sosial maupun ketidaksetaraan yang menimbulkan kehancuran. “Peradaban akan berubah menjadi lebih maju dengan adanya teknologi, ekonomi, idealisme, dan kemajuan ilmu pengetahuan. Namun, teknologi juga dapat menghilangkan moralitas manusia sedikit demi sedikit,” kata Agus.

Agus juga menyampaikan bahwa pemikiran post modernism telah terevolusi dan merevolusi pemikiran manusia. Ini membuat manusia menjadi berpikir secara lebih rasional dan pragmatis. Realita palsu bisa juga dibuat atau dipancing oleh teknologi yang membantu orang lebih memiliki imajinasi yang lebih kuat dengan adanya penggunaan teknologi artifisial. "Jadi, kemajuan dari ilmu pengetahuan dan teknologi punya dampak yang besar terhadap peradaban manusia," katanya.

Oleh karena itu, menurut Agus, teknologi tidak seharusnya dipandang sebagai sebuah peradaban, tetapi menjadi alat untuk kemajuan manusia dan kemanusiaan. Sehingga, hidup manusia akan terbantu oleh kemajuan teknologi. Pengembangan teknologi akan membawa banyak konsekuensi negatif apabila tidak dikelola dengan baik. Selain perkembangan atau kemajuan teknologi, faktor lainnya seperti pandemi, politik, kesenjangan sosial, dan kekurangan sumber daya juga turut mempengaruhi masa depan manusia.

Jakarta Geopolitical Forum (JGF) merupakan tempat para pakar geopolitik dunia dalam menelaah situasi kawasan di dunia. JGF merupakan salah satu bentuk Lemhannas RI merespons dinamika geopolitik dan menyikapi tantangan yang dihadapi dunia dengan kompleksitas yang begitu meningkat. “Kita harus menjawab berbagai tantangan dan pertanyaan yang terkait dengan bagaimana perilaku kita agar tidak punah pada saat adanya proses perubahan peradaban,” kata Agus. Agus meyakini JGF V Tahun 2021 akan membentuk objektivitas suatu sistem geopolitik bahwa peradaban dunia mampu membawa manfaat yang lebih baik.



Hak cipta © 2024 Lembaga Ketahanan Nasional RI. Semua Hak Dilindungi.
Jl. Medan Merdeka Selatan No. 10 Jakarta 10110
Telp. (021) 3451926 Fax. (021) 3847749