Cetak

Diskusi Panel PPRA 62 Bicara Sistem Manajemen Nasional dalam Tata Kelola Kehidupan Baru

Deputi Bidang Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara LAN RI Dr. Tri Widodo Wahyu Utomo, S.H., M.A., Staf Ahli Bidang Pemerintahan Kementerian Dalam Negeri Dr. Drs. H. Suhajar Diantoro, M.Si., dan Rektor Universitas Indonesia Prof. Ari Kuncoro, S.E., M.A., Ph.D. hadir sebagai panelis dalam Diskusi Panel Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) 62 pada Rabu, 13 April 2021. Diskusi panel virtual bertopik "Sismennas dalam Rangka Penyelenggaraan Kehidupan Berbangsa dan Bernegara dalam Tata Kelola Kehidupan Baru” tersebut dimoderatori oleh Tenaga Ahli Pengajar Bidang Sismennas Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia Marsda TNI Arief Mustofa, M.M.

Tri Widodo mengawali diskusi panel dengan memaparkan dampak negatif pandemi Covid-19 pada berbagai sektor. Ia menjelaskan perbaikan sektor-sektor terdampak harus menjadi agenda utama pengkajian untuk menyusun kebijakan melalui konstruksi Sismennas yang bersifat timbal balik.

Suhajar, melanjutkan panelis sebelumnya, menjelaskan bahwasanya pemerintahan dengan pelayanan yang efektif adalah kunci kemajuan suatu negara. “Kuncinya adalah pemerintahan yang efektif. Artinya pemerintahan itu adalah organisasi pelayanan yang efektif,” tandasnya saat menjelaskan cara agar suatu negara menjadi lebih maju.

Staf Ahli Bidang Pemerintahan Kementerian Dalam Negeri itu juga mengatakan pemberian pelayanan yang baik merupakan salah satu cara mengelola kepercayaan masyarakat. “Pelayanan-pelayanan yang lebih cepat, lebih pintar, lebih murah, lebih mudah akan memberikan dampak sangat luar biasa atas kepercayaan rakyat,” jelas Suhajar.”

Ari Kuncoro, sebagai panelis terakhir, mengatakan bahwa birokrasi pemerintah memiliki peran sentral dalam mencari sumber-sumber pertumbuhan baru untuk bangkit pada era industri 4.0. Ia menyampaikan seharusnya birokrasi sebagai agen pembangunan bukan hanya membuat regulasi, namun menjadi fasilitator dalam proses pencarian sumber-sumber pertumbuhan baru tersebut. Rektor Universitas Indonesia itu berpendapat bilamana hal tersebut dilakukan akan membantu negara memecahkan masalah defisit neraca dagang yang sudah berlangsung selama bertahun-tahun.