Cetak

Gubernur Lemhannas RI Memberikan Pembulatan kepada Peserta PPRA 62

Menjelang berakhirnya Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) 62 Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhannas RI), Gubernur Lemhannas RI Letjen TNI (Purn) Agus Widjojo memberikan pembulatan kepada peserta Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) 62 pada Senin, (30/8). Dalam pembulatan tersebut, Agus menegaskan bahwa pendidikan Lemhannas RI bertujuan untuk memantapkan kader pimpinan tingkat nasional yang berkarakter negarawan, berwawasan kebangsaan, berpikir strategis dan terampil dalam memecahkan masalah pada lingkup nasional, regional, dan global.

“Tujuan pendidikan secara umum dijabarkan dalam sasaran pendidikan yang lebih bisa untuk kita ukur,” kata Agus. Lebih lanjut, sasaran pendidikan bermaksud untuk terwujudnya pemimpin tingkat nasional, berkarakter nilai-nilai kebangsaan, terampil dalam memecahkan masalah strategis, dan mampu memberikan saran kepada pemerintah tentang kebijakan pada tingkat strategis berpusat pada nilai-nilai kebangsaan sebagai kebijakan publik.

Agus juga menyampaikan bahwa peserta bisa mendapat manfaat tidak tertulis dalam konsep kurikulum, yaitu mampu mengkomunikasikan gagasan secara efektif, mampu menganalisa secara sistematis, dan mampu mengorganisasikan dan menggunakan jaringan untuk menyelesaikan tugas. Oleh karena itu, peserta harus mampu berpikir logis ilmiah mulai dari identifikasi masalah, pengumpulan data faktual, menganalisis data (logis dan proses sebab akibat) hingga simpulan dan saran.

“Dalam konstruk operasional pendidikan peserta dipacu berpikir kritis dan strategis, komprehensif, integral dan holistik, dan berpusat pada peserta aktif serta diberikan studi kasus actual,” ujar Agus. Saat ini Lemhannas RI berusaha untuk membuat metode pendidikan yang melibatkan partisipasi aktif peserta dan menekankan pada pembekalan tentang cara berpikir yang nantinya dapat diaplikasikan dalam berbagai aspek.

Lebih lanjut, Agus mengatakan pendidikan selanjutnya difokuskan untuk mengembangkan kapasitas dan kompetensi individu yang dapat diartikan dengan penilaian yang didasarkan kepada produk individu, tidak adanya penilaian kelompok. Materi penilaian dikelompokkan menjadi nilai akademik produk, nilai akademik non produk, dan nilai non akademik untuk mengidentifikasi ciri kepemimpinan, dan penyelenggaraan dalam bentuk khusus yaitu melaksanakan seminar. “Nilai dari pengabdian sesungguhnya itu terjadi dari lapangan bukan dari secarik kertas,” ujar Agus Widjojo.